Part 19

95 3 0
                                    

"Pa.... Ma.... "

Panggilan serak nan kecil itu membangunkan Axel yang tertidur disebelah kursi sebelah Vany.

"Vany... " ucapnya dengan riang walau rasa kantuknya sangat berat. Tetapi segera ditepisnya, kala melihat kedua mata indah itu mengerjap.

"Bang.... Axel...."

Axel segera memegangi tangan kanan adiknya itu "Iya kenapa?"

"Minum"

Axel mengangguk. Ia mengambil segelas air putih yang disana beserta sedotan disampingnya, ia berikan kepada Vany dengan mengarahkan sedotan menuju bibir kering Vany.

"Papa sama mama mana?" tanya Vany setelah selesai melepas dahaga itu.

Axel tersenyum meletakkan minuman itu kembali ke tempatnya "Lagi keluar sebentar"

"Bang Davan? Bang Devan? Mana?"

Namun, kali ini Axel terdiam sejenak. Mengingat kejadian tadi yang menimpanya. Tetapi Axel berusaha tersenyum, sebab dirinya tak boleh membuat adik kecilnya ini khawatir..

"Bang Davan sama bang Devan lagi di rumah, disuruh jaga rumah" jelas Axel berbohong

"Kenapa bang Axel berbohong dengan Vany" batinnya kian sedih

Axel mengusap pelan puncak kepala Vany. Bagaimanapun dia tidak akan rela adiknya mengetahui pertengkaran tadi. Dia tidak rela adiknya bersedih, dan terluka. Dia hanya rela kejadian tadi hanya menyakitinya, bukan adiknya.

"Sekarang Vany istirahat lagi ya, besok pagi kita pulang" ucap Axel masih menghelus puncak kepala Vany.

"Hm...  Bang Axel tidur disofa aja, Vany gak papa kok"

"Beneran?"

"Iya bang"

"Yakin?"

"Iiih iya, pergi sono ke sofa"

"Iya deh iya, tidur ya. Awas aja kalo nggak tidur"

"I... Ya....  Abangku sayang"

"Gitu dong,  baru adik abang"

Axel beranjak ke sofa. Matanya lantas melirik arloji tangannya, pukul 02.00. Sungguh masih jam tidurnya. Dia melirik ke Vany, perempuan itu sudah tidur kembali seperti diawal. Mungkin pengaruh obat yang diberikan tadi belum habis di tubuh adiknya itu.

Matanya kembali beristirahat untuk menyambut mentari esok pagi.

🍁🍁🍁🍁

Baru saja Axel merasakan alam bawah sadarnya dengan nikmat.  Matanya kembali terbuka kala jeritan keras itu berasal dari Vany. Ia segera menghampiri Vany dan memeluknya.

"Vany... Vany.... Abang disini Vany"

Mata Vany seketika memandang abangnya sebentar, dan langsung memeluknya dengan erat.

"Bang Vany takut.... Penjahat itu... Vany takut...."

Axel mengusap punggung Vany dengan perlahan "Stttts,  penjahatnya udah dipenjara, jadi Vany tenang aja"

"Nggak bang... Nggak.... Mereka pasti akan ngincar Vany lagi...... "

Adegan itu terputar secara berulang kali otak Vany. Membuat jantungnya memompa lebih cepat dan nafasnya tersengal- sengal.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

"NGGAK... NGGAKK.... NGGAK"

"Vany ini abang Vany" ucap Axel mulai panik

"NGGAK... NGGAK....  JANGAN DEKAT DEKAT.... "

"Vany.... "

"NGGAK.... JANGAN DEKAT... DEKAT...  JANGAN PEGANG... PEGANG"

Vany meronta dengan hebatnya. Ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangan dan mata yang dipejamkan dengan paksa.

Axel menyerah, lelaki itu berlari menuju pintu untuk memanggil dokter. Tetapi belum sempat memanggi dokter, Vany kembali berteriak, dan dokter beserta suster disana lantas berdatangan.

"Suster siapkan obat penenang tadi dan yang saya bicarakan tadi"

"Siap dok"
Suster itu berlari keluar sebentar dan mendorong satu tempat yang berisi segala macam obat dll, yang sungguh tak dimengerti orang awam seperti Axel.

Suster satu lagi menghampiri Axel "Mas tolong tunggu diluar ya"

"Tapi adik saya sus?"

"JANGAN DEKAT... DEKAT.... JANGAN PEGANG GUE.... LO ITU PENJAHAT.... HARUS NYA DIPENJARA.... "

Suster itu mengikuti arah pandangan Axel, tetapi dengan cepat ia menepis pandangan itu "Adik mas akan baik baik saja, mas sebaiknya tunggu diluar"

Axel mengangguk. Menunggu diluar. Tetapi pemikirannya sudah kacau, mendengar teriakan yang keluar dari bibir sang adik.

"Sialan! Apa yang udah lo lakuin ke adik gue! Arghhhhhh" teriak Axel menendang tong sampah yang berada didekatnya.

"Kalau ada apa-apa sama adik gue. Lo akan mati, apalagi kalau kejiwaaan nya keganggu hanya karena lo. SIALAN!"

🍁🍁🍁🍁

See you next part guys :)

When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang