Mata Namjoon fokus menatap rentetan tulisan yang tercetak di buku di hadapannya. Tangannya aktif menulis dan mengolah angka-angka hingga mendapatkan jawabannya. Rumus demi rumus tertulis di lembaran kertas yang terus berganti karena sudah penuh dengan coretan.
Begitu menangkap suara pintu yang berderit karena terbuka, Namjoon menoleh ke ujung kamarnya untuk melihat siapa yang datang. Biasanya tidak ada yang masuk ke kamarnya saat jam belajarnya tengah berlangsung.
Dilihatnya sosok wanita usia 30 tahunan yang tengah mengintip ke dalam sembari membawa nampan.
Namjoon mengerutkan dahinya. "Bibi?"
Bibi Hwang tersenyum hangat dan masuk ke dalam kamar Namjoon. "Kamu melewatkan makan malammu karena belajar. Apa besok kamu ada ujian?"
Namjoon mendongak menatap jam dinding yang menunjukkan waktu jika ia belajar hingga terlewat 2 jam dari jam seharusnya. Pantas saja Bibi Hwang menginterupsi waktu belajarnya.
"Menjadi pintar itu penting tetapi kamu harus tetap disiplin dengan waktumu" ujar Bibi Hwang menasihati sembari membereskan buku dan kertas yang berada di atas meja belajar Namjoon dan menggantinya dengan sepiring makanan dan segelas susu.
"Nanti kalau sudah besar kamu akan jadi pemimpin. Pemimpin itu butuh disiplin tinggi, bukan cuma kecerdasan dan dedikasi"
Namjoon meringis melihat bagaimana Bibi Hwang begitu peduli padanya. "Terimakasih"
Bibi Hwang mengangguk dan membiarkan Namjoon untuk menghabiskan makan malamnya.
"Setelah selesai makan, kamu harus segera tidur. Jangan terlalu malam! Remaja butuh banyak istirahat"
Namjoon mengangguk patuh. Betapa ia bersyukur memiliki Bibi Hwang yang begitu mengurus setiap kebutuhan hidupnya. Meskipun ayah dan ibunya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, Namjoon masih bisa merasakan kasih sayang dari Bibi Hwang yang sudah seperti orang tua baginya.
•
•
•
Riuh tepuk tangan memenuhi seluruh penjuru ruang aula di sekolahnya. Semua orang sibuk membicarakan sosok Namjoon yang turun dari panggung membawa buku hasil belajar dan tanda kelulusannya beserta sebuah penghargaan yang menandakan bahwa ia adalah lulusan terbaik pada tahun tersebut.
Namjoon tidak terlalu peduli dengan apresiasi orang terhadap prestasinya. Semua itu Namjoon usahakan hanya untuk dirinya, bukan untuk orang lain. Ditambah Namjoon yang tidak suka menjadi pusat perhatian dan berada di keramaian membuatnya ingin segera pergi dari aula sekolahnya.
Namjoon terdiam sesaat ketika matanya menangkap sosok kedua orang tuanya yang tengah berdiri menyambutnya. Ibunya tersenyum lebar sembari membuka kedua lengannya. Menunggu putranya itu untuk masuk dalam pelukannya.
Ayahnya tersenyum jumawa melihat putra tunggalnya yang turun dari panggung dengan penghargaan memenuhi kedua tangannya. Pria itu berdiri tegap membusungkan dada tepat di sebelah istrinya sembari melipat tangannya di dada.
Namjoon nyaris saja berdecih melihat ekspresi orang tuanya.
"Selamat untuk kelulusanmu, Sayang!" seru ibunya riang kemudian menarik tubuh Namjoon yang jauh lebih tinggi dalam pelukannya. Wanita yang masih mengenakan setelan formal kerja itu mengusap belakang kepala Namjoon dengan sayang.
"Namjoon selamat!"
Namjoon bersorak dalam hatinya begitu mendengar suara Jimin dan Taehyung. Ia langsung melepaskan pelukan ibunya dengan sedikit paksaan dan langsung berbalik menghadap kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn The Soul [NamJin]
FantasySeokjin is a lucky person. Money, Smart Brain, and Position. He has everything that people want. • But Namjoon has more than that. He has everything that Seokjin needs. why its you? why should you? why i can't leave you? -2015, i need u Namjin Fanfi...