33 ; Hard to say Goodbye [Final]

2.1K 312 243
                                    

*Silahkan putar video di atas untuk membaca chapter ini!

•••

Detik menjadi menit, menit berganti jam, jam menjadi hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti menjadi tahun.

Tepat dua tahun setelah Dongpyo keluar dari rumah sakit, Eunsang selalu berusaha mendekat kembali.

Namun nihil, tak ada kemajuan yang pasti. Hanya dekat sebagai seorang teman, sebagaimana mestinya seorang teman menemani dirinya.

Sudah sembilan bulan semenjak Eunsang sembuh dari penyakitnya. Ia semangat sekali untuk menjadi dekat kembali.

Tapi nyatanya ekspetasi terlalu tinggi, hingga melupakan realita yang menyakitkan.

"Dongpyo, apa kamu punya waktu luang? Bisa kita jalan berdua? Sudah lama sekali rasanya." gumam Eunsang, di lorong kecil samping gedung tinggi yang menjulang ke atas. Mereka-Eunsang dan Dongpyo saling berdiri berhadapan, suara berisik kendaraan menemani di antara hening yang menyapa. "aku sibuk-please, ngertiin aku? Kita sudah bukan anak SMA lagi, tolong dewasalah, Eunsang."

Setelah lulus sekolah, Dongpyo menjadi lebih sibuk dari biasanya. Entah apa yang ia kerjakan, yang pasti sangat sulit mengajaknya menghabiskan waktu berdua-bahkan untuk sekedar mengirim pesan saja Eunsang menjadi ragu, karena pesannya jarang di balas.

Pemuda kecil itu melepas genggaman tangan pemuda yang lebih besar. Semuanya sudah salah. Harusnya Eunsang mengerti, kalau Dongpyo sudah tidak sendiri.

"Aku tau-hanya hari ini saja, Dongpyo. Tidak bisa kah?" lirihnya, ia benar-benar ingin sekali menghabiskan waktu berdua dengan si kecil, bahkan untuk terakhir kalinya. Salahkah Eunsang berharap kali ini saja Dongpyo mengabulkan permintaannya? Matanya menyayu, tersirat rasa pasrah yang mendalam di dalam matanya. "tidak bisa, Eunsang. Aku harus bekerja." ucap Dongpyo, tersirat rasa bersalah dihatinya karena selalu tidak mengizinkan ajakan perginya.

Karena faktor keluarganya, Dongpyo harus bekerja ekstra untuk membiayai kuliahnya sendiri. Ia sudah bukan lagi anak SMA yang kerjaannya hanya berdiam diri di dalam kamar. Ia harus mencari uang untuk makan, karenaibu tirinya sudah lepas tanggung jawab.

Bersyukur ia masih di kelilingi orang-orang yang baik. Mereka rela mengasihinya makan, tapi jika mejadi keterusan itu tidak terlalu baik, hanya membuat rasa malasnya semakin menjadi lebih kuat.

"Dongpyo, kamu tau ini kesempatan terakhirku mengajakmu pergi 'kan? Ini adalah hari terakhirku di Jakarta. Aku hanya ingin menghabiskan hariku bersamamu seharian sebelum pergi ke Negeri Gingseng."

Selain alasan karena Dongpyo sudah tidak sendiri. Ia juga takut untuk ini, Eunsang pergi ke Negeri Gingseng untuk melanjutkan kuliahnya di sana. Jika boleh egois, maka Dongpyo akan memilih untuk menahan Eunsang agar tetap tinggal disini, di Jakarta. Karena disini adalah rumahnya.

Alasan lainnya, karena Dongpyo tidak mau menangis. Ia tidak mau menghabiskan waktu terakhir bersama Eunsang, karena bisa saja membuat rasa egoisnya tiba-tiba muncul. Itu tidak baik untuk keduanya.

"Eunsang, aku ker-" Pemuda yang lebih besar berdecak, wajahnya di buang kesegala arah. Paham betul apa kalimat yang akan di utarakan oleh mantan nya. Ia tersenyum sendu. "fine, aku tidak akan memaksamu lagi. Walau ini untuk yang terakhirnya. Kamu egois, pyo. Kamu hanya memikirkan tentang perasaanmu saja, bagaiamana denganku? Apa kamu setidak peduli itu pada perasaanku?-"

Eunsang mengangkat kedua tangannya, ia menyerah. Senyuman itu terlihat sangat memilukan, bukan senyuman manis dan hangat seperti yang ia lontarkan. Hatinya merasa tersayat, ia sudah tidak di inginkan keberadaannya di sini. Untuk apa memaksa?

[✔] Boyfie | EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang