haaiiii semua. up di atas jam 10 itu ingetin zaman-zaman masih awal bikin ff. hihii
"Mengapa tiba-tiba tidur di rumah? Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak, Yoong. Hanya sudah lama aku tidak kemari. Sekalian bersih-bersih. Lagi pula, kau baru pulang besok malam."
"Mengapa tidak meminta penjaga yang bersih-bersih? Kau kan baru pulang kerja."
"Jangan! Tidak enak. Mereka sudah bekerja sepanjang hari." Tutur Seohyun berebah melepas penat karena baru benar-benar mengistirahatkan badan.
Sudah berpekan-pekan Seohyun meninggalkan rumah karena tinggal bersama Yoona di rumah Im ahjussi. Debu di mana-mana. Dia harus membersihkan semua sendiri di waktu yang seharusnya untuk bersantai. Namun, paling tidak dengan begitu Seohyun bisa sedikit melupakan biduk prahara di rumah Im.
"Mengapa aku merasa kau menyembunyikan sesuatu, Yeobo?"
"Tidak ada yang kusembunyikan, Yoong. Mengapa mencurigai orang yang kau nikahi?"
"Entah. Hanya perasaan dan semoga salah. Aku ingin saat pulang besok istriku sudah di rumah."
"Arraseo, Yoong."
"Ya sudah, tidur lah. Sudah mengunci semua pintu 'kan?"
"Hm." Gumam Seohyun tiba-tiba teringat ucapan mertua dan Jisoo. Tentang dia yang tidak jelas asal-usul. Juga dirinya yang bukan dari orang terpandang. "Yoongie?"
"Ne?"
"Jika suatu hari orang tua kandungku datang dan ternyata mereka bukan orang baik, apa kau akan meninggalkanku?"
Suara Seohyun tertekan karena tenggorokan sedikit tersumbat. Tubuh berbaring menyamping dan memandang foto pernikahan mereka. Dia dan Yoona di hadapan altar. Bertukar cincin usai saling mengucap janji suci. Janji sehidup semati. Kini janji itu sedang diuji.
"Sepertinya hubungan Jisoo dan Rose mengotori pikiranmu. Aku tidak suka mendengar pertanyaanmu, Hyunnie."
"Mengapa kau tidak jawab saja, Yoong?"
"Seohyunnie! Berhenti membuatku muak! Otakmu sudah tidak waras. Dengar! Siapapun kau aku tidak peduli. Besok, lusa, atau kapanpun aku tak akan meninggalkanmu atas dasar apapun. Jika orang tuamu berani datang, biar kulempar muka mereka dengan uang. Seperti mereka menaruhmu di panti asuhan. Mereka tak berhak atas dirimu apalagi tanpa izinku. Mengerti? Apa kau minum, hah?"
Yoona sedang marah, tapi justru membuat Seohyun tersenyum lega. Sebesar apapun kemarahan sang istri tidak akan berhasil mengikis cinta yang menjadi dasar dan pondasi rumah tangga mereka. Persahabatan belasan tahun membentuk dinding pelindung satu sama lain. Dinding kokoh berbalut cinta.
"Tidak, Yoongie. Maaf, membuatmu kesal. Sekarang aku jadi ingin di sisimu." Tutur Seohyun menatap buram pigora pernikahan mereka.
"Hmmm," gumam Yoona enggan menyahut.
"Mianhae, Yoongie."
"Apa istriku mau menangis? Suaramu serak. Mian. Aku benar-benar tidak suka mendengarmu berbicara seperti tadi. Kau tahu? Yoongie mu frustasi sampai membuang diri ke benua lain. Mau mencintai orang lain pun tidak bisa. Bagaimana mungkin hal bodoh begitu membuatku meninggalkanmu?"
"Saranghae, Yoongie."
"Nado, Yeobo ah."
*
Rose berada di dalam bus. Saat lampu merah di persimpangan dia menoleh ke toko roti tempat Seohyun bekerja. Sesaat dia tersenyum karena merindukan kakak dari orang yang dicintai. Wanita ramah dan murah senyum. Rose ingin sekali mampir saat urusan selesai nanti. Namun, tentu tidak bisa karena akan mengundang masalah lain. Bahkan bisa-bisa Seohyun ikut terseret dan alasan kepergiannya bisa terkuak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)
FanfictionPolemik cinta empat wanita terhalang status sosial.