32

178 28 5
                                    

Pagi itu, sinar mentari menembus ke dalam kamar Yerim dengan posesif melalui jendela kamarnya. Hangatnya terpaan sinar mentari lama kelamaan membuat gadis yang masih terlelap itu mulai terganggu. Yerim baru saja hendak membuka matanya namun cahaya silau mentari itu membutakan pandangannya. Secara otomatis tubuh Yerim berbalik memunggungi jendela kamarnya. Tangannya yang mungil itu perlahan keluar dari balutan selimut, meraih ponsel yang semalam ia letakkan diatas nakas dan melirik jam disana.

Pukul 10.47 am

Dalam suatu buku mengatakan, hal terbaik yang bisa dilakukan untuk menghilangkan beban pikiran dalam sejenak adalah tidur. Benar adanya, Yerim tertidur pulas semalam, seolah hari-hari sebelumnya ia tak pernah bisa mendapatkan kesempatan untuk tidur. Hanya saja tampaknya ada yang salah dalam kalimat 'tidur dapat menghilangkan beban pikiran', karena baru saja dua menit Yerim kembali dalam kesadarannya, ingatannya langsung beralih pada Winwin. Ia khawatir pada laki-laki itu.

Kedua telapak kaki Yerim serasa dingin begitu menyentuh permukaan lantai kamarnya dan mulai beranjak menuju kamar mandi dengan langkah gontai. Ia berencana mengunjungi rumah Winwin setelah ini. Tidak peduli dengan kemungkinan respon apa yang akan ia dapat, Yerim hanya ingin melihat Winwin sekarang. Merasakan laki-laki yang dicintainya dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja benar-benar membuat Yerim frustasi. Ia ingin segera datang pada Winwin dan memeluknya erat-erat.

Baru saja Yerim menuruni tangga menuju dapur, melihat kedua orang tuanya dan Yuta sedang mengobrol sambil menikmati roti bakar buatan Melisa. Tapi tunggu, ada sosok lain yang mengisi kursi kosong tempat Yerim biasanya duduk. Laki-laki itu sadar saat ini tengah ditatap Yerim, kemudian membalas pandangan Yerim dengan nanar.

"Yerim, mau kemana?" tanya Seojeon yang baru saja menyesap kopi hitamnya.

"Ke rumah Winwin." Jawab Yerim singkat. Tangannya sibuk mengoles selai strawberry di satu sisi roti bakar yang berjajar diatas piring.

"Sayang..." Melisa mengelus pundak Yerim dengan lembut, berusaha menenangkan putrinya yang sedang kacau.

"Winwin sudah pindah, dia berangkat ke Canada sama Changwook tadi pagi." Jelas Seojeon secara terang-terangan.

Jawaban Seojeon sontak membuat Yerim menghentikan aktivitas mengoles selainya. Ia kemudian melirik ayahnya sembari meletakkan kembali roti itu diatas piring.

"Kapan?" tanya Yerim menahan diri untuk tetap terlihat tenang.

"Penerbangan jam delapan pagi tadi." Jawab Seojeon singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari tabletnya.

Baiklah, Yerim sudah benar-benar gellisah sekarang. Ia merutuki dirinya dalam hati karena bangun kesiangan hari ini.

"Sampai kapan?" tanya Yerim dengan suara gemetar. Ujung matanya sudah penuh dengan cairan bening yang hampir membludak.

"Mereka akan tinggal disana—"

BRAK!

Itu tangan Yerim yang memukul meja, gadis itu benar-benar terkejut oleh apa yang baru saja ia dengar.

"Jadi kalian habis nganter Winwin ke bandara?" tanya Yerim yang diangguki oleh Yuta dan Melisa.

"Tanpa aku?" Kini air mata gadis itu sudah tak mampu lagi dibendung, cairan bening itu lolos melewati pipinya begitu saja.

"Kamu sakit, sayang. Tadi pagi bunda cek badan kamu agak demam, makanya bunda—"

"Terserah!"

Belum sempat Melisa menyelesaikan kalimatnya, Yerim langsung memotongnya seraya melenggang pergi keluar rumah. Melisa tampak khawatir dan hendak menyusul langkah Yerim sebelum Taeyong berdiri dari tempat duduknya, mencegah Melisa untuk pergi.

MISTAKEN | Winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang