Taehyung mengulas senyum tipis begitu mendapati sosok yang dikenalinya di depan sana; di teras kantin perusahaan, di bawah papan bertuliskan 'smooking area'. Tadinya Taehyung tak berniat menghampiri, tapi entah kenapa langkahnya justru mendekat pada orang yang tengah asyik sendiri dengan rokoknya itu.
"Ngga makan, Bang?" Sapa Taehyung lalu duduk di samping pemuda berambut hitam itu.
Yang dipanggil 'Bang' menoleh dan menaikkan satu alisnya, "Kenapa kamu ke sini? Meja makan ada di dalam," Yoongi menunjuk area kantin dengan dagunya. "Ck. Di sini tempat buat merokok, Taehyung," lanjutnya sembari menatap heran Taehyung yang justru membuka kotak bekal makan siangnya.
Ah, kotak bekal ya? Yoongi mendadak teringat sesuatu. Dan rasanya seperti dejavu.
"No problemo, saya juga biasanya makan di sini sama teknisi lain," sahut Taehyung lalu mengarahkan kotak bekalnya di depan Yoongi, "Makan, Bang?"
Yoongi tertegun. Matanya menatap kotak berisi nasi, tempura dan sayuran yang menggugah selera di dalamnya.
"Masih suka bawa bekal? Ck, memangnya kamu pikir kamu masih SD?" Yoongi berdecak heran, lalu menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Masuk sana, nanti makananmu kena asap. Polusi ini."
Taehyung terkekeh lalu mulai menyuap makanannya, "Sudah terbiasa, Bang. Kalau ngga dibawain bekal sama Ibu rasanya ada yang kurang. Ngga terlalu suka juga jajan di luar."
"Bilang saja kalau kamu cuma mau ngirit."
"Oho, itu sudah jelas."
Yoongi hela napas jengah, matanya melirik lagi pada kotak bekal itu. Tidak, ia bukan sedang menaruh minat pada makanan yang dibawa Taehyung. Ia hanya teringat berbagai hal di masa lalu yang seketika membuatnya tak enak hati.
"Bang Yoon benaran ngga mau? Saya bisa bagi dua ini lho," tawar Taehyung yang lantas dibalas gelengan kepala Yoongi.
"Tidak usah, terima kasih. Saya sudah makan tadi," jawab Yoongi jujur.
Taehyung mengangguk mengerti. Sebenarnya ia sendiri merasakan hal serupa dengan Yoongi. Kenangan mereka di masa kecil mana bisa ia lupakan begitu saja. Kotak bekal, Yoongi dan berbagai pertikaian itu masih saja berseliweran dalam pikirannya.
"Ibumu," Yoongi menoleh Taehyung setelah kepulan asap rokoknya kembali mengudara, "-bagaimana kabarnya?"
Taehyung tersentak. Jujur saja ia kaget karena Yoongi mendadak menanyakan soal ibunya. "Aaahh, Ibu baik kok."
Yoongi anggukan kepala, ia tak menanyakan soal Ayah Taehyung karena ia tau bahwa Tuan Kim sudah berpulang sejak Taehyung masih balita."Rindu sama Ibu ya, Bang?" tanya Taehyung dengan kerlingan usil di matanya. Yoongi beri dengusan malas.
"Sebenarnya saya cuma basa-basi sama kamu. Sudah lama kita ngga ketemu, jadi wajar saja kan?" Yoongi menghisap kreteknya lagi. Taehyung merespon dengan senyum lebar.
"Saya sendiri ngga nyangka bisa ketemu sama Bang Yoongi di sini. Saya pikir kamu kerja di luar negeri seperti cita-citamu dulu."
Kedua mata Yoongi membola, "Kamu masih ingat soal itu?"
"Soal Bang Yoon yang ingin jadi mekanik di perusahaan Boeing? Haha, jelas masih lah. Saya ingat betul waktu kamu bilang hal itu dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi," Taehyung tertawa geli mengingatnya. Ia ingat dengan jelas ketika Yoongi berseloroh bahwa ia yakin bisa bekerja di bawah naungan pabrik pembuat pesawat terbang di Amerika itu.
"Ck, impian masa anak-anak. Sudah tidak realistis lagi sekarang, Taehyung," Yoongi mendecih pelan, "Cita-cita selamanya akan jadi cita-cita. Apa yang sedang kita jalani sekarang inilah yang jadi realitanya."
"Ehey, kenapa kamu sekarang jadi pesimis begitu bicaranya?"
"Saya tidak pesimis, saya hanya bicara sesuai kenyataan yang ada."
"Tapi Bang, bukan berarti hal itu tidak bisa diwujudkan, kan? Kita cuma.. butuh peluang."
Yoongi tersenyum miring, "Makin berat saja bahasannya. Bagaimana kalau kamu selesaikan saja makan siangmu? Lima belas menit lagi jam istirahat selesai."
Taehyung tak menanggapi, ia lantas menyuap kembali nasinya sembari menatap Yoongi yang terlihat jauh berbeda. Dulu, Yoongi tak terlihat sepesimis ini. Yoongi yang dikenalnya sejak SD hingga SMP adalah sosok yang pemberani dan memiliki kepercayaan diri tinggi. Yoongi yang dilihatnya kini macam sosok yang begitu pasrah akan hidupnya. Taehyung ingin tau apa yang sebenarnya terjadi pada Yoongi selama bertahun-tahun mereka tak saling bertemu.
Tapi buat apa? Memang dia siapanya Yoongi?
"Emm, Bang?"
Yoongi menoleh, tepat ia membuang puntung rokoknya ke tempat sampah.
"Kenapa ngga pernah ikut reuni SD?"
Yoongi tertegun sesaat, sebelum ia beranjak dari kursi sembari mengenakan kembali topi teknisinya, "Saya sibuk."
Taehyung menatap Yoongi tak percaya. Ia ingin bertanya lagi tapi tatapan Yoongi membuatnya menghela napas lesu.
Padahal selama ini Taehyung selalu berharap bisa bertemu Yoongi di acara tahunan itu. Tapi sangat disayangkan, baik saat diadakannya reuni SD maupun SMP, sosok Min Yoongi tak pernah terlihat batang hidungnya. Bahkan teman-teman sekelas Yoongi dulu tidak ada yang paham kenapa manusia satu itu tak pernah datang ke acara ini.
Taehyung sempat berpikir mungkin Yoongi kuliah di luar negeri dan bekerja di sana. Tapi ia dengar dari teman dekat Yoongi- Hoseok, bahwa Yoongi kuliah dan kerja di Korea.Lucunya, Korea terlalu luas untuk bisa mempertemukan mereka berdua.
Itu dulu, sebelum kini akhirnya terasa sempit sejak tau bahwa mereka bekerja di bawah atap bangunan yang sama.
"Oh," Taehyung tak bisa berkata-kata lagi, mendadak saja lidahnya kelu. "Okay."
"Sudah ya, saya mau balik ke pabrik," ujar Yoongi kemudian berlalu begitu saja tanpa menoleh ke belakang lagi.
Taehyung menatap punggung Yoongi yang menjauh dengan helaan napas dalam.
"Kenapa.. kamu selalu saja seenaknya pergi dari pandangan saya sih?"
To be continued..
Hayo tebak, akhirnya Taetae sama Yoonie jadi partneran nggaaaa? Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveliest Partner (Taegi) ✔
Fiksi PenggemarInginnya sederhana; berawal dari teman masa kecil, lalu berujung menjadi teman hidup selamanya. Sekiranya itulah yang ada di dalam benak Taehyung ketika bertemu kembali dengan Yoongi. It's Taegi AU. Story - Written by Chaerachae