"Cita-cita Yoongi mau jadi apa dewasa nanti?"
"Uummm. Mau seperti Ayah! Yoongi ingin bisa menerbangkan pesawat seperti Ayah. Keren!"
Pria paruh baya itu tertawa, dengan jemari mengusap surai sang anak penuh sayang.
"Padahal menurut Ayah ada yang jauh lebih keren lho."
Mata kecil itu mengerjap penasaran, "Apa itu?"
"Membantu pesawat Ayah supaya bisa terbang. Kalau pesawat Ayah rusak, bagaimana bisa Ayah menerbangkannya?"
"Uuhh, Yoongi ngga ngerti."
"Hahaha, makanya Yoongi belajar yang rajin, jadi anak pintar. Supaya saat dewasa nanti bisa jadi teknisi pesawat terbang yang andal. Kalau Yoongi berhasil jadi teknisi, itu artinya Yoongi membantu Ayah menerbangkan pesawat di udara. Bukankah itu keren?"
"O-oh. Kita jadi tim yang hebat dong nantinya!"
"Tentu saja!"
Yoongi berdiri, mengepalkan tangannya ke udara, "Kalau begitu, dewasa nanti Yoongi akan jadi.. jadi apa, Yah?"
Pria itu tertawa gemas, lantas menarik tubuh sang putra dalam dekapan. Yang sama sekali tak ada yang tau, bahwa pelukan itu adalah pelukan terakhir yang dirasakan Yoongi.
...
Yoongi terperanjat dari tidurnya. Napasnya terengah akibat mimpi yang sudah lama sekali tak singgahi malamnya. Sebuah mimpi yang membawa memorinya kembali ke masa lalu, ketika ia masih bisa bermanja dengan sang Ayah meski terhalang waktu.
"Mimpi sialan." Yoongi mendesis. Ia putuskan untuk segera bangun dan bersiap untuk berangkat kerja. Enggan berlama-lama meratapi kisah manis yang sudah berlalu.
.
"Sarapan di pabrik lagi?" Eunji bertanya ketika melihat Yoongi tak berbelok ke dapur melainkan langsung mengambil sepatunya di rak.
"Iya, Bu. Saya berangkat."
"Sebentar, Yoon."
Yoongi berbalik badan setelah kedua sepatunya terpasang, "Ya?"
"Mr. Yoo kemarin menghubungi Ibu. Kali ini bukan masalah bisnis, melainkan lebih ke hubungan kamu dan Jiae."
Yoongi merotasikan bola matanya malas, "Bu, saya capek menjelaskan ke Ibu kalau saya dan Jiae itu-"
"Yoon. Apa salahnya berhubungan baik dengan keluarga Yoo? Toh selama ini kamu tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun. Lantas kenapa ogah sekali disuruh dekati Jiae?"
"Karena saya tidak menaruh hati padanya, Bu," jawaban Yoongi terdengar sangat tegas dan lugas.
Eunji menghela napas lelah, "Lalu pada siapa kamu menaruh hatimu, hah? Umurmu sudah 26 tahun, Yoongi. Mau sampai kapan kamu bertahan dengan kesendirian?"
"Saya masih muda, Bu. Jangan terlalu dipikirkan. Lagipula saya masih ingin mengembangkan karir saya."
"Itu terus alasanmu. Kamu cuma asyik memikirkan dirimu sendiri, tidak pernah memedulikan perasaan Ibumu. Bukan cuma kamu yang menua, Yoongi. Ibu juga."
"Tapi umur Ibu kan belum genap 50 tahun, masih empat tahun lagi."
Eunji menggeram seraya mencubit hidung Yoongi gemas, "Kamu tuh ya kenapa bandel sekali sih jadi anak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae