"Pertanyaan macam apa itu?" Yoongi menaikkan satu alisnya sembari mendengus geli. Ia hisap rokoknya kembali, "Saya suka heran sama orang yang hobi mempertanyakan apa yang sudah berlalu. Toh buat apa, memang apa gunanya?"
"Memang apa sulitnya buat dijawab?" balas Taehyung dengan sedikit ketus, "Berguna atau tidak, itu urusan saya Bang. Kamu tugasnya cuma menjawab apa yang tadi saya tanyakan."
"Kenapa kamu sepenasaran itu? Tae, itu sudah empat belas tahun yang lalu. Mana saya ingat."
"Kamu bukannya ngga ingat, kamu cuma ingin menghindari pertanyaan saya."
"Haahh, oke oke," Yoongi kembali mengepulkan asap ke udara, "Sejujurnya saya lupa apa alasannya. Itu jawaban saya."
Taehyung mengernyit tak percaya, "Bohong ya?"
"Bohongpun buat apa, Taehyung?" Yoongi melenguh malas kemudian beranjak dari duduknya, "Saya masuk duluan. Lima menit kamu ngga ada di line, saya lapor Pak Woohyun."
Taehyung tak menyahut dan hanya memandang kepergian Yoongi dalam diam, layaknya apa yang pernah ia lakukan empat belas tahun lalu. Membiarkan Yoongi terus memunggunginya tanpa berharap pemuda itu berbalik untuk balas senyumannya.
...
Seoul, 2005
"Yoon, bagian kamu kelas tujuh ya!" Junmyeon, ketua organisasi sekolah memberi titah pada Yoongi. Hari ini mereka mengadakan sosialisasi tentang kebersihan lingkungan sekolah, dan seluruh anggota organisasi bertugas mendatangi semua kelas.
"Oke," sahut Yoongi tak bersemangat. Lantas ia menghampiri Namjoon yang menjadi rekan satu timnya, "Bagian kita kelas tujuh, Joon."
Namjoon tanggap akan ekpresi Yoongi yang lesu, "Takut ketemu Taehyung, huh?"
"Perasaan saya masih ngga enak gara-gara kejadian kemarin."
Yang dimaksud Yoongi adalah kejadian di mana ia dan Namjoon tak sengaja melihat Taehyung dan seorang gadis duduk berdua di tepi lapangan. Dan mereka terlihat saling memberi perhatian satu sama lain. Terutama si gadis yang telaten mengusap wajah Taehyung dengan sapu tangan. Hal itu sebenarnya terlihat lumrah dan biasa.
Tapi di mata Yoongi, semuanya terlihat aneh. Meski awalnya ia sedikit takut untuk mengakui bahwa ada rasa tak terima di hatinya ketika melihat pemandangan itu.
"Kamu bener, Joon. Harusnya saya memang ngga usah coba ganggu-ganggu Taehyung lagi. Coba kalau saya masih kayak dulu, mungkin dia belum bisa dapat pacar kali ya sampai sekarang? Hehe," Yoongi memaksakan diri untuk tertawa. Namjoon menanggapinya dengan senyum maklum.
"Tuh, akhirnya kamu mengakui juga kan kalau niat kamu memang buat gangguin Taehyung aja? Dasar."
Yoongi tersenyum geli- dengan sedikit paksaan. Tapi setelah tubuhnya berbalik, senyum di wajahnya total hilang. Ia tak paham kenapa perasaan tak nyaman ini betah sekali hinggap di hatinya. Ada hal yang tak sepatutnya ia rasakan tapi terus saja mengikuti setiap saat.
Yoongi benci kenyataan bahwa dirinya terlalu terbiasa akan kehadiran Taehyung di sisi. Yoongi benci kenyataan bahwa dirinya dan Taehyung tak bisa kembali seperti dulu lagi."Oh iya Yoon," Namjoon mendadak menepuk bahu Yoongi hingga si empunya tersentak. "Tadi Bu Hyomin kasih pesan ke saya supaya nyampein ke kamu."
"Soal apa?"
"Itu Bibi kamu telepon, katanya kalau pulang sekolah kamu harus ke rumah dia buat ambil berkas."
Yoongi anggukkan kepala mengerti, "Oh, berkas adopsi itu ya? Oke."
"Jadi sekarang kamu resmi diadopsi Bibi kamu sendiri Yoon?"
Namjoon tau soal masalah keluarga Yoongi. Soal Ayahnya yang tak bertanggung jawab, soal Ibu kandungnya yang menderita gangguan jiwa. Dan terakhir soal neneknya yang ingin Yoongi diasuh oleh adik sang Ibu. Yoongi sendiri yang menceritakan semua itu pada Namjoon. Karena hanya Namjoonlah yang pertama kali melihat sendiri bagaimana Ibu Yoongi nyaris membunuh putra kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae