Tidak ada adegan plus-plus paska pelukan itu terlepas, bahkan sekadar untuk beri kecup ringan di kening. Taehyung sadar tempat, dan beruntung dia sanggup mengontrol hasratnya sendiri. Sedangkan Yoongi sibuk menata jedak-jeduk di dada akibat spontanitasnya. Setelah itu ia bersikap selayaknya Yoongi apa adanya.
Malam sudah larut ketika Taehyung mengajak Yoongi jajan di tenda penjual sundae tak jauh dari tempat reuni. Keduanya mengaku kelaparan, apalagi Taehyung yang selama di acara cuma menenggak jus lemon, dan asyik merokok di balkon sendirian.
"Saya tanya serius deh sama kamu," Taehyung menyuap sundaenya, "Kenapa kamu dateng ke reuni? Biasanya juga engga."
"Saya udah jawab kan tadi, kalau saya cuma iseng," Yoongi berdecak sebal.
Gelengan tak percaya diberikan Taehyung, "Lantas kenapa dulu ngga pernah datang?"
"Serius kamu sepenasaran itu sama hal sepele ini?"
"Iya."
Yoongi hela napas pendek, "Saya sibuk."
Jawaban Yoongi membuat Taehyung memicing tak percaya, dan si empunya sadar kalau manusia di depannya ini mana bisa ia kelabuhi lagi.
"Saya sibuk menghindari kamu. Puas?"
Taehyung terhenyak, "Menghindari saya? Kok gitu?"
Yoongi mengunyah usus rebusnya, "Saya takut ketemu kamu. Takut kalau hal itu bikin saya sedih berkepanjangan."
"Saya ngga paham," Taehyung meletakkan sumpitnya, "Memang kapan saya pernah buat kamu sedih? Bang, kita udah jarang berinteraksi sejak SMP. Kita bahkan hilang kontak setelah itu."
"Ini konyol tapi-" Yoongi hela napas dalam, "Saya waktu itupun penasaran, kenapa saya ngga suka ngelihat kamu sama gadis-gadis itu. Setiap kali saya teringat kamu, saya bakal ingat juga para gadis yang dekat dengan kamu. Itulah yang buat saya sedih."
"Wow," Taehyung terbahak kemudian, "Kamu cemburu, Bang?! Hah?!"
Yoongi tak menjawab, hanya anggukkan kecil yang ia berikan sebagai jawaban. Hal itu menghadirkan tawa puas Taehyung.
"Jadi.. kamu udah suka saya sejak SMP?"
Mata kecil Yoongi melotot, "Siapa bilang saya suka sama kamu?!"
"Hilih, tak mau mengaku kamu ha?"
"Memang tidak kok."
"Ya sudah kalau begitu saya boleh terima ajakan jalan Sujeong dong ini?" Taehyung mengeluarkan ponselnya.
Alis Yoongi terangkat satu, "Kamu ketemu Sujeong?"
"Iya tadi, dan dia ajak saya nonton film minggu depan."
"Oh," Yoongi meneguk sojunya, "Pergi saja sana, kencan saja sama gadis itu. Lupakan kalau kamu baru saja minta kesempatan sama saya!"
Baru saja Yoongi beranjak dari kursinya, Taehyung menahan lengan kurus itu dan membimbingnya untuk duduk kembali. Ini aneh, tapi kenapa Yoongi sekarang suka ngambek macam balita begini?
"Kamu bilang ngga suka sama saya, tapi marah begitu saya bilang mau terima ajakan jalan Sujeong. Jangan buat saya bingung, Bang. Cukup yang kemarin saja, sekarang jangan."
Yoongi dengus gusar, rambutnya ia acak asal. Matanya balas tatapan lembut Taehyung dengan jengah. Sejujurnya ia sungkan untuk mengaku betapa cemburunya ia. Tapi tubuhnya tak selaras dengan apa yang otaknya perintahkan.
"Kalau mau serius sama saya, ayo. Kalau cuma main-main, lebih baik lupakan ucapan saya tadi."
Masih terbalut gengsi, celetukan Yoongi justru membuat lengkungan lebar di bibir Taehyung. Tak perlulah diperjelas lagi dengan kalimat lain. Taehyung cukup paham bahwa pemuda di depannya ini memang sudah jatuh kepadanya. Bahkan sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
FanfictionInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae