MLP; Thirteen

1.7K 315 37
                                    

Seoul, 2004

Yoongi memandangi kertas hasil ujian akhirnya dengan nanar. Tidak seperti semua kawan-kawannya yang melonjak gembira karena berhasil dinyatakan lulus, Yoongi justru merasa matanya pedih menahan sesak dalam dada.
Bukan karena hasil ujiannya buruk, melainkan ada hal lain yang entah kenapa membuatnya sebegini sedih.

"Bang!"

Panggilan itu lantas membuat Yoongi mendongak, tepat ketika buliran dari pelupuk matanya menetes ke pipi. Tadinya Yoongi tak ingin menangis, tapi melihat Taehyung yang melambai dengan wajah gembira di depan sana membuatnya makin sesak.

"Ciye yang udah lulusan. Selamaaaatt! Oh, ini saya punya sesuatu. Kenang-kenangan dari saya buat kamu yang bakal masuk SMP!" Taehyung tersenyum lebar sembari memberikan sebuah kotak kecil pada Yoongi, tanpa menyadari bahwa hal itu makin membuat tangis Yoongi pecah.

"Te-terima k-kasih," Yoongi berucap dengan sesenggukan parah. Barulah saat itu Taehyung tersentak melihat wajah Yoongi yang basah akibat air mata.

"Kok kamu nangis, Bang?" Taehyung bertanya cemas.

"S-saya ngga nangis! I-ini karena s-saya terlalu b-bahagia. A-akhirnya saya, hiks, akhirnya saya ngga bakal ketemu kamu lagi!" Yoongi mengusap pipinya dengan kasar, sekuat tenaga memaksakan diri untuk tersenyum. "K-kamu juga senang kan, soalnya nanti ngga b-bakal ada yang- hiks, ng-ngganggu kamu lagi, huh?"

Taehyung gelengkan kepala cepat, "Kok kamu bilang begitu? Saya ikut senang Bang Yoongi lulus, tapi saya ngga punya pikiran macam itu kok."

"Ngga percaya! Pasti kamu bahagia karena ngga ada lagi yang mintain dibawakan bekal, ngga ada lagi yang usilin kamu di jam olahraga, dan- hiks. Kamu bahagia banget pasti kan? Ngaku nggak?!"

Taehyung tak tau harus bagaimana melihat Yoongi yang makin terisak. Kepalanya digaruk bingung, matanya tak lepas dari Yoongi yang masih terus sesenggukan. Belum lagi ia harus menghadapi tatapan aneh siswa lain yang melewati mereka berdua. Taehyung tidak mau dianggap seorang yang sudah membuat Yoongi menangis.

Hanya ada satu hal yang tercetus dalam pikiran Taehyung saat itu.

Taehyung mendekat pada Yoongi, lantas menariknya ke dalam pelukan canggung.

"Uuh, udah-udah ya. Bang Yoon jangan nangis lagi. Banyak yang liatin kamu lho, ngga malu memangnya? Cup cup cup, udah ya? Nanti saya yang disalahin nih," Taehyung berucap sembari mengusap-usap punggung Yoongi yang bergetar.

Tanpa disangka, pelukan Taehyung berhasil menenangkan Yoongi dalam sekejap. Tangis Yoongi mereda seiring usapan lembut di punggungnya. Ada perasaan nyaman yang Yoongi rasakan meski tak mampu ia utarakan. Terlebih ketika ia melepas pelukan itu, Yoongi merasa tak rela. Tapi tidak mungkin ia mempertahankan posisi mereka lebih dari sepuluh menit kan?

"Nanti.. kita bertemu lagi di SMP ya?"

Ucapan Taehyung tak diacuhkan Yoongi. Bocah itu justru buru-buru berbalik badan dan meninggalkan Taehyung yang tercenung bingung.

.

Tapi pada kenyataannya, Taehyung mengalami kesulitan di masa SMPnya. Ia memang berhasil masuk ke sekolah yang sama dengan Yoongi, tapi bukan berarti ia bisa bertemu Yoongi semau dia. Berbeda ketika masih di SD, Taehyung bisa menemui Yoongi beralasan antar bekal makan siang. Tapi ketika di SMP, lingkup pertemanan Yoongi semakin luas ditambah dengan banyaknya kegiatan organisasi. Dan sepertinya ia tak punya waktu untuk mengusili Taehyung sekalipun sering melihatnya di lapangan.

Taehyung sendiri memahami kesibukan Yoongi yang menjadi kapten tim basket dan wakil ketua organisasi. Ia memaklumi jika Yoongi tak sempat menyapanya ketika berpapasan di jalan. Ia memaklumi jika Yoongi memilih menghabiskan makan siangnya dengan para sahabatnya. Ia tak mempermasalahkan jika ia tak lagi dianggap teman oleh Yoongi. Toh Taehyung bisa melihat sendiri sekarang Yoongi banyak memiliki teman baik. Kakak kelas usilnya itu tak lagi terlihat kesepian- seperti apa yang pernah dikatakan Namjoon. Oh, Namjoon masih jadi sahabat Yoongi sampai SMP. Begitupun Kihyun dan Jaebum.
Tapi ironisnya, hanya dirinya yang tak bisa lagi masuk ke dalam pusaran pertemanan Yoongi.

Yang awalnya memaklumi, kini Taehyung  memutuskan untuk tak mau tau lagi. Ia bebaskan Yoongi dari pikirannya. Tak pedulikan lagi caranya menyapa Yoongi saat berpapasan di koridor. Tak peduli jika Yoongi mendatangi kelasnya ketika melakukan sosialisasi. Tak peduli ketika tak sengaja duduk berhadapan dengan meja Yoongi di kantin.

Jika Yoongi yang mengawali semua keterdiaman itu, maka Taehyung hanya mengikuti segala alur yang ada.

Hingga kelulusan SMP, Taehyung hampir tak memiliki momen dengan Yoongi. Ia biarkan Yoongi lulus tanpa drama apapun di penghujung hari terakhirnya. Tak ada ucapan selamat, tak ada kado untuk kenang-kenangan, dan tak ada pelukan hangat nan menenangkan.

Taehyung dan Yoongi tak berkomunikasi lagi sejak saat itu. Hubungan terputus hingga 12 tahun terlewat begitu saja.

...

Back to present..

"Ouch! Susah amat sih?!" Pekik Taehyung yang masih bergelut dengan kabel-kabel di sekelilingnya. Tadinya ia berniat membantu Yoongi memasang kabel dalam mesin tapi rupanya ia sedikit mengacau. Akibat melamun, ia justru mencabut kabel yang sudah terpasang otomatis di mesin sehingga ia harus merangkainya ulang dari awal.

Sejujurnya hari ini Taehyung sadar tidak fokus sama sekali.

Berkat insiden ciuman tempo hari? Mungkin.

Tapi sebenarnya yang paling mengganggunya adalah reaksi Yoongi yang terlalu biasa. Ia jadi kesal dan merasa hanya dirinya yang gelisah selama ini. Yoongilah pelaku kejahatan sebenarnya, tapi kenapa ia yang terlihat paling tak berdosa?

"Itu kabel hijau kamu sambung sama yang merah? Mau mesinnya meledak, hah?"

Tersentak, Taehyung spontan melepas kabel dalam genggamannya dan menoleh pada Yoongi yang entah sejak kapan ada di sampingnya.

"Kamu kenapa sih sebenarnya, hah? Belakangan kerjaannya cuma merepotkan saya terus. Capek tau!" omel Yoongi seraya mengambil alih kabel di tangan Taehyung, merangkainya secara benar. "Mau sampai kapan kamu buat saya kerja dua kali akibat ulah kamu, Taehyung? Ngga lucu sekali lho kamu sampai salah pasang kabel begini. Belum puas kemarin keliru tuang oli yang ternyata malah alkohol?"

Taehyung hela napas dalam, kepalanya terangguk pelan, "Maaf, Bang."

Yoongi mendengus, "Cuma maaf aja ngga bisa menyelesaikan semuanya, Taehyung."

"Benar," Taehyung mengangguk setuju, tatapannya beralih serius pada Yoongi, "Begitupun kamu, Bang. Maaf aja ngga bisa menyelesaikan semua."

Kini Yoongi yang tercenung bingung, "Kok jadi saya?"

"Ya menurutmu saya jadi begini karena ulah siapa?!" Taehyung beranjak sembari mendengus kasar. Matanya tatap Yoongi sekilas sebelum meninggalkan pemuda itu.

Sedikit paham situasi, Yoongi mengejar Taehyung yang berjalan cepat ke pantry.

"Jangan bilang kalau ini soal ciuman itu?" Yoongi menembak tepat sasaran. Dan Taehyung meletakkan kembali gelasnya di atas dispenser.

Yoongi mendengus geli, "Saya udah jelaskan semua kesalahpahaman yang saya buat. Apa lagi yang mau kamu tuntut dari saya, hah?"

Taehyung membalikkan badannya dan langsung memusatkan tatapan tajamnya pada Yoongi yang sontak tertegun.

Sejak kapan Taehyung memiliki tatapan macam itu?

"Boleh saya mengaku sekarang? Ya, saya gelisah gara-gara insiden itu. Saya ngga bisa berhenti memikirkan kamu setelah apa yang kamu lakukan. Tapi lihat kamu sekarang? Apa kamu sama gelisahnya seperti saya? Apa cuma saya yang merasa kacau karenanya?"

"Tae, kamu berlebihan."

Taehyung mendecih, "Iya, saya memang berlebihan. Saya yang berlebihan karena selalu berharap kamu merasakan hal yang sama. Tapi nyatanya kamu cuma buang-buang harapan saya begitu saja. Sejak dulu, Bang. Sejak dulu!"

Yoongi tertegun, seiring bahu Taehyung bergesekan dengan miliknya hingga membuatnya sedikit limbung ke belakang. Kepalanya menoleh pada Taehyung yang berlalu. Ada beberapa saat ia bertahan pada posisi itu, hingga seutas senyum miris tercetak dari bibirnya.

"Kamu cuma ngga tau apa yang sebenarnya terjadi, Taehyung. Hidup ini ngga sesederhana yang kamu pikir."

Yoongi hela napas dalam-dalam. Ia tak mengerti sampai kapan ia akan bertahan dengan segala kepalsuan ini.


To be continued..

My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang