Ting nong-----
Seseorang membuka pintu rumah ini. Jelas saja setelah gue menekan bel berbunyi klasik itu.
Jangan tanya gue lagi dimana, kalian pasti tau sendiri.
"Lo---" mukanya berubah sinis "Ngapain lo disini!?" lanjutnya seolah tidak menginginkan kehadiran gue.
Postur yang tinggi dan berbobot muncul dari balik pintu. Dia bukan si empunya rumah orang yang gue cari. Tapi kenapa dia ada disini?. Mata berbalik mengincar yang jelas mengenal siapa orang yang didepan gue sekarang.
"Dimana Kennan? Gue mau ketemu sama dia--"
Kata gue tertahan setelah selangkah berhasil masuk melewati pintu itu. Namun Dirta begitu saja mendorong kembali keluar.
Heoyyy! Gue mengumpat beberapa kata disana, dia hanya menatap tajam bola mata gue yang mulai mengerjit.
"Ngapain lo cari Kennan, hah!? Gak puas lo bikin Kennan kaya kemaren!? Lo dimana waktu Kennan di bully?"
Jelasnya mengingatkan gue akan kesalahan itu. Ya, gue emang salah, tapi percayalah gue juga gak ingin hal ini terjadi. Bahkan gue selalu di hantui dengan rasa bersalah ini.
"Gue mohon--- izinin gue buat ketemu sama Kennan, gue bakal jelasin semuanya"
Mencoba untuk meyakinkan Dirta, tetap saja hasilnya nihil. Dia terus menendang semua perkataan gue. Apa dia sebegitu bencinya pada gue?
"Semuanya udah jelas... Lo gak perlu ngomong apa-apa lagi---"
Potongnya memutar tubuhnya membalik lekas memasuki rumah besar itu tapi....
"Gue mohon sekali ini aja...."
Gue menahan kakinya dan merengkuhkan lutut mengenai lantai seolah memohon pada Dirta. Rasa malu, egois takut akan lunturnya citra gue, sudah lenyap begitu saja. Terpenting kali ini gue ingin bertemu dengan Kennan.
"Udahlah!!! Yang harus lo lakuin sekarang, cukup menjauh dari Kennan itu akan membuat semuanya membaik"
Tutupnya melepas pegangan gue memasuki rumah besar Kennan dan menutup rapat hingga tak terlihat batang hidungnya lagi.
******
Sudah hari ke 5 tidak melihat Kennan diarea kampus lagi, bahkan Dirta pun ikutan menghilang ditelan bumi. Kemana mereka?
Beberapa hari ini gue sengaja memutar arah menuju rumah Kennan saat berangkat ke kampus. Setiap kali gue lewat sana pelataran rumahnya terlihat sepi seperti tanpa penghuni satupun.
Itu menambah rasa cemas gue dengan menghilangnya mereka di kampus. God, tolong jaga Kennan dimanapun dia berada. Jika kita masih diberikan waktu untuk bertemu, maka satukanlah kami kembali.
Hzzzzzssss....
Tak terasa dentik air ini begitu saja keluar akhir-akhir ini. Gue coba menghapus tapi luncuran itu tetap mengalir sesuai alurnya. Sial!.
"Na! Lo harus ikut gue!"
Seseorang mengagetkan gue yang jelas gue tau Tijay yang memiliki si empunya baritone. Tidak sempat mengusap sisa dentik menyebalkan itu, mungkin Tijay akan mentertawai gue saat melihatnya.
Tijay terus menarik yang entah kemana tujuannya. Sial, bahkan dia mengabaikan gue dari awal.
Huhhszzzzz "Belum telat--"
Nafasnya tergontai-gontai berhenti di depan sebuah ruangan yang gue tau ini ruangan komite kampus. Tapi ngapain Tijay bawa gue kesini? Apa mungkin gue lupa bayar uang kuliah? Tapi masalah itu sudah di handle mamih tiap tahunnya.
"Na-- ini ga-wat" katanya terbata-bata "Gue kira yang gue liat kemarin oleh kemampuan melihat masa depan itu hanya khayalan gue aja, ternyata benar Na!" lanjutnya membuahkan tanda tanya besar di otak gue.
"Maksud lo apa sih?"
Detik berikutnya gue berhasil mengeluarkan tanda tanya itu. Tijay masih mengatur nafasnya tapi...
"Lo harus cegah cowok itu--" jarinya menunjuk seseorang di ruangan komite kampus "Kennan bakalan dipindahin ke luar kota Na, gue liat jelas di bayangan gue kemaren dan ternyata emang benar!"
Jelasnya berhasil membuat mata gue geram dan segera mengejar orang yang di tunjuk Tijay. Dia keluar dari ruang komite dan berjalan entah mau kemana. Gue tau itu Dirta yang menghilang bersama Kennan. Tapi kenapa dia begitu kenal pada Kennan? Hingga dia berani-beraninya mau pindahin Kennan keluar kota.
"Tunggu-- gue tau lo denger gue!"
Lerai gue berhasil menghentikan langkahnya. Dia tidak berbalik badan namun gue paksa membalik. Matanya malas seperti di rumah Kennan lalu. Sial! Apa sebegitu bencinya dia pada gue?
Hahhhs.s.... Husszzzz "Maksud lo apa pindahin Kennan keluar kota!?" seringai itu muncul begitu saja "Sebenernya siapa lo, hah!? Berani-beraninya pindahin Kennan dengan seenaknya!"
Seringai itu kini ditemani cengkraman tangan di kerahnya. Gue gak peduli meski ada dosen atau siapapun yang liat sekarang.
Hehsszzz "Gak penting lo tau gue siapa-- Ini buat kebaikan Kennan gak lebih, ngerti!" jelasnya "Lagian lo tau darimana ini semua? Oh, hmm!"
Tatapan dan senyum miring yang gue benci itu menusuk penglihatan gue dalam saat melirik Tijay. Dia benar-benar memuncakkan amarah dalam diri gue kali ini.
Eughhh....
"Tenang Na, bukan saat nya lo berkelahi-- Sebaiknya lo gunain kelebihan lo buat kendaliin nih orang"
Hampir saja gue melayangkan tinjuan ke pipi kanan Dirta, Tijay begitu saja menahan dan berbisik di telingan kiri gue.
Hufttssss
Tijay benar kenapa gue gak kepikiran melakukannya dari kemarin-kemarin, mungkin gue bisa gunain kelebihan gue sekarang. Berharap saja bisa mengembalikan semuanya seperti sedia kala.
Gue lepas tangan ini dikerahnya yang mengusut dan mulai menarik nafas pelan serta menatapnya tajam dan.....
"Dirta... Gue mohon lo batalin pemindahan Kennan dikampus ini... Gue janji bakalan jagain Kennan dengan segenap jiwa gue"
Kata itu terlontar dengan tenang ditemani tatapan tajam dan diakhiri dengan senyuman indah yang penuh sihir.
-
-
-
-
-
-
-Media itu Dirta Vien Utsaka
Waduhhh maaf ya baru bisa update lagi, seminggu kemaren sibuk banget dengan aktifitas harian, tapi lumayan lah udah bisa move on sama itu dan balik lagi ngetik ampe kriting heheee
So happy reading love
KAMU SEDANG MEMBACA
P O S S I B L E (MPREG & Supranatural BxB)
Romance10 Oktober 2019 On-going "Siapa dia?" Berawal dari sebuah mimpi yang aneh kehidupan seorang cowok yang notabennya badboy dan incaran cewek kampus menjadi bepaling terbalik setelah beberapa hal yang mulai gak logis di kehidupannya. Itu hanya sebuah m...