haaaiiiii gaes. baru up. dari tadi digangguin ponakan. uhuhuhu
"Jichu ah, Jichu,"
Irene dan Jennie lebih dulu menyadari panggilan dari balik punggung. Mereka menoleh seraya menepuk lengan Jisoo agar menghentikan fokus dari ponsel sejenak. Ternyata Rose datang membawa kotak berisi hot-do-gu. Sosis dan keju mozarella dibalur adonan tepung lalu dilumuri kentang atau tepung roti kemudian digoreng sampai bewarna keemasan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Waahhh, kau buat sendiri?" seru Jennie melihat lima tusuk hot-do-gu dalam kotak plastik bening dan masih ada uap menempel. "Masih hangat. Apa aku boleh minta satu?"
"Ten..."
"Tidak boleh." Hardik Jisoo meraih kotak dan memeluknya bak menimang bayi.
Wendy menghitung jumlah jajanan kemudian menghitung diri mereka termasuk Jisoo. "Aaahh, totalnya pas lima. Jisoo ah, jangan serakah!"
"Hihihihi. Aku memang sengaja membuatnya lima agar masing-masing dapat."
"Yeeeyyyyy! Gomawo, Pasta." senang Jennie berjingkrak kecil sengaja memanggil 'pasta' untuk menggoda Jisoo. "Jichu, dengarkan barusan?"
Jisoo menggumam kesal seraya memberikan kotak ke teman-temannya. Keempat awak pun pamit kemudian beriringan naik ke bus. Sementara Jisoo masih di bawah mengobrol sejenak bersama Rose. Wajah mereka tampak kikuk seperti orang kasmaran. Berkat bias mentari pagi rona di wajah masing-masing cukup terburamkan.
"Pasta, gomawo sudah buatkan camilan. Kau pasti bangun pagi-pagi."
"Aku terbiasa bangun pagi. Hehehe."
"Pasta mau oleh-oleh apa?"
"Tidak mau apa-apa. Selamat bersenang-senang! Kajja, masuk!"
Pintu masuk bus sudah mulai sepi. Jisoo lekas berpamitan dan bergabung ke dalam. Di barisan bangku tengah, keempat sahabat tengah menyantap hot-do-gu. Mereka menunjukkan ke Rose lewat jendela sambil mengacung jempol. Saat bus siap berangkat pun mereka terutama Jisoo melambai pada Rose dan dibalas pula.
*
"Kau mengkhianati persahabatan kita."
Brak! Tubuh Im ahjussi dipepet ke tembok sembari kerah dan dasi dicengkeram kuat.
"Kita tak pernah berjanji, Hyunsuk. Asal kau tahu kalau demi kebahagiaan Yoona dan Jisoo, aku siap melakukan apapun. Dan ingatlah, Hyunsuk, di sini kau yang membutuhkanku. Kalau bukan demi menghormati mendiang istrimu yang juga sahabat mendiang istriku, aku tak pernah mau membantumu lagi."
Cengkeraman terlepas. Kemarahan Park ahjussi mengikis terganti senyum sinis. Raga seusia Im ahjussi tiba-tiba tertawa menggelegar seraya memandang langit-langit.
"Sayang sekali Ailee menurunkan sifat darimu. Dia seharusnya bisa menjadi wanita berperilaku mulia seperti ibunya. Tapi darah bedebah ayahnya mengalir amat lancar. Aku harap dia bisa berubah jauh lebih baik."