dont

3.1K 247 30
                                    

Cerita ini diambil dari sudut pandang Haechan.

.
.
.
.
.
.
Lee Jeno.

Lelaki dengan wajah datar, namun senyum manis itu sudah menemaniku lebih dari tiga tahun belakangan ini. Dan tiga tahun inilah dia sudah menjadi kekasihku.

Kekasih yang menyayangi dengan sepenuh hati, menurutku. Kekasih yang akan rela berkorban, menurutku. Kekasih yang akan selalu meluangkan waktunya untuk mendengar keluh kesah membosankan milikku.

Bahkan jika dia bukan kekasihku, dia tetap orang paling baik yang aku pernah temui didunia. Dan aku bersyukur bahwa dia kekasihku. Sampai kita— mungkin hanya Jeno—ada pada titik dimana dia bosan denganku.

Aku melihat dirinya berubah. Memang tidak secara gamblang Jeno tunjukan. Tapi, mulai dari jarangnya waktu yang kita habiskan, fokusnya yang tidak mengarah lagi padaku saat bersama-sama, kata-kata dan wajah dingin yang sering ia perlihatkan padaku, bahkan rasa tidak peduli yang kurasa, semakin ia tunjukan padaku. Semua itu secara berurutan dan perlahan muncul. Aku memang tidak pantas bersanding dengan Jeno, aku tidak sempurna. tapi, perasaan egois muncul. Aku berharap bisa memiliki Jeno selamanya.

~~~~

"Jen, kamu sudah makan?" Ucapku dibalik masker yang aku gunakan. Saat ini kita sedang berjalan menuju parkiran. Ini adalah pertama kali kita berjalan bersama setelah hampir sebulan ini, aku dan Jeno jarang bertemu, dan jalan layaknya sepasang kekasih.

Jeno tidak menjawab, kulirik Jeno dari suduh mataku. Kulihat dia yang acuh pada sekitar dan hanya peduli pada ponselnya. Baru saja aku membuka mulut untuk mengulang pertanyaanku, Jeno lebih dulu berjalan dengan cepat. Tidak memperdulikanku yang kesusahan berjalan.

Aku meringis dibalik masker yang kugunakan. Sepasang kakiku tak mungkin mengejar kecepatan berjalan kaki Jeno. Kecelakan yang pernah aku alami membuat ligamenku terluka, dan tidak bisa berjalan dengan normal. Aku harus menggunakan kruk untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Kecelakaan itu juga menorehkan bekas luka diwajahku yang permanen.

Beruntung Jeno masih betah berada disisiku. Aku merasa sangat senang saat Jeno masih berada disisiku bahkan disaat-saat terendahku seperti dulu. Menjadi sandaranku disaat aku benar-benar membutuhkanya.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai bangkit dari keterpurukanku. Menjadi diriku yang dulu seperti belum pernah ada suatu kecelakaan yang menimpa diriku.

Namun, sekarang ada satu hal yang membuatku takut, bahkan sangat takut sampai membuatku tidak ingin melepaskan hal itu pergi dengan izin. Aku tau mungkin Jeno sudah bosan denganku, setiap manusia punya rasa jenuh mereka. Dan Jeno berada sudah berada dititik itu ketika bersamaku. Aku hanya berharap kata terburuk dalam benakku tidak akan pernah Jeno katakan.

Tidak bisakah Jeno bertahan disisiku untuk lebih lama? Egoisku yang bernama cinta, terlalu besar untuk melepaskan dia pergi, walau itu tidak sekuatku untuk menahannya...

~~~~

Ribuan kupu-kupu terasa akan keluar dari perutku. Oke, kurasa itu sedikit lebay, namun bagaimana aku tidak merasa senang? Jeno mengajakku ke cafe cat, tempat dimana kita pertama kali kencan dulu. Tempat yang hampir satu setengah tahun ini tidak kami kunjungi. Entah karena sibuk dengan tugas kuliah, atau Jeno yang terlalu sibuk.

Senyum tidak bisa hilang dari wajahku. Bahkan ketika Jeno masih sibuk dengan ponselnya, aku tetap tersenyum. Kucing di cafe ini benar-benar sangat lucu. Berkali-kali terlihat berusaha mengajakku bermain. Aku kembali tersenyum ketika mereka mengusak kepalanya ke kakiku.

Aku sibuk dengan duniaku yang kubuat bersama tiga kucing. Sampai aku menyadari bahwa sedari tadi Jeno tidak berniat unutk berinteraksi dengan kucing disekitarnya. Dia masih fokus dengan ponselnya. Dan terlihat senyum yang sekarang jarang ia tunjukan lagi padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Tentang MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang