MLP; Twenty

2.2K 294 53
                                    

Seoul, 2012

Yoongi memandang Namjoon yang sibuk menggeledah isi tasnya. Biasa, masalah paspor. Sudah bukan hal yang mengejutkan kalau sahabat baik Yoongi itu ceroboh menyimpan barang berharganya sendiri. Beruntung Namjoon punya kekasih yang bisa diandalkan dalam hal menyimpan barang berharga.

"Paspornya sama kamu?!" Mata Namjoon terbelalak ketika Hoseok mengibaskan buku kecil itu di tangannya.

"Kayaknya kamu lupa kalau seminggu yang lalu, kamu ngasih sendiri ke saya buat disimpan. Ck, pikun betul," Hoseok, pemuda yang sejak kelas dua SMA menyandang status sebagai kekasih Namjoon itu berucap tenang.

"Haaaahhh. Kamu kenapa ngga bilang dari tadi? Saya nyaris mati kena serangan panik ini!" Namjoon mengusak rambutnya, sembari mengambil paspor dari tangan Hoseok- menyimpannya ke dalam tas.

"Hiperbola," Hoseok mendengus pelan sembari gelengkan kepala, "Dua puluh menit lagi, tuh. Masuk sana."

Secara spontan Yoongi ikut melihat jam di tangannya. Benar, dua puluh menit lagi dan Namjoon akan meninggalkannya untuk kuliah ke Inggris. Masih ada rasa tak menyangka bahwa sahabatnya itu benar-benar akan pergi. Yoongi masih suka berpikir jika Namjoon hanya membual soal beasiswa ke Inggris itu.

Tapi nyatanya, semua ini bukanlah bualan.

"Yoon?" Namjoon menghampiri Yoongi lebih dulu, kedua tangannya direntangkan lebar. "Ayo pelukan dulu sebelum saya ke Inggris!"

Yoongi berdecih, "Apa-apaan? Tidak mau. Sama Hoseok saja sana!"

"Ck, ayolah broooo!" Tanpa pikir panjang Namjoon memeluk Yoongi erat. Si empunya pun hanya diam tak berkutik, tak berniat untuk membalas. Justru yang Yoongi rasakan matanya begitu pedih ketika kedua tangan Namjoon terlepas dari punggungnya.

"Brooo, nangis?" Namjoon terbahak begitu menyadari kedua mata hingga pipi Yoongi basah. Melihat itu Hoseok pun ikut menggoda Yoongi.

"Waduh, gawat nih kucing kecil kita nangis, Joon. Nenanginnya bakalan susah deh," Hoseok tertawa nyaring. Sedang Yoongi mencebik sembari usap pipinya malu.

"Diam kamu."

Sekali lagi Namjoon memberikan pelukan singkat pada Yoongi.

"Kuliah yang benar, kamu. Jangan malas-malasan kalau ngga ada saya."

"Ck, iya iya."

"Perluas pertemanan, kurangi menyendiri di perpustakaan. Kalau kamu begitu terus kapan bakal punya pacar?"

Yoongi memutar bola matanya malas, "Berisik, Joon. Udah sana pergi. Ketinggalan pesawat baru tau rasa."

Namjoon terkekeh lalu mengusap kepala Yoongi, "Jaga diri baik-baik. Jaga ibumu juga. Kabarin kalau udah punya pacar, oke?"

"Kamu juga, jangan suka ceroboh menaruh barang berharga seenaknya. Hoseok baru akan nyusul dua bulan lagi. Baik-baik kamu sendirian di sana, Joon."

Namjoon mengangguk seraya merangkul Hoseok di sampingnya, "Saya usahakan deh. Tapi sepertinya bakalan susah. Karena selama ini saya terlalu bergantung sama manusia satu ini."

"Geli."

"Maklumin Yoon, dia memang ngga bisa hidup tanpa saya," Hoseok tertawa lalu membalas pelukan Namjoon yang disertai beberapa kecupan di wajah.

Sebelum akhirnya pemuda tampan itu berlalu, sembari lambaikan tangan hingga bayangannya menghilang dari bilik kaca tebal itu. Membawa perasaan tak rela yang terpaksa Yoongi telan sendiri.

...

Taehyung yang belum sempat menghabiskan sarapannya, tergopoh menuju ruang meeting teknisi. Ia baru membaca pesan di grup chat kalau ada hal penting yang ingin disampaikan Woohyun.

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang