Part 9

1.2K 37 8
                                    

Happy Reading

Menutup telinganya dengan bantal. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal ini. Hatinya terus menyumpah dengan keributan diluar sana.

"Kan aku nanya baik-baik mass." teriak mila

"Buat apa? Gak usah kepo sama urusan saya." balas Reno ayah aletta "Saya muak sama kamu. Selalu mempersulit keadaan." teriaknya.

Air mata Aletta terus jatuh. Ia benci ini, keadaan keributan yang sangat ia benci. Ia ingin pergi saja dari rumah ini, tidak ingin mendengar ataupun melihat kedua sosok yang sama keras kepalanya.

Terlintas nama adiknya Alaka. Dimana Alaka? mungkin sudah tidur. Berharap adiknya tidak mendengar teriakkan setan dari kedua orang tuanya ini.

"Aku kan nanya sama kamu. Apa susah nya kamu jelasin ke aku?! Kalau gak ada apa-apa, kenapa kamu seolah-olah ada apa-apa?!" teriak Mila lagi. Ia tidak tahu bagaimana wajah mamanya itu diluar sana. Tembok beton ini begitu tidak berguna sama sekali baginya.

Aletta bangkit dari posisinya dan segera menutup keras pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

Mungkin ia berfikir, bahwa setelah ia membanting pintu, orang tuanya akan menghampirinya dan bertanya kepada dengan dirinya. Namun ternyata salah, kedua orangtuanya masih saja berteriak setan dan tidak peduli.

"AHHH!!!" Teriak aletta dengan mata yang sudah sangat membengkak. "Anjing!!!" teriaknya lagi. Tidak pernah ia merasakan sesakit hati ini setelah beberapa tahun lamanya. Ya, perpisahan bunda dan ayahnya saat ia duduk dikelas dua smp.

Ia menangis. Menangis dalam diam. Menutup seluruh badannya dengan selimut. Tidak peduli dengan matanya yang akan bengkak saat ia turun sekolah esok hari. Yang terpenting, ia merasa lega setelah mengeluarkan segelanya walaupun tidak sepenuhnya.

Drett
Drett

Ponselnya bergetar. Matanya terbuka sedikit, walaupun terasa berat.

"Halo?" ucapnya

"Udah bangun? Sekolah gak hari ini?" tanya gatra diseberang sana

"Baru bangun. Kenapa?" tanyanya dengan suara parau

"Kamu kenapa?"

"Kenapa? Aku gak apa-apa."

"Ya udah. Mandi sana, aku jemput."

"Gak usah. Aku berangkat sama ayah."

"Oh, ya udah deh kalau gitu."

"Gak apa-apa kan?"

"Iyaa. Yaudah mandi sana."

"Iyaa."

Ia memutuskan panggilan tersebut lalu beranjak dari tempat tidurnya. Jam masih pukul 6 pagi, namun ia segera memutuskan untuk segera bersiap-siap.

Tidak lama, ia sudah siap dengan seragamnya. Rambut yang ia gerai tanpa ia sisir sedikitpun. Kini ia sudah siap. Menuruni anak tangga dan tidak melihat siapa-siapa di meja makan. Sangat sepi. Kemana mama nya? Kakaknya? dan juga Ayahnya.

Aletta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang