"Namanya Jemin"
"Jemin?"
"Iya"
"Cowok?"
"Iya"
"Kalau begitu saya pamit dulu" ucap psikolog
"Bentar dok"
"Kenapa?"
Axel menyengir menyodorkan ponsel genggamnya "Minta nomor dokter dulu, nanti kalau ada apa apa saya langsung hubungi dokter"
"Oh, oke"
🍁🍁🍁🍁
"
Jemin? Jemin?"- batin Axel
"Abang.... " rengek Vany menghancurkan lamunan Axel akan Jemin.
"Eh, iya kenapa? "
Vany tersenyum miring "Hayoo, abang ngelamunin siapa? Bu dokter tadi ya? "
"Iiiih kagak"
"Udah dapet nomer handphonenya?"
Axel dengan ringan menjawab "Udah dong"
"Cie.... Cie... "
"Eh, kok jadi cie cie" ucap Axel sambil salting
"Hahahaha"
Axel kemudian memandangi Vany dari atas sampai bawah "Lo kenal Jemin?"
Vany memejamkan matanya seketika lalu membukanya kembali "Kenal"
"Siapa?"tanya Axel penasaran
"Gue"
"Ha?"
"Gue Jemin, Axel.... "
Axel terdiam "Tunggu... Tunggu.... Jadi gue sekarang lagi bicara sama Jemin?"
"Iye, bambang"
Axel bergindik ngeri. "Kok gue ngeri ya"
"B aja, gue gak makan orang kok"
Axel mengibasi tangannya "Udah balik ke Vany, gue ngeri. Besok besok kita bicara lagi"
Vany memejamkan matanya lagi dan membukanya lagi. Lantas Axel dapat melihat warna mata coklat itu kembali datang dari yang sebelumnya berwarna biru.
"Vany?"
"Nape"
"Galak amat lo"
"Gimana gak galak gue laper"
"Astaga, entar gue beli makanan dulu. Lo pasti kagak mau makan-makanan rumah sakit"
Vany terkekeh "Tau aja lo, huhuhuhu.... Tambah sayang abang deh"
"Jijik"
🍁🍁🍁🍁
Gimana? Gimana? Coment dong :(
Jangan lupa Vote+ share ke temen temen kalian. Mana tau suka :"
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
Teen FictionBook 2 Cover by @overdosismecin ...................................................................................... Orang yang sama persis bagaikan pinang yang dibelah dua tetapi berbeda sifat. Itulah yang ada di dalam fikiran seorang cowok setel...