Seokjin mendudukkan tubuhnya di sofa apartemen Jungkook dengan agak kasar. Omega kakaknya itu memaksa Seokjin setengah mati agar mau membantunya untuk mengemasi barang-barang dan perabot di apartemennya karena akan pindah ke rumah Taehyung.
Setelah memasukkan bermacam barang ke dalam kotak dan membersihkan kekacauan yang ada, dorongan untuk segera duduk dan mengistirahatkan tubuh menjadi kuat sekali.
Bersandar di sofa empuk dengan angin sepoi-sepoi dari jendela membuat lelahnya serasa diangkat perlahan-lahan. Sejuknya udara membuat mata Seokjin terasa berat.
Jungkook berkacak pinggang menatap Seokjin yang sudah mengambil istirahat lebih dulu. Padahal mereka belum menyelesaikan kegiatan membereskan barang dalam pindahan itu.
"Apa kau hamil?" tanya Jungkook.
Seokjin membuka matanya. "Huh?"
"Kau terlihat mudah lelah dan gerakanmu lambat sekali"
Seokjin mengernyit tidak terima. Ditatapnya Jungkook dengan pandangan sinis kemudian berdiri dan segera mendorong tubuh bongsor Jungkook hingga keduanya berbaring di lantai. Dengan cepat, tangan Seokjin bergerak menggelitik perut Jungkook hingga membuat Omega itu tertawa keras.
"Hentikan!" mohon Jungkook berusaha menyingkirkan tangan Seokjin.
"Aku sudah meluangkan waktuku untuk membantumu dan kau malah mengataiku lambat?!" balas Seokjin sembari terus menggelitik perut Jungkook tanpa ampun.
"Sudah cukup!" mohon Jungkook. "Kasihan perutmu!"
Seokjin berdesis kesal kemudian memukul pantat Jungkook dan segera menyingkir dari atas tubuh Omega bongsor itu. "Aku tidak hamil, Kook"
Jungkook masih berbaring dengan terengah-engah kemudian melirik pada Seokjin. "Mungkin kau yang belum sadar?"
Seokjin memutar bolamatanya jengah. Belakangan ini Jungkook senang sekali membahas topik jika ia hamil. Benar-benar mirip dengan Namjoon yang terus-terusan membahas bayi.
"Sehebat apa sepupuku jika di ranjang?"
Sebuah pukulan keras kembali Seokjin berikan di lengan atas Jungkook.
"Berhentilah membahas hal vulgar!" gerutu Seokjin.
Mengabaikan semua ejekan dan perkataan kotor Jungkook, Seokjin bangkit dan mengambil air mineral di botol kemudian meminumnya dengan cepat hingga tak bersisa. Pikirannya melayang pada perkataan Jungkook tadi. Diam-diam Seokjin juga membenarkan analisis Jungkook terhadap dirinya.
Belakangan ini Seokjin merasa cepat lelah bahkan saat tidak melakukan apapun. Padahal setelah lulus kuliah, Seokjin hanya berkebun dan melakukan serangkaian kegiatan sosial untuk mengisi waktunya. Seperti membantu Sohyun dalam persiapannya membuka klinik barunya di daerah pelosok. Aktivitas yang ia lakukan tidak seberat saat kuliah dulu tetapi entah kenapa, ketika malam hari Seokjin merasa tubuhnya sangat lelah.
Namun, Seokjin berani memastikan jika ia tidak hamil. Seokjin tidak merasa mual dan muntah seperti orang hamil pada umumnya. Meski akhir-akhir ini Seokjin merasa lebih manja pada Namjoon bukan berarti ia hamil.
Itu karena Namjoon yang sering lembur hingga malam atau bahkan tidak pulang untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya dan persiapan kerjasama kantor baru.
"Melamunkan apa?" tanya Jungkook melirik Seokjin yang terdiam dengan pandangan kosong.
Seokjin menoleh menatap Jungkook yang meletakkan kardus terakhir di ruang tamu apartemennya.
"Berjanjilah untuk tidak meledekku!" seru Seokjin mengalihkan perhatian Jungkook yang tengah merapikan pakaiannya.
"Itu tergantung"
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn The Soul [NamJin]
FantasySeokjin is a lucky person. Money, Smart Brain, and Position. He has everything that people want. • But Namjoon has more than that. He has everything that Seokjin needs. why its you? why should you? why i can't leave you? -2015, i need u Namjin Fanfi...