Warning! 🔞
Jisoo baru saja selesai dengan Lukisanya sekitar lima belas menit yang lalu, dan saat ini dirinya tengah menanggalkan celana jeans selutut serta kaos kebesaran yang semula ia kenakan— menggantinya dengan Gaun malam tipis berwarna putih tanpa lengan. Ia memang selalu tidur dalam keadaan seperti ini, sudah menjadi kebiasaan sejak lama.
Usai menekan saklar lampu yang menyebabkan seisi kamarnya gelap, Jisoo menaiki ranjang, membuka ikatan rambut hingga surai hitam tersebut menjuntai dengan indahnya. Gadis itu lalu menarik selimut dan berbaring menyamping.
Matanya mencoba untuk terpejam—Ia sangat lelah hari ini namun rasa kantuk tak kunjung menghampirinya.
Dan 30 menit sudah Jisoo berusaha untuk terlelap tetapi tak sedikitpun membawakan hasil—ia masih saja terjaga. Sekilas Ia membuka mata, melirik Jam dinding yang telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Matanya yang semula akan kembali terpejam pun tiba-tiba terbuka lebar kala mendengar derit pintu kaca yang menghubungkan antara kamarnya dan balkon digeser.
Jisoo memang tak pernah mengunci pintu itu, Tapi.... Apakah Angin? Ah, tidak mungkin, itu mustahil.
Hantu? Tidak...Tidak Jisoo tidak pernah percaya akan hal-hal semacam itu. Sudah jelas, itu seseorang.—Tapi siapa? Perampok kah? Oh Tuhan....
Bunyi derap langkah kaki terdengar berjalan mendekati ranjangnya.
Posisi berbaring Jisoo yang tengah membelakangi balkon membuatnya tak bisa melihat Siapakah yang sedang menyusup ke kamarnya tersebut. Jantungnya berdetak tak karuan, ingin berteriak namun bayangan bahwa penyusup ini akan berbuat nekat merasuki pikirannya.
"Tuhan lindungi aku" Doanya dalam hati, berharap bahwa siapapun penyusup ini semoga dia tak berniat menyakitinya.Gadis itu meresah sambil menimang-nimang apa yang harusnya ia lakukan dalam keadaan seperti ini, sudah pukul 03.00 dan semua orang sudah tidur, kamarnya jauh dari pos satpam—lagipula ruangan ini kedap suara.
Apakah ia harus bangkit dan berlari menuju pintu yang telah terkunci itu?
Ouh... Segala rencana hinggap di benaknya namun tidak ada satupun yang berhasil atau berani ia lakukan.Jisoo masih tak bergerak sedikitpun, mungkin saja sang penyusup itu berpikir bahwa ia tengah terlelap
Bunyi dari langkah kaki itu terdengar semakin dekat dan secara tiba-tiba
Jisoo merasakan pergerakan pada sisi Ranjangnya—yang seperti tengah dinaiki Seseorang dan Jisoo benar-benar ingin berteriak sekarang.“apa yang penyusup ini inginkan?”
Menahan nafas, Jisoo tercekat kala rasakan Seseorang kini berbaring di belakangnya. Merapatkan tubuh itu pada punggungnya disusul dengan sebuah lengan kokoh yang melingkari perutnya. What the hell?!
Jisoo tidak bodoh untuk menyadari bahwa lengan yang melilit perutnya saat ini ialah milik seorang pria, tapi siapa?
Suasana kamarnya sangat temaram, satu-satunya penerangan disini hanyalah dari cahaya Bulan yang memancar melewati balkon.
Cukup lama Jisoo tak merasakan pergerakan apa-apa lagi di balik tubuhnya, namun ia tetap waspada sebab dada kokoh tersebut masih menempel pada punggungnya. Jisoo menelan ludah susah payah ketika dengan perlahan Tangan tersebut mengusap-usap perut datarnya dari luar gaun malam yang ia kenakan.
Mulai panik saat merasakan sesuatu tenggelam di ceruk lehernya, Jisoo mendengar tarikan dan helaan nafas berat di tengkuknya yang sontak membuat gadis itu sontak merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prisoner
FanfictionWARNING! : 21+ Gadis itu menjalani hari-harinya dengan tentram bersama keluarga yang lengkap dan tentunya menyayanginya. Semua berjalan baik-baik saja dan terkendali sampai kepulangan seseorang dari masa lalu kembali membangkitkan ketakutan yang tel...