Part 15

262 26 9
                                    

Televisi tengah dihebohkan dengan berita yang baru saja beberapa menit keluar. Reporter kini memadati mansion kediaman keluarga Wiliam. Zeno yang hendak keluar dari mansion langsung menggerakan bodyguard untuk menjaga dirinya dari reporter itu.

Yang ada difikiran Zeno adalah mencari jejak putri bungsunya yang menghilang kemarin setelah kejadian di mall. Ia sudah memeriksa cctv  disana yang menampilkan satu cowok berperawakan mahasiswa. Membuatnya menghampiri cowok itu untuk mencari informasi lebih lanjut.

"Benar dengan Alfito Fabiano?" suara bas Zeno saat sudah berdiri di hadapan mahasiswa yang tengah dirawat di kamar rumah sakit disana.

Fito mengadahkan kepala menatap Zeno dari atas hingga bawah. "Iya pak. Saya sendiri"

Zeno mendekat duduk di kursi yang telah disediakam di samping Fito.
"Bisa tolong ceritakan kronologi kejadian yang menimpa putri saya"

"Putri bapak? " tanyanya bingung

Zeno menghembus nafas pasrah "Vanytasia William"

Fito diam. Mulut nya mengatup rapat tak berniat menceritakan semuanya yang menyangkut kekasihnya itu. Zeno melihat Fito diam, menyuruh bodyguard dan asistennya meninggalkan mereka berdua.

Saat ruangan itu hanya diisi mereka berdua. Zeno berdiri, mencekam dua bahu Fito supaya cowok itu bisa diajak kompromi.

"Tolong bantu saya" lirih Zeno. Fito memandang Zeno, dan memegang tangan yang memengang bahunya.

"Maaf om. Kalo boleh, biar saya yang menyelesaikan urusan ini. Supaya posisi Vany tidak terancam"

Zeno bingung. Apakah usahanya akan mengancam posisi putrinya sendiri? Fito menurunkan tangan Zeno dan menggenggamnya.

"Om cukup duduk diam. Jangan bocorkan apapun. Vany akan saya yang nyari, saya janji akan kembalikan Vany dengan selamat" lanjutnya

"Karena saya tidak mau kehilangan wanita yang sudah saya cintai untuk kedua kalinya"-Fito-

☁️☁️☁️☁️

Vany menggerang kesakitan. Ikatan ditali tangannya begitu kencang, yang diyakininya akan meninggalkan bekas merah di sana. Tempat kali ini,  jauh berbeda dengan tempat yang sebelumnya walaupun sama sama gelap yang hanya di terangi cahaya remang remang.

Lokasi kali ini diyakininya adalah sebuah garasi yang tak terpakai dari sebuah rumah yang megah. Berbagai peralatan mekanik bertengger dan tersusun rapi disana. Tempatnya tidak bau, bersih, hanya sedikit gelap. Vany memutar bola mata ke penjuru sudut disana, namun tidak ada seorangpun ditemuinya.

"Bruk"

Perkiraannya salah. Seseorang menjatuhkan kain putih tepat di hadapan Vany. Jantung Vany telah berpompa lebih cepat saat melihat sosok dibalik kain itu.


Seseorang cewek dengan wajah dan tubuh penuh dengan luka. Tak sampai disana,  mayat cewek itu sudah membiru. Melihat itu Vany menutup matanya, dan mengatup bibirnya. Seketika ketakutan menghampiri dirinya. Apakah dia akan bernasib sama seperti mayat gadis itu?

Vany mulai membuka sedikit demi sedikit matanya untuk kembali melihat. Di pikirannya terlintas satu nama yang akhir akhir ini dia jumpai di kampus, namun seseorang itu selalu absen dan jejaknya tidak pernah di ketahui.

Vany terkejut mayat itu adalah mayat Lisa. Murid pindahan yang beberapa bulan lalu pindah ke kampusnya.

"Lisa? " gumam Vany

Orang yang mendengar gumaman Vany mendekat. Vany segera was was dan memberontak di kursi.

"Tenang. Gue gak akan nyakitin lo" ucapnya mengelus pipi Vany.

Vany telah menahan nafasnya. Dadanya naik turun. Tangan orang itu mencengkram pipi Vany,  membuat Vany meringis kesakitan.

"Dengan syarat turutin kata gue"ucapnya sambil menghempaskan pipi Vany dengan kasar.

Vany mengangkat kepala "DASAR BAJINGAN!! LEPASIN GUE DARI SINI!! LEPAS"

"Hei.... Tenang! Kalo lo turuti kata gue.  Gue yakin posisi lo aman, kalo lo nggak turuti kata gue...." orang itu tidak melanjutkan kalimatnya namun matanya mengarah langsung ke arah Lisa.

"NGGAK AKAN. GUE NGGAK AKAN PERNAH TURUTI KATA KATA LO. BRENGSEK! "

Teriakan Vany mengisi ruangan itu. Orang itu tidak peduli dan meninggalkan Vany dengan mayat Lisa. Bau menyengat menusuk hidung penciuman Vany, dimana tepat mayat itu terkujur di depan hadapannya. Vany berusaha untuk melupakan apa yang ada di hadapannya dengan memejamkan mata. Namun percuma, bayangan mayat itu kini memenuhi pikiran Vany.

"AAAAAAAAAAAAAAA......!!!!! "teriak Vany sambil terisak tangis.

☁️☁️☁️☁️

Hola....
Jangan lupa Voment+ share ke temen temen kalian ya :)

See you next part
Coment yang banyak ya, spam juga gak papa :)


When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang