Amarah Dan Air Mata

1.1K 165 99
                                    

Fokuslah pada cerita saja.

Seohyun mengganti posisi tidur menghadap ke meja. Mata sedikit terbuka menangkap jarum jam bertengger di dinding. Pukul 00:45 tengah malam. Dia lanjut tertidur dan lengan Yoona masih melingkar di pinggang. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki diikuti bunyi benturan.

"Jisoo?" lirihnya menoleh ke pintu. Demi memastikan dia beranjak dari ranjang dan meraih piyama.

Ternyata memang Jisoo baru pulang dalam keadaan mabuk. Terhitung sudah tiga kali sang adik suka pulang sampai tengah malam dan dilimpahi aroma alkohol. Setiap ditanya selalu menjawab hal yang sama. Melepas penat.

"Jichu?" panggil Seohyun mengalungkan lengan Jisoo di pundak dan menuntunnya ke kamar.

Seohyun mengambil handuk kecil dan dibasahi pakai air hangat. Penuh sabar dia mengusap wajah, area leher, lengan, dan kaki Jisoo. Setelahnya dia mengambil satu stel pakaian tidur dan mengganti pakaian sang adik.

"Unnieee," gumam Jisoo mengubah posisi menghadap samping sambil menggenggam jemari Seohyun.

"Sssttt. Tidur ne."

"Unnieee,"

Seohyun menghela napas berat karena kondisi wanita yang banyak berubah dua pekan terakhir sejak malam pertikaian. Pun memutuskan terbujur di sanding Jisoo dan memeluknya usai menarik selimut.

"Unniiee, hiks,"

"Sayang, ada apa?"

"Rose. Hikss. Rose pergi. Dia pergi, Unnie. Sskkk. Dia meninggalkanku tiba-tiba."

Jisoo menenggelamkan wajah di leher Seohyun sambil menangis sesunggukan. Kedua tangan masih menggenggam erat-erat jemari Seohyun seolah sang kakak adalah satu-satunya tempat tersisa untuk menumpahkan curahan hati. Karena sadar bahwa ayahanda dan Yoona tentu tak peduli kesedihannya.

"Unnieee, hiksss sskkk,"

Jisoo terus menitikkan air mata hingga lelah dan tenggelam dalam tidur. Keesokan hari seperti biasa dia memilih pergi lebih awal menghindari sarapan bersama Yoona atau ayahanda. Walau berulang kali Seohyun menasihati, tapi tetap tak mau menurut. Bahkan dia sempat menuduh kalau pasti sang ayah dan Yoona berkomplot mengasingkan Rose.

"Jangan menuduh keluargamu begitu, Jichu!"

"Tidakkah Unnie merasa aneh? Rose tiba-tiba pergi setelah Yoona unnie dan appa menolak hubungan kami?"

"Tapi..." ucapan Jisoo terhenti saat melihat Yoona keluar dari kamar. Segera diraih tas dan jaket hendak beranjak. "Aku pergi, Unnie."

"Kau belum sarapan, Jichu." Tahan Seohyun tapi langsung ditepis.

"Bisa makan di luar. Annyeong,"

Di satu sisi Yoona, di sisi lain ada Jisoo. Kakak-beradik yang secara tak langsung mengikis kesabaran Seohyun. Belum lagi sikap Im ahjussi yang berlaku seakan tidak ada apa-apa. Ingin bertanya, takut lancang. Tidak bertanya pun ikut khawatir karena Jisoo mulai berulah. Serba salah.

Akhirnya Seohyun memutuskan bertandang ke kontrakan Rose dan Lisa sepulang dari toko roti. Tak ada orang sama sekali dan ada keterangan bahwa rumah tersebut dikontrakan. Berarti baik Rose maupun Lisa sudah menarik diri dari sana.

"Sekitar dua minggu lalu rumah ini sudah dikosongkan, Agasshi. Awal memang Park Chaeyoung yang pergi, tapi selang beberapa hari Lisa yang pergi. Mereka hanya bilang pindah keluar kota karena pekerjaan."

"Mereka tidak bilang ke kota mana, Ahjumma?"

"Tidak, mereka tidak beritahu dan aku pun tidak bertanya. Karena dari cara mereka menjawab seperti menyembunyikan sesuatu. Jadi aku tak berani menanyakan hal lebih jauh."

Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang