Twenty eight

452 23 0
                                    

Sampai di belakang kampus miska langsung melepas genggamnya dari tangan maxen

Taman ini yang paling tepat bagi miska untuk menjawab maxen.
Taman yang kini sepi karena semua mahasiswa/i sedang berkumpul di lapangan.

Maxen hanya diam tak bersuara tetapi di wajah nya menampakkan tanda bertanya tanya

Sebelum miska memulai ingin berbicara duluan miska menarik nafasnya
"Makasih"

Satu kata keluar dari mulut miska yang miska sendiri tak tau mengapa ia bisa berbicara seperti itu

Maxen mengerutkan kening nya heran
"Buat"

Miska mengembangkan senyum nya
"Makasih karena Lo udah selalu ada buat gue, sampe sampe Lo ngasih perasaan yang lebih ke gue. Tapi sebelumnya- -"

Miska menggenggam tangan maxen di tambah dengan senyum yang paling manis menurut maxen
"Gue minta maaf. kita nggak mungkin berperan jadi layak nya seorang kekasih. Gue cuma nganggep Lo sebagai sahabat bahkan Abang itu doang xen nggak lebih"

Maxen mengerutukan diri nya dalam dalam, fikirrannya selama ini yang mengira bahwa miska mempunyai perasaan yang sama itu slah bahkan salah besar.

Maxen melepas tangan nya dari genggaman miska
"Kenapa"

"Gapapa"ucap miska tersenyum sambil mempertahankan benteng air matanya yg ingin turun

"Gue butuh jawaban yang pasti ca, biar gue ada alasan bilang ke hati gue buat ngilanggin perasaan gue ke lo"

"Anggap gue bintang dan Lo mataharinya. Kita nggak bakalan bersatu karena gue udah punya bulan. Kalo Lo belum ngerti maksud gue, kita ketemu di rumah sakit perides harapan nanti malam jam delapan."

Maxen hanya tersenyum.

Miska menghapus cairan bening yang lolos dari pelupuk matanya lalu pergi meninggalkan maxen di taman belakang kampus

Melihat miska yang sudah pergi maxen langsung duduk di bangku taman belakang kampus. Lemas tubuh nya lemas menyadari kenyataan yang ternyata wanita yang berhasil membuang Luka di hati maxen ternyata tidak memiliki perasaan yang sama dengan nya.

Maxen mengacak ngajak rambut nya frustasi.

"Gue salah"gumam maxen Lemas menyenderkan kepalanya di Kepala bangku

Maxen mengeluarkan alat candu dari kantung celana nya menghisap alat itu bagai obat penghilang stres nya.

***

Rama bisma axel nisya risya dan rahesa bingung. Mengapa miska datang ke lapangan hanya sendiri, kemana maxen?

Miska duduk kembali di bangku yang tadi ia duduki

"Maxen mana"tanya axel

"Nanti nyusul"

Nisya yang duduk di smaping miska langsung menangkup wajah miska karena merasa ada yg aneh dengan nya
"Lo abis nangis"

Miska hanya menggeleng.

"Lo bohong bey"ucap nisya tak percaya

"Lo kenapa Ko nangis"tanya rahesa

"Lo diapain maxen?"tanya Rama

Miska langsung menggeleng cepat saat Rama bertanya
"Dia baik, dia nggak ngapa ngapain gue"

Miska menghapus sisa sisa cairan bening dari matanya lalu tertawa meremehkan
"Hhh ini mah paling kelilipan doang"

"Trus gimana kalian udah jadian kan"ucap axel dengan nada ke girangan

Rama langsung mengeplak kepala axel dengan korek yang di pegang nya
"Nggak liat situasi Lo"

Axel mengerucutkan bibir nya
"Sakit lol"

***

Sejak kejadian tadi di kampus maxen terus penasaran mengapa miska mengajak nya untuk bertemu di rumah sakit.
Ingin maxen segera memutar waktu yang terasa sangat lamban

Maxen sengaja tidak mengaktifkan hanphone dan terus menghindari dari sahabat sahabat nya ia tak mau mereka menanyakan yg bersangkut paut dengan miska
Mungkin lebih pasti maxen ingin sendiri.

Menyesap secangkir susu coklat sambil merasakan derpaan angin, melihat langit yg mulai gelap.

Maxen merasa nyeri di hati nya saat mengingat penolakan yang begitu halus dari miska.

Merasa sangat lelah untuk tidak berhenti memikirkan miska maxen memutuskan untuk tidur sebentar kemudian terbangun untuk melaksanakan sholat magrib serta isya kemudian pergi ke rumah sakit yang di suruh miska.

***
Jam menunjukkan pukul delapan pertanda bahwa maxen kini telah sampai di rumah sakit perides harapan.

Maxen hendak memasuki pintu rumah sakit tetapi namanya di panggil membuat ia menenggokkan kepalanya ke belakang melihat sosok wanita yang kini ia cari.

Miska berjalan menyusul maxen
"Ikut gue"

Tanpa sepatah kata pun maxen mengikuti miska yang kini berjalan terlebih dahulu

Berjalan mengikuti miska yang entah mengapa miska menyuruhnya untuk ke rumah sakit ini.

Sampai di depan satu ruangan yang bertulis ICU.

Miska mulai membuka knop pintu ruang rawat ICU itu di ikuti oleh maxen kini masuk

Terpampang jelas tubuh pria yang berbaring lemah di ranjang layak nya seorang yang sedang tertidur pulas

Maxen tak menyangka bahkan sangat sangat tak menyangka. Apa maksudnya ini?

Miska duduk di bangku samping ranjang si pria    Yang kini terbaring dengan banyak menggunakan perlatan melekat di tubuh nya
Maxen berdiri berada tak jauh dari belakang miska melihat pria yang terbaring itu.

Bibir maxen seakan kelu untuk berbicara atau menanyakan apa yang sudah terjadi.maxen hanya bisa berdiri membeku  seperti patung

"Dia Ricky..laki laki yang paling gue cintain setelah bokap gue, dia yang selalu ada buat gue di saat nyokap bokap gue sibuk dengan urusan mereka, dia yang selalu bilang ke gue buat selalu ngerti tentang kehidupan.tapi dia yang dulu,Yang nemenin gue yang selalu kasih semangat ke gue sekarang lagi terbaring lemah di rumah sakit. Seperti yang Lo liat xen, dia koma selama tiga tahun ngehabissin waktunya di sini. Di rumah sakit ini. Ini alasan gue buat nolak Lo xen.
Gue tutup hati gue rapat rapat karena gue yakin dia bakalan bangun. Ini yang gue maksud, gue bintang Lo matahari dan Ricky bulannya. gue berterimakasih banget ke Tuhan karena udah kasih kesempatan buat Dia tetep ada di dunia ini walaupun raga nya nggak tau dimana- -"

Miska menggenggam tangan Ricky
"Bangun ky"gumam miska
Cairan bening itu mengalir ke tangan Ricky.

"Ricky"gumam maxen sangat pelan tetapi masih bisa di dengar oleh miska.

Miska menengok ke samping
"Lo kenal"

Maxen menjawab dengan gelenggan yang lamban
"Menurut gue ini udh jelas. Gue pamit."

Langkah maxen yang ingin keluar ruang tersebut terhenti saat ia mengingat sesuatu kemudian maxen memutar tubuh nya kembali
"Perintah gue yang terakhir, Lo sekarang udh nggak jadi bangsur gue. Gue duluan, assalamualaikum"ucapnya kemudian pergi dari ruangan rawat itu.

Maxen berlari keluar dari rumah sakit menyetir motor nya dengan kelajuan yang cepat orang orang pun banyak yang memarahi nya tapi ia tak peduli

Kini maxen duduk di pinggir danau yang sepi
Diam seorang diri mengerutukan nasib nya di pertonton oleh pohon bintang bulan  yang mungkin sedang menertawainya yg selemah ini. Untuk kedua kalinya kegagalan menghampiri diri nya

"KENAPA DUNIA SESEMPIT INI!!"teriak maxen sambil mengacak ngacak rambut nya frustasi.

TBC

Huu akhirnya sampai di mana maxen mengutarakan cinta nya.
Masih belum end yoo

Voment gaesss:).

Unexpected LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang