Haaiiiiii. muach buat para pembaca setia.
"Bagaimana kondisimu, Hyunnie?"
"Baik, Appa." Jawab Seohyun melihat Im ahjussi duduk di kursi sisi ranjang dan meraih jemarinya ke dalam genggaman. Hangat dan penuh kasih sayang. Sama halnya genggaman seorang ayah pada putri kandung. "Appa,"
"Ya? Kau mau sesuatu?"
"Bolehkah, Appa?"
Im ahjussi memanggut cepat tapi enggan menatap wajah Seohyun karena matanya masih berair. Tenggorokan juga masih serak. "Katakan, Nak!"
Bola mata Seohyun menjelajah pelan wajah mertua yang sejak dulu dianggap ayah sendiri. Walau bengkak di area mata sedikit menghadang penglihatan, tapi bisa dilihat jelas seraut muka ditinggali kerutan. Tampak pula bekas titik air mata di pipi.
"Maaf, karena aku bukan wanita yang Appa harapkan untuk Yoona." Lirih Seohyun hampir tak terdengar karena bagian leher sakit sekali saat mengucapnya. "Aku tidak seperti wanita di luaran yang berasal dari keluarga terpandang. Bukan wanita sosialita berlimpah harta. Juga bukan wanita berpenampilan mahal. Dan aku tak bisa meminta seperti apa atau dalam keadaan bagaimana dilahirkan, Appa. Maaf,"
"Tidak, Seohyunnie. Appa yang terlalu egois."
"Maukah Appa memberiku kesempatan? Aku akan berjuang menjadi istri dan menantu lebih baik lagi. Karena sampai kapanpun aku dan Yoona tidak bisa mencintai orang lain. Kepada siapapun menjalin hubungan dan sejauh apapun terpisah, pada akhirnya kembali lagi. Kami memang dilahirkan untuk bersama."
Wajah Im ahjussi tertunduk telapak Seohyun sambil menangis menyesali apa yang sudah diucapkan. Sampai di mana Seohyun menjadi menantu dan perbuatan tidak layak Ailee pun, beliau masih sempat berkata berharap Yoona menikahi wanita terpandang. Kini baru dirasa jika Seohyun adalah menantu terbaik yang diberikan Tuhan.
"Maafkan, Appa, sudah melukaimu. Appa telah menyakitimu dan tidak berterima kasih atas semua yang sudah dimiliki. Maafkan, Appa, Nak! Tidak ada wanita lain yang lebih pantas darimu untuk berada di sisi Yoona."
"Jangan meminta maaf, Appa! Seorang ayah pasti menginginkan hal terbaik untuk anak-anak. Jika Appa menerimaku dengan tulus, itu sudah lebih dari cukup. Aku hanya ingin di sisi Yoona dalam suka maupun duka."
Di ranjang sebelah tertutup tirai, Rose pun tak kuasa menahan tangis. Berada di posisi sebagai orang yang juga dicintai putri Im ahjussi, dia tak tahu sedih atau harus tetap bersyukur. Menjadi putri dari seorang pengedar narkoba dan tidak diterima adalah hal menyakitkan. Tapi di sisi lain Seohyun malah tidak memiliki orang tua sejak bayi. Diterima lalu diam-diam disesali kehadirannya.
"Memang benar. Setiap orang tidak bisa minta dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga seperti apa. Kejadian buruk, siapa yang mau? Andai bisa aku pasti juga tidak mau mendiang appa terjerumus ke obat terlarang." Batin Rose memejamkan mata pura-pura tidur.
*
Jisoo dan Yoona menyusul ayahanda menuju kamar di mana dua wanita paling mereka cintai beristirahat sejak tadi malam. Tapi tiba-tiba Jisoo tak sengaja melihat Jennie dan Lisa keluar dari lorong melangkah ke arahnya. Pasti hendak menuju kamar Seohyun dan Rose juga. Jennie yang sadar sedang ditatap oleh sahabat langsung menahan langkah Lisa. Tanpa aba-aba Jennie dan Lisa berbalik ke lorong setengah berlari.
"Aish, mereka." Desis Jisoo mengejar Jennie dan Lisa.
Yoona bimbang masuk ke kamar inap atau mengejar Jisoo. Tapi akhirnya diputuskan ikut mengejar karena merasa ada sesuatu antara Jisoo dan dua wanita barusan. Apalagi Jisoo dan Jennie telah lama bersahabat. Melihat reaksi barusan maka sudah pasti ada sesuatu di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)
FanfictionPolemik cinta empat wanita terhalang status sosial.