MLP; Three

3K 434 59
                                    

Seoul, 2004

Taehyung hela napas lesu begitu sampai di depan gerbang sekolahnya. Sudah dua hari ia merasa kehilangan semangat belajar. Entah ya, tapi sejak ia dihukum karena coba membolos pada jam olahraga, Taehyung jadi ogah-ogahan begini. Terlebih kalau tak sengaja berpapasan dengan si kakak kelas pendek itu di kantin atau koridor, Taehyung jadi bernapsu ingin mencak-mencak saja rasaya.

Ya habisnya, si kakak kelas pendek itu suka sekali mengusilinya. Mengoloknya pemalas, lemah, dan ini dan itu. Taehyung kan jadi risih, dan kesal.
Tapi berhubung Taehyung itu masih punya sisi respek pada senior, ia biarkan saja si kakak kelas pendek itu berulah apapun padanya. Tanpa menutupi kenyataan bahwa kekesalannya sudah sampai di ujung tanduk.

Jam istirahat Taehyung memutuskan untuk ke taman dekat kantin sembari menikmati bekalnya. Sengaja memisahkan diri dari teman-teman sekelasnya akibat masih jengkel diolok-olok. Maklumin, masih bocah sih jadi super baperan.

Tapi belum sempat kimbab itu masuk ke dalam mulutnya, ia merasa pipinya dingin akibat tertempel sesuatu. Kepalanya menoleh seiring cengiran usil yang datang dari si pelaku di sampingnya. Taehyung decih malas, kemudian menyuap kimbapnya tanpa berniat untuk menawari.

"Ya ampun makan sendirian saja. Hellooo, masih ada manusia lain di sini,"

Itu celetukkan si kakak kelas pendek yang tak lantas direspon Taehyung. Di tangannya ada sebotol air mineral dingin- yang baru saja ia tempelkan di pipi Taehyung.

"Enak tidak, kimbapnya? Tapi sepertinya enak, sampai kamu lahap sekali makannya begitu," ucap si kakak kelas itu lagi. Taehyung melirik sinis, sembari mengunyah kimbapnya.

"Bang Yoongi mau?" Taehyung tadinya ingin cuek saja, tapi melihat kakak kelasnya itu terus menatap penuh minat pada makanannya, sisi dermawannya tersentil cukup keras.

"Pakai ditanya lagi," Yoongi, si kakak kelas pendek itu segera menyambar sumpit Taehyung, mengambil dua potong kimbap dan melahapnya sekaligus.

Sudah pendek, rakus pula.

Taehyung hela napas pasrah begitu separuh porsi habis dilahap Yoongi dengan tak tau diri. Sebenarnya porsi yang diberikan Ibunya memang cukup banyak. Tapi kan bukan berarti bisa dihabiskan oleh orang lain begini dong? Dan lagi, ia tak terlalu suka membagi makanan apalagi yang tergolong favoritnya. Dan kimbap buatan Ibunya adalah kesukaan Taehyung nomor satu.

"Umm, enak lho ini. Besok mau lagi ya? Kalau perlu bawakan satu kotak untuk saya. Ya ya ya?"

Taehyung berdecak kesal, "Kalau mau kimbap, suruh saja Ibunya Bang Yoongi membuatkan. Tidak perlu merecoki makanan saya dong!"

Yoongi tertegun sesaat, lalu mengulas senyum tipis, "Saya tidak punya ibu."

Giliran Taehyung yang tersedak.

"Ma-maaf, Bang."

Ada perasaan tak enak menggerogoti bocah sebelas tahun itu sekarang, terlebih ketika melihat raut wajah kakak kelasnya yang seketika murung.

"Bang, maaf ya kalau tersinggung. Saya kan ngga tau kalau- uuhh. Pokoknya saya minta maaf ya," ucap Taehyung tulus.

Yoongi mengangguk kecil, "Iya saya maklumin."

"Emm, ka-kalau begitu nanti saya bawakan satu buat Bang Yoongi deh. Besok saya akan minta Ibu buatkan dua bekal, satu untuk saya dan yang satu untuk Bang Yoongi," Taehyung tidak tau kenapa kalimat itu ke luar begitu saja dari mulutnya. Yang jelas, ia hanya merasa tak enak hati karena sudah menyinggung perasaan Yoongi.

Mata Yoongi berkedip antusias, "Ha? Serius? Apa ngga apa-apa?"

"Iya! Besok kita makan sama-sama deh ya."

"Uumm, cuma buat besok?"

"Setiap hari juga ngga masalah kok. Hehe."

"Taehyung janji?"

Kepala mengangguk mantap, "Janji!"

"Okaaaayyy!" Yoongi bersorak sorai kegirangan, sampai pinggulnya ikut bergoyang ke sana ke mari. Taehyung yang melihatnya cuma bisa tertawa geli.

Sebelum seringaian itu tercetak jelas di bibir tipis Yoongi.

"Berhubung kamu sudah janji, maka kamu akan berdosa kalau mengingkari ya?" Yoongi berucap dengan telunjuk tepat di depan hidung bangir Taehyung.

"Iya Taehyung janji, Bang. Ngga akan ingkar kok."

Yoongi lantas tertawa, lantang, keras, nyaring. Sampai membuat Taehyung tersentak kaget dibuatnya.

"Dasar idiot," sindir Yoongi masih dengan tawa ejek pada Taehyung yang menatapnya bingung.

"Mau saya kasih tau sesuatu ngga?" bisik Yoongi, "-sebenarnya saya masih punya Ibu lho.

Hahahahahahahahaha. Kena tipuuuuuu!!"

Yoongi terbahak puas, sedang Taehyung seketika mengubah ekspresinya yang justru makin terkena olok Yoongi.

"Jangan lupa setiap hari bawakan bekal buat Bang Yoongi yang tampan ini ya adik Taehyung yang baik hatiiiiii!! Byeeeee!"

Taehyung terdiam di tempat, Yoongi sudah menghilang begitu saja di depan mata setelah menghabiskan bekal makan siangnya. Ia lalu menatap kontainernya yang kosong. Pikirannya melayang pada sang Ibu yang harus membuatkan dua porsi bekal untuknya besok- dan seterusnya. Padahal Ibunya harus bangun pagi-pagi sekali membuatnya sebelum pergi bekerja. Bahkan ketika ia bangun tidurpun, Ibunya sudah meninggalkan rumah.

Taehyung merasa kedua matanya pedih. Perasaannya kini tak lagi kesal.

Ia merasa kecewa dan juga menyesal.

Kecewa karena semudah itu percaya pada ucapan Yoongi. Menyesal karena ia sudah menjanjikan sesuatu hasil dari kebodohannya sendiri.

Persetan dibilang cengeng, Taehyung menangis sesenggukkan siang itu.



To be continued..


Alur maju mundur cantik yaaaaa~~~


My Loveliest Partner (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang