Matahari tepat berada di atas kepala karena jam yang menunjukkan tengah hari. Meski cuaca sedang mendekati musim gugur tetapi hawa panas masih tidak bersedia pergi begitu saja. Suhu menjadi berubah-ubah setiap harinya. Terkadang panas terik terkadang terasa dingin. Dari kedua suhu tersebut tidak ada yang bisa dipilih menjadi suhu yang nyaman.
Seokjin tidak tahan dingin tetapi ia benci harus beraktivitas di tengah matahari terik seperti saat ini. Terlebih jika itu harus mengurus anak kecil berusia 3 tahun yang kelebihan tenaga. Ia sudah berkeliling kampus untuk mengikuti gadis kecil, cucu dosennya yang merengek meminta bermain. Untung saja kondisi tubuhnya sudah baik.
“Kak Seokjin, ayo lari lebih cepat!” teriak anak itu riang.
Seokjin mengangguk, tubuhnya terasa lelah sekali tetapi ia tidak berani untuk membiarkan cucu dosen teater galaknya itu menghilang begitu saja. Seokjin bisa dilaporkan ke kantor polisi. Ia terus berlari kecil kesana kemari mengejar gadis kecil dengan dress merah muda se betis dan rambut terkuncir ekor kuda tersebut.
Para mahasiswa lain tampak menatap iba pada Seokjin yang terlihat buruk. Rambut berantakan yang basah keringat dan pakaian yang kusut. Akhirnya jatuh juga nama baik Seokjin sebagai mahasiswa baru pindahan yang multi talent.
Merasa haus, Seokjin memutuskan untuk duduk dan minum di salah satu bangku di taman kampus. Ia menyeka keringatnya dan merapikan penampilannya agar tidak terlihat seburuk itu. Seokjin bersandar pada sandaran bangku dan menghela napas pelan. Ia memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lelah.
Di tengah proses relaksasinya tiba-tiba telinga Seokjin menangkap suara tangisan anak kecil yang familiar di telinganya. Segera Seokjin bangkit dan mendapati gadis kecil itu jatuh terduduk diantara rerumputan taman kampus.
“Mamaa!” tangisnya kencang.
Seokjin meringis dan segera menghampiri anak itu kemudian menggendongnya.
“Astaga, kamu terjatuh?” tanya Seokjin retorik untuk menghibur anak itu.
Yang ditanya tidak menjawab. Justru tangisannya semakin kencang membuat mahasiswa yang tengah lalu lalang menatap Seokjin aneh. Seokjin jadi salah tingkah. Ia melihat siku anak itu yang tergores sehingga menimbulkan luka disana.
“Dahee, sudah tidak apa-apa. Ayo kita obati lukamu!” bujuk Seokjin sembari berusaha menenangkannya.
Ucapan Seokjin mendapat jeritan marah dari anak itu yang meronta agar Seokjin tidak menyentuh lukanya . Suara tangisannya begitu memekakkan telinga hingga Seokjin meringis menahan ngilu di telinga. Dahee terus meronta dalam gendongan Seokjin karena sikunya terasa perih.
Dengan setengah berlari, Seokjin membawa Dahee yang masih menangis menuju ruang kesehatan untuk mengobati lukanya. Bisa habis nilai Seokjin jika dosennya mendapati sang cucu yang terluka karena pengawasan Seokjin yang lengah.
Sesampainya di ruang kesehatan, Seokjin langsung disambut oleh seorang perempuan bertubuh ramping tinggi dengan rambut diatas bahu yang mengembang indah.
“Apa yang terjadi?” tanyanya menatap Dahee yang masih menangis sesegukan membasahi kemeja yang Seokjin kenakan.
“Dia terjatuh dan lengannya terluka”
Perempuan dengan jas putih petugas medis itu mengangguk dan mencoba mengambil alih tubuh Dahee dari gendongan Seokjin. Namun, anak itu justru menolak dan mengeratkan pegangannya pada kemeja Seokjin sembari menjerit keras.
Perempuan itu malah tertawa. Ia maju mendekati wajah Dahee yang disembunyikan pada dada Seokjin. Tangannya terulur untuk menjawil pipi gembul Dahee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn The Soul [NamJin]
FantasíaSeokjin is a lucky person. Money, Smart Brain, and Position. He has everything that people want. • But Namjoon has more than that. He has everything that Seokjin needs. why its you? why should you? why i can't leave you? -2015, i need u Namjin Fanfi...