"Yerim, apa yang barusan kamu omongin itu serius?" ulang Yuta untuk yang ketiga kalinya. Laki-laki itu duduk bersila diujung kasur Yerim dengan kedua tangan yang menopang dagunya.
"Percuma cerita kalo nggak dipercaya!" tukas Yerim dengan suara serak khas habis menangis. Tanpa berniat menatap Yuta, saat ini gadis itu hanya terus meringkuk dibalik selimutnya.
Yuta seketika merinding, "Astaga, tiba-tiba aku jadi bersyukur tidak terlahir setampan Taeyong—auh, are you kidding me?!" pekiknya ketika sebuah bantal berhasil menimpuk kepala Yuta.
"BUKAN ITU MASALAHNYA!" teriak Yerim yang sudah tidak sabar lagi.
Yuta mendelik kaget, tak menyangka jika ucapannya barusan berhasil membuat Yerim keluar dari tempat persembunyiannya, dengan rambut ruwet kesana kemari dan mata merah sembab.
"Aku malu Kak—mau ditaruh mana mukaku besok?" isaknya sambil menutupi wajah dengan kedua telapak tangannnya
"Hei, nggak usah ditaruh kemana-mana tuh muka—" Yuta mendekat menarik kedua tangan Yerim menjauh dari wajahnya, "Kamu udah bener kok, justru dengan ini semuanya jadi jelas. Kamu nggak perlu bucin lagi sama Winwin."
"Tapi kenapa harus Kak Taeyong sih? Emang nggak ada cewek cantik lagi apa didunia ini?" Yuta menghela napasnya seraya merapikan rambut Yerim yang naik-naik.
"Siapa yang tahu sih bakal kejadian kayak gini? Ini udah takdir, Yerim. Kamu harus ambil sisi positifnya, anggap ini sebuah pendewasaan." Ujar Yuta bijak sambil memeluk Yerim, mengusap surai pendek gadis itu yang tengah berlindung di dada bidangnya.
Yerim merasa sedikit tenang sekarang, ia tahu Yuta bisa menjadi seseorang yang diandalkan. Berada jauh dari kakak kandungnya, Kang Sora, rupanya tidak terus membuat Yerim kesepian karena selama ini Yuta selalu berusaha berperan menjadi kakaknya. Yah, meski tidak jarang juga Yerim dan Yuta berselisih pendapat. Tapi mereka berdua tahu bahwa itu hal wajar yang biasa terjadi ditengah hubungan persaudaraan.
"Besok lagi jangan gampang ke-GR-an, repot kan jadinya—ASTAGA SAKIT DEK!" Yuta seketika menggeliat begitu tangan Yerim mencubit pinggangnya.
"RESEK SIH!" teriak Yerim yang masih tetap dalam posisi memeluk Yuta. Yuta terkekeh, merasa lega setidaknya sifat galak Yerim masih ada. Ia sempat khawatir jika gadis itu akan murung selama berhari-hari.
---
Pagi mendung yang menyambut awalnya hari ini seakan ikut membaca perasaan kedua insan di tempat berbeda yang tengah termenung dalam lamunannya. Hawa dingin diwaktu subuh menambah sunyinya keheningan yang dirasa keduanya saat ini.Yerim menatap kebawah suasana pagi dari atas balkon kamarnya, kedua tangan kecil itu berpegangan pada pembatas besi yang digunakan untuk menopang tubuhnya. Jauh dalam lubuk hati gadis itu masih terluka, namun ia kubur dalam-dalam seolah semua sudah baik-baik saja. Yerim masih terluka akan cintanya yang kandas. Sesekali air matanya masih lolos di pipi mulus gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKEN | Winwin ✔
FanfictionCERITA TAHUN 2014 BELUM DIREVISI. Winwin itu... paling susah ditebak! Dibalik sifatnya yang agak tertutup itu, kadang dia jadi galak dan super ngeselin. "Gausah temenan sm aku, aku benci cewek berambut panjang!" Kadang dia jadi manja banget sambil p...