Lelah.
Iya, itu lah yang dirasakan laki-laki itu. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyimpan rasa sakit dan mimpi buruk sendirian, pun ditambah mengetahui bahwa tidak ada yang benar-benar peduli. Seseorang yang harusnya menjadi sandaran saat ini, justru menjadi yang paling jauh darinya. Dong Changwook, adalah seseorang itu. Seseorang yang selalu diharapkan kehadirannya oleh Winwin. Tapi Winwin sudah lelah, menunggu sosok ayahnya itu untuk sekedar menanyakan kabarnya dan bagaimana perasaannya. Sosok ayah yang seharusnya menjadi figur bagi Winwin justru menjadi seseorang yang paling ia benci saat ini. Benci karena rindu lebih tepatnya.
Beruntung lah Winwin memiliki Yerim, gadis tangguh yang selalu siap membantu Winwin melalui hari-harinya. Namun seolah tak tahu terima kasih, Winwin justru menyakiti gadis itu. Membuat satu-satunya orang yang peduli padanya menjauh. Winwin menyesal, tapi ia tidak mau menyalahkan rasa cintanya pada Taeyong. Ia tetap teguh pada pendiriannya, meskipun ia juga tidak menyalahkan Yerim yang menyukainya. Sepenuhnya Winwin menyadari bahwa itu wajar jika Yerim menaruh hati padanya, mengingat bahwa mereka menghabiskan waktu bersama-sama sejak kecil.
Ada pepatah yang mengatakan, tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan ketika bersama, karena kemungkinan salah satunya sudah jatuh cinta. Sayangnya, disini Winwin justru mencintai pria lain. Seorang pria berhati malaikat dan berparas bak pangeran dalam dunia dongeng, Lee Taeyong.
"Mianhae, Yerim-ah." Sebuah kalimat tulus dari hati Winwin yang mungkin tidak akan pernah terdengar oleh Yerim. [Maaf, Yerim.]
Meski masih tenggelam dalam lamunan, langkah kaki Winwin terus berjalan memasuki sekolahnya yang sudah ramai. Suasana sekolah masih sama, memangnya apa hal beda yang diharapkan selain suasana class meeting dan masa-masa tegang saat ujian?
Laki-laki itu berjalan menusuri koridor dan menaiki anak tangga dengan santai, atau jujur saja berusaha santai. Winwin harus bisa mengalihkan fokusnya pada hal lain, ia tidak mau kenangan-kenangan buruk itu terus menguasainya. Membuatnya sakit dan semakin lemah. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, dilakukannya tepat sebelum memasuki ruang kelas 1-A.
"HAECHAANN!!" teriak seorang laki-laki dengan suara cempreng mirip lumba-lumba. Sang empunya pun berlari memutari kelas menghindari sosok yang mengejarnya, Chenle.
"BERHENTI!! GANTI RUGI, NGGAK?!" teriak Chenle yang masih berusaha menangkap Haechan, tak lupa tangan kanannya itu sudah siap menyerang Haechan menggunakan sapu kelas.
Haechan melotot begitu tahu Chenle membawa alat untuk menghajarnya. Merasa terpojok, buru-buru ia meraih kemoceng bulu ayam yang tergantung di sudut kelas untuk melindungi diri.
"UDAH DIBILANGIN ITU MAHAL JANGAN SEMBARANGAN PAKE KALO NGGAK BISA!" bentak Chenle sambil mengarahkan pukulan sapunya ke paha dan pantat Haechan. Haechan yang berusaha menghindar itu juga menyerang Chenle dengan menusuk-nusuk bulu kemoceng ke hidungnya sambil nyengir tanpa dosa.
Renjun, yang sudah pusing melihat aksi bar-bar kedua orang itu langsung menengahi.
"Chenle, udah dong! Kalian kalau mau berantem di luar aja sana." Tegur Renjun sambil menarik tangan Chenle, menghentikan aksi Chenle yang masih memukul Haechan.
"Nggak bisa, pokoknya aku harus marah sekarang. Soalnya Haechan baru aja ngerusak drone-ku!"
"Iya iya, nanti aku ganti." Sahut Haechan yang justru nyengir menanggapi Chenle.
"GANTI GANTI PALA LU DIGANTI SANA!" Chenle yang masih kesal kembali memukul Haechan dengan sapunya, kali ini mengenai betis Haechan.
"Astaga, stop, please! Chenle! Diem! Itu Haechan udah bilang kan kalau mau diganti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKEN | Winwin ✔
FanfictionCERITA TAHUN 2014 BELUM DIREVISI. Winwin itu... paling susah ditebak! Dibalik sifatnya yang agak tertutup itu, kadang dia jadi galak dan super ngeselin. "Gausah temenan sm aku, aku benci cewek berambut panjang!" Kadang dia jadi manja banget sambil p...