Part 23

232 28 4
                                    

Happy Reading

Acara semakin ramai walaupun kini keadaannya sudah menunjukkan pukul 7 malam lewat beberapa menit.

Semakin malam, udara semakin dingin. Aletta beberapa kali mendekap tubuhnya yang merasa angin meniup permukaan kulitnya yang tidak mengenakan baju panjang.

Kali ini, mereka sibuk mengolesi makanan yang dibakar dengan alat pemanggang tersebut. Aletta sesekali tertawa mendengar gurauan dari om dayat dan juga tante-tantenya.

"Duduk sayang, jangan bediri aja." suruh mama dayat yang sedikit mengejutkannya. Aletta tersenyum lalu berjalan sedikit menjauh untuk mencari tempat yang hangat.

Sesekali ia meniup tangannya agar merasakan hangat. Ia tau mungkin itu tidak berguna, tetapi sedikit bisa melarikan udara yang membuat jari-jari tangannya mendingin.

"Lo kenapa?"

"Hah? Gak apa-apa kok." sahutnya saat tiba-tiba dayat berada disampingnya.

"Gue liat dari tadi lo tiup-tiup tangan lo. Lo kedinginan?" tanya dayat yang kini duduk tepat disampingnya.

Saat dayat duduk, entah mengapa terasa tiupan hawa hangat menyentuh kulitnya yang membuatnya ingin merasakan kehangatan tersebut.

Aletta mengangguk pelan. "Tunggu bentar." ucap dayat lalu bangkit dan pergi masuk kedalam rumah.

Entah apa maksud dari dayat yang memintanya menunggu sebentar. Ia tidak peduli dan tidak ingin berpikir kelain-lain. Yang ia pikirkan kali ini adalah, ia ingin menghangatkan dirinya yang semakin lama semakin merasa kedinginan tersebut.

Terus meniup dan menggosok telapak tangannya agar merasa hangat. Sesekali ia memejamkan matanya agar bisa menetralkan hembusan angin yang ia rasa semakin menjadi.

"Kak."

Aletta membuka matanya "Ya?" sahutnya sedikit kaget menatap gadis berambut pendek yang memanggilnya barusan.

"Disuruh abang dayat masuk kedalam. Tapi kedapur ya kak." jelas gadis tersebut.

Aletta mengangguk lalu tersenyum "Makasih yaa.." ucapnya lalu beranjak masuk kedalam dan segera pergi kedapur.

Saat didapur, ia menemui dayat yang tengah mengaduk sesuatu didalam gelas yang entah apa isinya mungkin saja teh untuk dirinya. Aletta duduk dikursi dan terus melihat gerak gerik dayat.

"Gue buatin teh panas. Lo minum sampe abis." ujarnya menyodorkan gelas tersebut

"Makasih yat."

"Ini hoodie gue. Lo pake aja, gak usah canggung-canggung. Gue tau lo bener-bener nahan dingin dari tadi." Aletta hanya diam lalu mengangguk pelan. "Gue kedepan dulu. Kalau perlu apa-apa panggil aja jangan sungkan." jelasnya lagi

"Makasih ya yat.." Dayat mengangguk mengiyakan.

Aletta menggenggam mug gelas tersebut. Panasnya seperti menjalar ke seluruh tangan Aletta. Ia merasa nyaman.

Kini tangannya bergerak mengangkat gelas tersebut lalu meminum teh panas yang dayat buatkan untuknya. Menyeruput pelan dan rasanya sangat nyaman. Entah mengapa, malam ini sangat dingin baginya. Matanya juga terasa panas.

"Ta.."

Aletta menoleh lalu tersenyum kepada sang perempuam cantik yang kini duduk tepat disampingnya. Perempuan tersebut langsung memegang jari-jari tangan Aletta lalu kemudian memegang dahi Aletta.

"Kamu sakit? Nggak enak badan sekarang?" tanya Maya yang terus mengusap lembut tangan Aletta.

Aletta menggeleng pelan lalu terkekeh "Enggak kok kak. Letta baik-baik aja. Cuman yang letta rasain malam ini tuh dingin banget."

Aletta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang