Cincin Untuk Pasta

1.6K 189 81
                                    

Baca sampai habis! kenapa? karena aku ngetik bukan nyanyi. eeaaaaa

Setelah ciuman pertama Rose kerap senyum-senyum sendiri apalagi saat di kamar. Awal-awal Lisa tidak begitu peduli karena sang sahabat sekaligus teman satu kontrakan memang murah senyum. Apalagi usai mendapat pekerjaan sampingan baru sesuai bidang. Tapi lama-lama kebiasaan Rose sedikit mencurigakan. Lisa sampai berkali-kali mencuri pandang ke Rose duduk di dapur.

"Seingatku rumah ini tidak ada riwayat aktivitas supranatural." Pikir Lisa menjurus ke arah hal-hal mistis. Bisa saja Rose ditempel salah satu penghuni rumah saudaranya.

Namun, perkiraan Lisa tentu salah. Rose kasmaran dan acapkali tersenyum saat mendapat pesan dari Jisoo. Hanya pesan sederhana tapi meningkatkan semangat seputar aktivitas di luar kampus. Menemukan ide, dikembangkan, sampai nominal masuk. Bukan sekadar pertanyaan pasaran dan labil seperti, 'Sedang apa?' atau 'Apa sudah makan?' Ya, meski obrolan tentu tidak selalu begitu.

Jisoo

Barusan beli tuna dan daging pakai uang pembayaran dari pemesan. Hari ini mau makan bibimbap. Seohyun unnie janji akan membuatkan dan menginap lagi karena Yoong unnie ada kegiatan di luar kota.

Bagus, jadi kau tidak sendiri.

Apa akhir pekan aku boleh menginap?

Apa itu ide bagus? Aku takut Jichu tidak betah. Di sini tidak ada AC, hanya ada kipas.

Tidak butuh AC. Kipas juga sudah cukup. Apa Pasta tidak mau berbagi ranjang?

Tubuhku tidak terlalu besar. Mungkin seukuran guling yang biasa Pasta peluk.

Rose seketika terkikik membaca pesan Jisoo mengenai ukuran tubuh. Sontak saja mengundang kecurigaan Lisa di ruang tengah. Wanita bermata bulat kian terbelalak sembari mengembungkan mulut. Lisa perlahan menoleh agak menyondongkan kepala ke arah dapur. Rose masih tercengir sambil memerhatikan ponsel.

"Apa Rosie sedang melakukan pekerjaan seputar film? Tapi biasanya dia menggunakan laptop, bukan ponsel. Mungkinkah dia sekadar menyaksikan tayangan lawak akhir-akhir ini?"

"Rosie,"

"Ne?"

"Rosie, mengapa tidak duduk di sini menemaniku nonton tv?"

"Aahh, sebentar. Aku buat kopi dulu."

Sekian menit berkutat menyeduh kopi Rose akhirnya duduk di sisi Lisa dan tak lupa mengeluarkan camilan. Lisa pura-pura nonton tv lagi tapi sesekali melirik Rose beserta telfon genggam. Ternyata sekadar laman kakaotalk. Tidak ada yang aneh. Setiap kali melirik pun laman terbuka hanya kakaotalk dan dari pengirim yang sama.

"Ohhh Jisoo unnie." Batinnya melihat nama si pengirim pesan dan lagi-lagi Rose tersenyum. "Hampir saja mengira ada roh merasuki Rose. Ternyata sekadar dilanda cinta. Dasar!"

Jisoo

Seohyun unnie sudah datang membawakan roti. Harum sekali. Tapi...

Tapi apa? Lebih harum bibimbap kalau matang nanti? 

Sabar. Seohyun unnie baru datang. Pasti lelah.

Bukan. Bukan itu.

Lalu apa?

Lebih harum lipgloss bibirmu.

Meski sekadar teks Rose tetap merona merah karena tersipu mengingat ciuman lalu. Tapi tiba-tiba terbesit kegelisahan. Logika sedang bekerja mengatur getaran hati. Menerka-nerka apa Jisoo hanya menggoda? Atau benar-benar terdapat perasaan di dalamnya? Bagaimana kalau beberapa waktu ke depan dia jatuh cinta tapi Jisoo tidak sungguh punya rasa yang sama?

Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang