Winwin's POV
Kami baru saja sampai di krematorium tempat dimana abu Soyeon disimpan. Hanya perlu 30 menit untuk menempuh perjalanan kesini dari apartemen Kak Taeil. Melangkah pelan, memasuki area krematorium dengan mawar merah yang setia berada digenggamanku. Aku selalu membawa bunga itu setiap mengunjungi Soyeon entah mengapa, menurutku mawar merah itu tanda cinta. Maklum saja, aku tidak pernah memberikan hadiah apapun untuk seseorang.
Baru beberapa langkah kami berdua masuk, tiba-tiba seorang pria paruh baya menepuk pundakku.
"Dong Sicheng, sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu kesini." Itu Pak Il Nam, salah satu penjaga disini yang cukup dekat denganku.
"Hm, aku melanjutkan studi diluar negeri, Pak. Gimana kabar Bapak?"
"Baik. Wah kamu hebat, pantas saja akhir-akhir ini bukan kamu yang mengunjungi Soyeon."
Kedua alisku secara otomatis tertaut begitu mendengar penuturan Pak Il Nam, bukan aku yang mengunjungi Soyeon? Memangnya siapa yang mengunjunginya selain aku dan Papa? Sedangkan kami berdua belum pernah berkunjung lagi kesini semenjak kepindahan kami ke Kanada.
"Kenapa kalian berdua nggak datang barengan sih? Dia baru aja tadi kesini." Lanjut Pak Il Nam.
"Siapa, Pak?" tanyaku pada akhirnya. Pak Il Nam justru tertawa.
"Pacarmu, siapa lagi? Cewek yang selalu kesini tiap minggu." Pak Il Nam kemudian merangkul pundakku seraya melanjutkan kalimatnya, "Kamu beruntung punya pacar setia kayak dia, cantik lagi."
Pikiranku entah mengapa langsung tertuju pada sosok gadis yang selalu memenuhi pikiranku, Yerim.
"Dia disini?" Tanyaku. Pak Il Nam mengangguk antusias.
Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung berlari menuju tempat abu Soyeon disimpan berada, berharap jika gadis yang dimaksud Pak Il Nam itu benar-benar Yerim. Sayang, aku tidak menemukan siapapun disana. Belum menyerah, aku masih mencari-cari keberadaan Yerim disetiap sudut lorong. Sudah seluruh lorong aku telusuri namun aku tidak menemukan seseorang yang kucari.
Lantas aku berlari ke parkiran, mengedarkan pandanganku ke sekitar. Jantungku berdebar begitu cepat, aku bahkan tidak bisa membedakan mana debaran karena lelah berlari dengan debaran karena berharap bertemu dengan Yerim. Jika benar seseorang yang dibicarakan Pak Il Nam tadi adalah Yerim, aku tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Yang jelas aku akan sangat merasa bersalah saat itu juga karena tidak pernah menyadari betapa gadis itu berjuang mendukungku, bahkan disaat aku tidak ada disini pun, ia tetap tidak pernah melupakanku.
Tanpa sadar, mataku mulai memanas dan penuh dengan cairan bening yang siap mengalir kapan saja. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri karena telah menyia-nyiakan seseorang yang begitu tulus padaku, aku bahkan memang sudah membenci diriku sendiri mengingat bagaimana perlakuan burukku terhadap Yerim selama ini.
Tiba-tiba ekor mataku menangkap satu objek yang tak asing lagi, aku melihat punggung Yerim yang berjalan menjauh. Jangan tanya lagi bagaimana keadaanku sekarang, aku bahkan mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat menahan rasa gugup. Jadi benar bahwa gadis yang dimaksud itu adalah Yerim. Lalu pantaskah jika aku berharap? Layakkah aku untuk mendapatkan kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki hubungan kami?
Kedua sudut bibirku tertarik keatas seraya berlari kecil menghampiri gadis itu sesaat sebelum aku menyadari bahwa gadis itu tidak sendiri. Ia tengah berjalan menghampiri sosok lelaki yang berdiri bersandarkan mobilnya. Lee Taeyong. Laki-laki itu tersenyum lebar menyambut Yerim dan merangkul pinggang gadis itu dengan posesif. Menuntunnya masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Persis seperti pangeran yang tengah menjemput sang putri untuk menuju ke istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKEN | Winwin ✔
FanfictionCERITA TAHUN 2014 BELUM DIREVISI. Winwin itu... paling susah ditebak! Dibalik sifatnya yang agak tertutup itu, kadang dia jadi galak dan super ngeselin. "Gausah temenan sm aku, aku benci cewek berambut panjang!" Kadang dia jadi manja banget sambil p...