~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~
~Haechan menatap datar ruangan tempat ia berada sekarang.
Sebuah kamar tidur mewah dengan furniture mahal. Namun keadaan disana sungguh berantakan.
Ia melirik tajam bayangan tubuhnya di cermin yang berada di sampingnya.
Netra coklatnya menatap bayangan dalam kaca besar itu, seorang pemuda mungil dengan pakaian lusuh, mata bulatnya yang memerah karena terlalu banyak mengrluarkan air mata. Bibirnya yang sedikit berdarah diujungnya. Wajah cantiknya terlihat sangat kusam.
Haechan semakin menatap tajam bayangannya sendiri. Perlahan ia angkat tubuh ringkihnya, berjalan gontai menuju kaca di depannya.
Ia menyeret sebuah kursi. Dengan lengan kurusnya ia berusaha mengangkat kursi itu. Ia mencoba menangakat dengan semua kekuatan yang ia miliki.
Raut wajah Haechan berubah sendu. Ia menatap kasihan dirinya sebelum akhirnya ia kembali merasakan sesak didadanya nafasnya naik turun seiring ingatan itu kembali berputar di kepalanya.
Dengan teriakan kencang Haechan melempar kursi itu kearah kaca besar.
Pranggk...
Suara kaca yang pecah terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan itu.
Ditambah dengan teriakan frusrasi dan pilu yang keluar dari mulut Haechan.
Air mata kembali meleleh di ujung mata bulatnya.
Ia meraung raung kesakitan seolah ia tengah dihadapakan pada kematian. Kepalan tanganya memukul kasar lantai dingin bermarmer putih itu. Membuat tangannya memerah. Tapi ia tak peduli.
Tiba tiba gerakan tangannya berhenti.
Ia memandang sepihan kaca disampingnya.
Ia mengusap sisa air mata dipipinya.
Tangan terulur mengambil serpihan kaca yang sebesar telapak tanganya.
"Apa dengan mati aku bisa bahagia?" tanya Haechan entah pada siapa. Jemari lentiknya menyisir pinggiran kaca itu. Mencari sesuatu.
Tess..
Darah menetes dari jari Haechan. Warna merah kental jatuh kelantai kontras dengan marmer yang berwarna putih.
"Siapa yang tau jika belum mencoba?" senyum misterius tercetak jelas di wajah Haechan.
"Kupikir aku harus mencobanya." tangan kiri Haechan bergerak perlahan kepergelangan tangan kanannya.
Ujung tajam serpihan kaca sudah menempel di kulit tan miliknya. Sedikit saja bergerak bisa dipastikan bahwa kaca itu akan menembus kulitnya.
Gerakan tangan Haechan terhenti karena teriakan dari luar pintu kamarnya.
"HAECHAN!!" kepala Haechan menoleh kearah pintu.
"KAU DIDALAM KAN? BUKA PINTUNYA HAECHAN!?"teriak suara itu lagi. Sekarang sosok Yang Haechan yakini adalah kakaknya, Doyoung, mulai menggedor gedor pintu seperti orang yang kesetanan.
Heachan juga bisa mendengar kakaknya berulang kali berteriak kata 'buka'.
••••
Sekarang Doyoung tidak lagi mengedor pintu Haechan. Ia sudah mulai mendobraknya.
Setelah semua usahanya. Akhirnya Doyoung berhasil membuka pintu itu.
Matanya bergerak gelisah menatap kamar gelap dan pengap itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tentang Mereka
RandomCerita singkat dari pasangan NoHyuck. Kadang Manis, kadang pahit, kadang ya hambar... Warn!!! bxb boy love