30

155 25 2
                                    

Setiap senyum tak selalu tanda bahagia, setiap tawa tak selalu tanda ceria. Meskipun kita nyata, dunia tetap lah penuh sandiwara. Meskipun kita tidak bisa berpura-pura selamanya, senyum selalu lebih mudah daripada menjelaskan mengapa kita bersedih, mengapa kita putus asa, mengapa kita menyerah.

Winwin, laki-laki misterius yang menyimpan ribuan luka dibalik senyumnya. Laki-laki yang berusaha tegar meski menanggung beban sendirian. Tersenyum dibalik bayang-bayang masa lalu yang menghantuinya.

Setelah mendengar penjelasan dari Melisa dan Seojeon, Yerim merasa dunia berhenti berputar untuk sementara. Perasaan marah, sedih, terkejut, semua bercampur menjadi satu kehampaan yang membuat Yerim tidak bisa berbuat apapun saat ini. Memejamkan matanya erat-erat dengan mengginggit bibir bawah yang terkatup rapat, mencoba menahan tangis. Gadis itu bahkan memeluk bantal, memendamkan seluruh wajahnya guna meredam jeritan pilu yang mungkin bisa terdengar dari luar kamar. Sudah menjadi kebiasaannya melakukan hal itu ketika menangis frustasi.

Selama ini ia selalu berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya yang terluka, dan selalu menyalahkan Winwin sebagai penyebab luka itu. Merasa bahwa cintanya paling suci karena rela terluka olehnya. Tanpa tahu apa sebab dari segala sikap Winwin, gadis itu hanya selalu merasa bahwa Winwin egois.




Winwin, adalah korban kekerasan dari ibu kandungnya sendiri sejak kecil. Peristiwa itu dimulai ketika adiknya Soyeon meninggal karena kelalaian orang tuanya. Ya, Tiffany rupannya menyalahkan Winwin atas kematian Soyeon. Sebelumnya keluarga Winwin sangatlah sempurna, Changwook adalah pengusaha muda sukses yang berhasil membuka lima cabang perusahaan di berbagai negara dan Tiffany adalah seorang ballerina yang sudah memiliki sanggar sendiri. Sampai suatu hari, Tiffany mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak bisa menari balet lagi selama sisa hidupnya. Wanita itu tentu sangat frustasi begitu mengetahui karirnya kini sudah berakhir, dan Changwook tidak bisa benar-benar menghiburnya karena kesibukan pria itu dalam urusan bisnis.

Pada kehamilan pertama Tiffany, ia benar-benar mengharapkan anak perempuan untuk bisa meneruskan cita-citanya yang terputus. Namun seolah langit tak mendengar doanya, Tiffany melahirkan Winwin sebagai anak pertamanya. Meski begitu ia tetap berusaha menyayangi Winwin dengan sepenuh hati hingga akhirnya ia mendapatkan putrinya Soyeon. Sayang, takdir berkata lain. Lagi-lagi Tiffany merasa terpuruk, kehilangan anak sekaligus harapan masa depan anaknya untuk menjadi penerusnya. Ia marah dan frustasi tanpa ada seorang pun di sisinya, bahkan Changwook tak mampu menyempatkan diri untuk hadir di pemakaman Soyeon.

Setelah semua aksi kekerasan yang dialami Winwin selama kurang lebih dua bulan, Changwook dan Tiffany resmi bercerai. Satu bulan kemudian Tiffany dirawat di rumah sakit jiwa dan setahun setelahnya ia meninggal karena bunuh diri dikamarnya.



Yerim tak bisa membayangkan bagaimana Winwin merasa ketakutan saat melalui hari-hari di masa kecilnya. Pantas saja laki-laki itu tidak pernah bercerita pada Yerim tentang bagaimana ibunya, biasanya anak yang lebih dulu kehilangan orang tuanya akan menceritakan segala kenangan manis yang pernah mereka lalui pada sahabatnya. Tapi Winwin tidak, ia bahkan selalu berusaha mengalihkan topik saat berbicara tentang sosok ibu dan dengan tidak pekanya Yerim hanya menuruti hal itu tanpa tahu sebab apa yang dilakukan Winwin.

Tiba-tiba segala tingkah laku aneh Winwin serasa masuk akal. Bagaimana laki-laki itu sangat membenci gadis bersurai panjang, bagaimana laki-laki itu hampir tidak pernah berhubungan dengan gadis manapun selain Yerim, bagaimana laki-laki itu begitu takut dengan kolam renang, bagaimana laki-laki itu mengigau ketakutan saat tertidur di rumah Yerim. Semua itu berkaitan dengan segala rasa trauma Winwin dimasa kecilnya.

Yerim menengadah, mengambil napas dalam-dalam melalui mulutnya lalu menghembuskannya dengan pelan. Hidungnya sudah tersumpal penuh dengan ingus. Ia benar-benar tidak menyangka alasan dibalik pertengkarannya dengan Winwin dulu adalah salahnya. Yerim merasa bersalah karena ia tidak tahu bagaimana Winwin begitu trauma dengan bayang-bayang wanita yang menyiksanya selama dua bulan penuh. Ia pasti merasa tertekan setiap kali melihat wanita bersurai panjang yang mengingatkannya pada sosok itu. Yerim yakin, kala itu Winwin tidak bermaksud membenci Yerim hanya karena gadis itu memiliki surai panjang. Laki-laki itu pasti hanya merasa trauma dan tidak tahu bagaimana cara menanganinya.

Ingatan Yerim kemudian berbalik pada saat Winwin menangis dalam tidurnya di pangkuan Yerim malam itu, dan kemudian tersenyum di pagi hari seolah tak merasakan beban apapun. Seharusnya Yerim tahu lebih awal, seharusnya ia lebih peka. Agar Winwin tidak merasa sendirian. Supaya laki-laki itu tidak merasa putus asa.

Winwin membutuhkan seseorang tapi Yerim justru membencinya saat itu. Yerim benar-benar merasa bodoh. Pikiran Yerim kembali bertanya-tanya, mungkinkah Winwin benar-benar gay? Apakah laki-laki itu benar-benar menyukai sesama jenis murni dari dirinya atau hanya pengalihan akan rasa traumanya pada seorang wanita yang membelenggu?


Membaringkan tubuhnya diranjang, Yerim mencoba menenangkan diri setelah merasakan kepalanya berdenyut sakit. Matanya menjadi dua kali lebih tebal dan berat hanya untuk berkedip. Ditariknya selimut hangat hingga sebatas leher dan mulai memejamkan matanya dengan perasaan gelisah. Otaknya masih terus memikirkan Winwin tetapi tubuhnya sudah sangat lelah. Jangan lupakan sisa nyeri di punggung dan pinggang Yerim karena peristiwa tadi. Yerim butuh istirahat sekarang.














To be Continued...
---







Don't forget to press the vote button ❤

MISTAKEN | Winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang