Haaaaalo para pembaca di akun dosa. hahahaha.
Seohyun tak menjawab apapun soal hubungannya dan Yoona. Dia memilih beranjak karena harus mengajar privat. Tapi harus lebih dulu cekcok karena Yoona memaksa ingin mengantar. Seohyun pun mengalah. Bersyukur sepanjang perjalanan Yoona tidak cari gara-gara hingga dia bisa menjalankan tugas sebagai guru dengan baik dan lancar.
"Gamsa hamnida, Songsaenim." Ujar dua bocah laki-laki usai belajar.
"Seohyun ah," panggil seorang wanita berusia beberapa tahun lebih tua dari Seohyun, ibu dari kedua anak.
"Ne, Unnie?"
"Ini catatan pemesananku minggu depan." Tutur sang ibu tersenyum memberi selembar kertas bertuliskan nama roti dan jumlah pemesanan.
"Waahh, senang sekali. Unnie selalu percaya pada roti di toko kami."
Ibu dua anak tersebut merangkul pundak Seohyun seperti berlaku pada orang dekat atau adik sendiri. "Kau adalah alasanku selalu kembali memesan. Bosmu harus memberi banyak bonus karena menyiptakan inovasi baru."
Bukan pekerja toko roti biasa, Seohyun juga memberi ide dan ikut membuat roti. Salah satu roti paling digemari akhir-akhir ini adalah belut tortila. Daging belut diberi rempah-rempah lalu digoreng tak sampai kering. Kemudian ditaruh ke atas lapisan tortila lalu ditambah serutan timun, irisan tomat, bombay, dan saus balado. Menu baru yang berhasil menggeser inovasi Seohyun sebelumnya, roti bakar bebek bulgogi.
Tak sekadar menaikkan omset toko, dua menu tersebut juga menambah pasokan peternak belut dan bebek. Karena begitu laris ada beberapa hari di mana toko hanya menjual kedua menu dan menutup sementara menu lain.
"Hati-hati, Songsaenim. Jangan lupa besok bawakan roti!"
"Hahaha. Baik. Jangan nakal ya!" pesan Seohyun kemudian beranjak.
Sudah biasa bagi Seohyun paling tidak 1 atau 2 minggu sekali membawakan roti dari toko untuk murid-muridnya. Selain bentuk promosi, juga demi menyenangkan hati para murid. Dari sana pula orang tua, keluarga lain, dan tetangga mulai mengenal lalu jatuh cinta pada roti-roti di tempat Seohyun bekerja.
"Seohyunnie?" panggil seorang wanita bernada lembut dan ramah ketika Seohyun hendak menekan bel di sebuah rumah yang terpasang keterangan 'Panti Asuhan'.
"Lee Ahjumma, annyeong."
"Mengapa siang-siang begini, Nak? Pasti kelelahan habis mengajar di dua tempat."
"Kebetulan lewat, Ahjumma. Hahaha. Ahjumma darimana?"
Wanita bernama Lee ahjumma membuka pintu mengajak Seohyun masuk. Mereka berbincang di ruang tamu. Sudah menjadi kebiasaan Seohyun bertandang dua bulan sekali dan memberi sedikit penghasilannya. Pernah tinggal di panti asuhan membuat Seohyun sangat peduli pada anak-anak kurang beruntung. Bahkan bukan 1 melainkan 2 panti asuhan dikunjungi dua bulan sekali.
*
"Hati-hati di jalan, Nak!"
"Gamsa hamnida, Ahjumma. Annyeonghaseyo," pamit Seohyun tapi kegiatan akhir pekan tidak berhenti sampai di sana. Dia harus ke tempat kerja lagi menggantikan pekerja part time.
"Hei, penjaga toko roti!"
Seohyun menoleh ke asal suara. Ternyata ada Ailee di sana berpenampilan layaknya bani sosialita. Pakaian, heels, liontin, anting, jam tangan, cincin, sampai tas. Semua bermerek dan mengilau. Dari ujung rambut sampai ujung kaki kalau ditotal mungkin cukup untuk uang muka properti.
"Ailee Shi, annyeong,"
"Tidak usah basa-basi. Kebetulan sekali melihatmu di sini." Sinis Ailee tak peduli mereka sedang berada di ruang publik. "Jangan terlalu dekat Yoona! Tidakkah pertemanan telah cukup? Sadar lah kalau kalian jauh berbeda. Kau tidak pantas untuknya. Dan perlu kutegaskan bila kami akan dijodohkan. Setelah menikah jangan harap bisa menginjakkan kakimu di rumah mertua!"
![](https://img.wattpad.com/cover/202775537-288-k928439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny (YoonHyun + ChaeSoo)
FanfictionPolemik cinta empat wanita terhalang status sosial.