Seoul, 2005
Yoongi menghentikan langkahnya begitu tepukan Namjoon singgah di bahunya tiba-tiba. Kepala si mungil menoleh, ekspresinya nampak tak senang.
"Jangan lagi, Yoon. Tolong."
Teguran Namjoon lantas buat Yoongi merotasikan bola matanya jengah, "Memangnya kamu pikir saya mau ngapain? Apa salahnya saya nyapa Taehyung?" Yoongi mengalihkan pandangannya pada Taehyung yang tengah mengobrol dengan kawan-kawannya di kantin.
Namjoon menggeleng, "Saya tau tujuan kamu bukan itu. Kalau kamu cuma berniat manfaatin dia seperti masa SD dulu, lebih baik hentikan."
Yoongi tersentak, lantas mendengus jengah kemudian, "Joon, saya cuma mau berteman. Kamu pikir saya mau jahatin dia atau gimana?"
"Saya cuma mau minta kamu berhenti jadikan dia pelampiasan kamu. Berhenti main-main dan biarkan dia cari kawan lain. Apa yang kamu lakukan ke dia selama masa-masa terakhir di SD itu udah cukup, Yoon."
"Kenapa kamu bilangnya begitu sih? Kesannya kok saya ini jahat sekali di mata kamu?"
Namjoon dengus malas, "Saya sahabatan sama kamu ngga cuma hitungan hari, Min Yoongi. Begini ya, daripada kamu habiskan waktu buat usilin Taehyung, nyuruh dia bawain bekal makan buat kamu tiap hari, minta dia bantuin kamu perbaiki mainan rusak, lebih baik kamu fokus ke turnamen basket bulan depan. Organisasi juga butuh kamu buat tutor lomba debat dua minggu lagi. Kamu orang sibuk sekarang Yoongi, ngga ada lagi waktu buat main-main."
Yoongi menahan tawanya, "Tapi ini cuma Taehyung, Joon."
"Justru karena itu adalah Taehyung, makanya saya peringatkan kamu," Namjoon menepuk bahu Yoongi pelan, "Sebelum terlambat, Yoon. Kamu ngga ingin makin terbawa perasaan cuma karena dia kan?"
Yoongi tak menyahut, bahkan setelah Namjoon berlalu meninggalkannya, ia masih mematung. Matanya mengarah pada Taehyung di depan sana, tapi fokusnya terpecah tak tentu arah. Terlebih ketika seorang gadis cantik menghampiri Taehyung dengan kotak bekal di tangan. Dan sialnya Taehyung menyambut hal itu dengan senyum merekah di wajah.
Yoongi meringis. Ada pilu yang terselip di antara tawa mirisnya. Ia gelengkan kepala sesaat, tinggalkan koridor dengan perasaan yang terlalu sukar diutarakan.
"Padahal saya sudah menunggu selama satu tahun buat ketemu kamu lagi."
....
Jam makan siang hari ini terasa sedikit berbeda hingga membuat beberapa orang mengernyitkan dahi dibuatnya. Ada aura aneh menguar ketika Taehyung melewati area kantin dengan sekotak bekal makan di tangan. Senyum yang biasa terulas ramah pun tak menyembul ke permukaan.
"Partnermu kenapa?" Kim Seokjin, kawan sesama mekanik senior Yoongi bertanya.
Yoongi mengendikkan bahu tak acuh. Sesaat ia melihat Taehyung yang melewati mejanya tanpa suara.
"Biasanya kalian makan siang bareng di pojok," lanjut Seokjin sembari menyuap nasinya. "Saya sering lihat tuh dia bawa dua kotak bekal. Bagi-bagi sama kamu ya Yoon?"
Yoongi memilih tak menjawab. Jujur saja dia sedang tidak bernapsu untuk meladeni segala tanya soal Taehyung. Memang, selama melakukan pekerjaan bersama ia dan Taehyung tak banyak berinteraksi. Tapi begitu jam istirahat dimulai, semua bisa melihat keakraban antara mereka berdua. Siapapun mungkin bakal mengira kalau ada sesuatu yang spesial antara Yoongi dan Taehyung.
Dan begitu hal ganjil terasa di sekitaran mereka, tak ayal menimbulkan bisik penuh tanya yang memenuhi kepala.
Yoongi tak menyalahkan Taehyung atas apa yang sudah ditimbulkan oleh sikap dinginnya. Ia sadar bahwa dirinyalah yang memulai kekacauan dari awal. Ia yang membuat harapan itu ada. Ia yang secara tak sengaja membangunkan harapan menjadi nyata- tapi sayangnya ia pula yang tega menjatuhkannya.
.
Taehyung menyantap makan siangnya tanpa selera. Ia bahkan menyisakan separuh nasi dan sepotong ayam goreng yang tak disentuh sama sekali. Helaan napas berat seiring punggungnya menyandar pada dinding kantin. Sudut ini adalah spot favoritnya, pun dengan Yoongi. Bagian belakang kantin yang terhubung dengan taman dan kolam ikan kecil dan sebuah area merokok. Selama ini hanya mereka berdua yang gemar menempati sudut ini. Tapi tidak untuk beberapa hari belakangan.
Bukan perkara Taehyung yang menjauhi Yoongi. Mereka masih sesekali berinteraksi selama tangan bekerja memperbaiki mesin. Tapi hanya sekadar itu saja, sisanya Taehyung tak lagi nampak berselera untuk mengajak Yoongi bicara. Yoongi sendiri tak ambil pusing dan memilih berbaur dengan mekanik senior lain.
Keduanya sama-sama tak mau membuat keadaan yang memang sedang tak bersahabat, dipaksa untuk terlihat baik-baik saja.
"Kenapa makanannya ngga dihabiskan?"
Taehyung tersentak. Ia paham suara siapa yang kini terasa dekat di sebelah kirinya. Kepalanya tertoleh otomatis, pun senyumnya yang terulas amat tipis.
"Kurang napsu," jawab Taehyung sekenanya. Yoongi anggukan kepala maklum, sembari menyulut rokoknya.
"Kamu masih kesal sama saya, Tae?"
Terkaget, Taehyung mana siap menerima pertanyaan tembak langsung untuk situasi sekarang. Ia pikir Yoongi akan pasang wajah masa bodoh sampai seterusnya.
"Memangnya saya terlihat kesal sama kamu?"
Kepala Yoongi terangguk, "Iya. Kelihatan jelas."
"Maaf, ngga bermaksud begitu. Tapi.. yah. Saya memang masih sedikit kesal sama kamu," Taehyung tertawa miris, "Saya cuma kesal kenapa kamu ngga merasakan apa yang saya rasakan. Itu aja."
Yoongi mendengus, hembusan asap rokoknya berbaur dengan udara di sekitarnya.
"Jadi kamu maunya saya juga merasakan hal yang sama?"
"Inginnya, iya. Tapi mana bisa saya ngatur kamu. Kan?"
"Itu kamu tau. Jadi kamu kesal buat apa?"
Taehyung berdecak, "Kamu ngga ngerti, Bang."
"Apa yang saya tidak mengerti?"
"Udahlah. Saya ngga mau bicarain sekarang."
"Kalau kamu ngga mau bicara, gimana saya bisa mengerti?"
Helaan napas berat dihembuskan Taehyung, "Kalaupun kamu mengerti, apa yang bakal berubah setelah itu?"
Yoongi menggendikkan bahu, "Setidaknya kamu ada usaha buat bicarain itu sama saya kan?"
"Kenapa kamu jadi penasaran sih?"
"Saya cuma ngga mau ada kesalahpahaman antara kita. Itu aja."
Taehyung tertegun, matanya teralih pada Yoongi yang juga menatapnya. Kali ini nampak binar yang sedikit berbeda di mata Yoongi. Ada sesuatu yang belum pernah dilihat Taehyung sebelumnya.
"Bang, sebelum itu ada yang mau saya tanyakan ke kamu."
"Soal apa?"
Taehyung mengulum bibirnya, "Kenapa.. kenapa sewaktu SMP dulu, kamu bersikap seolah ngga kenal sama saya?
Kenapa kamu seolah menjauhi saya?"
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae