Part 20

72 4 0
                                    

"Kalau sampe dia gangguan jiwa gue ancungin jempol buat lo. Hahahaha"

Lelaki itu menuangkan minuman ke gelas lawan bicaranya "Iya dong. Gue gitu loh"

"Gak sia-sia gue nyuruh lo. Karena dia akan hancur sekarang. Menjadi wanita gila. Hahahaha"

Lelaki lawan bicaranya hanya tersenyum sembari meneguk minuman yang sudah dituangkan untuk dirinya.

🍁🍁🍁🍁

"Adik saya baik-baik aja kan dok?"

Dokter itu dengan bingung memandang Axel "Apa adik mas punya alter ego?"

"Alter ego?" beo Axel

"Sepertinya, tetapi besok akan kami undang psikolog ke sini"

Dokter itu lantas berlalu begitu saja. Axel pun membuka pintu ruangan, tampak Vany sedang tertidur. Dan dapat ia yakini itu pengaruh obat yang kembali diberikan oleh dokter tadi.

Namun, yang ada dipemikirannya. Apa dulu Vany punya alter ego? Perasaannya, dari kecil Vany baik-baik saja. Tidak pernah ada gejala yang menunjukkan adiknya mempunyai alter ego.

🍁🍁🍁🍁

"Nama pasien kakak Vanytasia William" jelas suster kepada psikolog yang baru saja datang.

"Kamarnya dimana ya sus?"

"Kakak nanti lurus aja belok kanan, lurus terus nanti belok kanan lagi, terus sedikit nanti belok kiri terus... "

Axel jengah mendengar suster itu menjelaskan dengan panjang kali lebar. "Biar saja aja yang ngantar"

Suster itu terdiam. Psikolog tadi lantas mengangguk setuju. Ia mulai mengikuti langkah Axel berjalan.

"Kalau boleh tas mas nya siapa pasien saya?"

"Abangnya"

"Oh... "

Tak ada percakapan lagi. Sampai Axel membuka satu pintu ruangan putih yang langsung tampak Vany yang sedang duduk dengan rambut berantakan. Itu sungguh mengangetkan Axel, pasalnya saat lelaki itu meninggalkan adiknya. Adiknya masih dalam keadaan tertidur.

"Astaga Vany!" kagetnya

Mata Vany lantas melihat psikolog yang berada dibelakang Axel. Sepertinya psikolog itu lebih menarik dari pada abangnya sendiri.

"Cih, dasar. Orang baru langsung dilirik aja!"

Vany melirik abangnya "Sirik ae lo"

"Baikin rambut lo, gak malu apa diliat sama orang lain"

"Biarin"

Psikolog itu pun berdeham "Ekhem"

"Eh, iya. Silahkan bu psikolog" Axel menepi memberikan jalan buat psikolog itu masuk.

"Kalau begitu silahkan tunggu diluar ya mas"

"Oh, oke"

🍁🍁🍁🍁

Sekitar 30 menit.

Psikolog itu akhirnya keluar dari kamar Vany dengan wajah tenangnya.

"Gimana adik saya dok?"

"Apa adik mas dari dulu mempunyai alter ego?"

Axel menghendus "Saya nanya, kok dokter balik tanya sih"

"Astaga, kan saya mau memastikan dulu. Baru saja jelaskan"

Axel pun duduk dibangku kembali "Dulu sih belum pernah dok. Kenapa?"

"Nah gitu dong, jadi saya bisa jelasin secara lengkap" ucap psikolog sembari duduk disebelah Axel.

"Kesimpulan saya adik mas punya alter ego. Tetapi alter ego nya itu seperti udah lama banget. Tetapi jarang muncul, dan sekarang muncul lagi karena trauma kejadian kemarin"

Axel terdiam, namun psikolog itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Namanya Je..."

"Je?"

🍁🍁🍁🍁

Jangan lupa Voment guys :)
See you next part :)

When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang