Real Friend, Fake Friend

1.4K 193 42
                                    

Haalloooo gaes masih di bakso urat penuh dosa. banyak makan bakso maka dosa berupa lemak akan bertumpuk di tubuh. eehhh?


Yoona menghadap ke ruang kerja Im ahjussi. Kejadian tidak mengenakkan seputar Ailee, Seohyun, dan Yoona telah sampai ke telinga duda beranak dua. Namun, hingga kini beliau masih sanggup menunjukkan raut tenang berwibawa. Tidak salah jika Im ahjussi bisa berada di titik sesukses sekarang. Punya perusahaan, investasi, dan rumah megah. Ketenangan dalam menyikapi masalah sangat patut diacungi jempol.

"Appa," panggil Jisoo mengetuk pintu.

"Masuk, Nak!"

Putri kedua membuka pintu dan tampak membawa secangkir minuman masih mengepul. Jisoo menaruh cangkir tersebut di hadapan ayahanda. Secangkir teh jahe. Konon ampuh menenangkan pikiran dan melepas penat. Baik pula bagi tubuh.

"Duduk di sebelah kakakmu, Nak!"

"Baik."

Jisoo duduk di sanding Yoona seraya meraih jemari sang kakak. Di sebrang meja sang ayah menyeruput pelan cairan hangat beraroma sedikit tajam. Sembari meneguk Jisoo amati bahwa ayahanda telah lanjut usia. Kerutan di wajah serta jemari terlihat jelas. Rambut yang dulu seluruhnya hitam lama-lama berubah putih.

"Appa tidak peduli kalian mau atau tidak mau berhubungan dengan siapapun. Tapi kendalikan diri agar jangan sampai kelewatan."

"Aku hanya melindungi orang yang kucintai, Appa." Sahut Yoona paham ke mana maksud ucapan Im ahjussi. "Siapa yang berani mengusik orang-orang yang kusayangi harus dilawan terlepas siapapun itu!"

Jemari Jisoo sedikit menghentak jari Yoona sebagai bentuk teguran supaya lebih tenang.

"Bahkan jika ada yang berani menindas pekerja di rumah kita maka harus berhadapan denganku, Appa!" tegas Yoona lagi.

"Appa bangga pada pendirianmu, tapi..."

"Ailee lebih dulu menyakiti fisik sampai tega menuduh."

"Unnie," lirih Jisoo memekik tertahan.

"Yoona, dengarkan Appa dulu!" tutur Im ahjussi tetap terkendali. "Appa sangat bangga pada kalian karena berani bersuara lantang membela orang-orang tertindas. Tapi selalu ada cara tanpa membalas perbuatan. Jika mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa, apa jadinya dunia ini? Tirulah Seohyun! Dia sangat bisa mengendalikan diri bahkan memilih diam."

"Karena yang tersakiti adalah diri sendiri. Jika orang lain melukaiku atau Jisoo, Seohyun pun tak akan diam."

"Tapi Appa yakin Seohyun tak akan bertindak sepertimu, Yoong."

Yoona tak menyahut lagi karena ayahanda selalu menang. Hingga sekarang pun seperti yang Jisoo sampaikan, Seohyun tidak jujur soal luka di lutut dan bibir. Seohyun memang bukan wanita yang mau membuang waktu demi melayani gara-gara.

"Sampai sini kalian paham?"

"Ne, Appa." Kompak Jisoo dan Yoona.

"Jadi kau mencintai Seohyun, Nak?"

Meski tahu pertanyaannya sudah memiliki jawaban, apalagi Yoona telah mengucapkan secara gamblang, 'Aku hanya melindungi orang yang kucintai, Appa.' Im ahjussi tetap ingin mendengar langsung dari mulut putri sulung. 

"Rumah tangga bukan hal mudah. Kau harus belajar mandiri, mengatur emosi, dan lebih dewasa. Menikah bukan sekadar kalian saling cinta lalu ingin bersama. Setelah janji suci usai, cinta ada di barisan paling belakang. Kalian harus paham bahwa keinginan individu bukan lagi hal utama."

"Aku belum berpikir ke pernikahan, Appa. Masih jauh. Kami juga belum berpacaran. Seohyun masih menutup diri."

*

Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang