Sayup-sayup terdengar kalimat perpisahan dari dalam ruangan itu. Seokjin menghela napas pelan begitu ia yakin jika Namjoon sudah selesai bicara lewat ponsel dengan wanita yang ada di tempat yang jauh sana.
Ibu Namjoon.
Tidak tahu mengapa. Ada perasaan aneh saat Seokjin mendengar suara wanita itu. Ibu Namjoon sudah berteman cukup lama dengan Ibu Seokjin. Diawal pernikahannya dengan Namjoon, Seokjin sudah diperingati ibunya bagaimana perangai Ibu Namjoon.
Wanita itu memang tampak lembut dan penyayang secara sekilas dilihat. Namun, Ibu Namjoon adalah tipikal yang keras dan terus terang tanpa berpikir ulang.
Seokjin sudah berulang kali mendengar ujaran yang membuat kepalanya sakit. Bagaimana Ibu Namjoon terus bicara soal Namjoon, Miso, dan anak dihadapannya dengan tanpa rasa bersalah. Padahal itu seharusnya urusan pribadi saja.
"Manis?" panggil Namjoon dari dalam ruang kerjanya "Aku ingin bicara denganmu, masuk ya?"
Seokjin sedikit mundur dan membuka perlahan pintu ruang kerja Namjoon. Matanya langsung disapa dengan wajah Alphanya yang sudah rapi karena baru saja mandi. Saat Namjoon pulang tadi, Seokjin tengah asik menyiram tanaman di belakang sehingga tidak menyambut.
Seokjin mendesah nyaman setelah duduk di sofa ruang kerja Namjoon. Sudah sedari tadi ia berdiri menguping pembicaraan Namjoon dengan sang ibu. Mendekati hari perkiraan lahir, tubuh Seokjin terasa sangat mudah lelah dan tak bertenaga.
"Maaf aku membuatmu berpikir berat saat hamil" ujar Namjoon lirih membuka pembicaraan diantara mereka.
Seokjin hanya mengangguk.
Namjoon meraih tangan Seokjin dan menggenggam erat tangan itu. Sedangkan satu tangan Namjoon, ia gunakan untuk mengusap perut besar Seokjin yang berisikan anak mereka.
"Siang tadi orang tuaku sudah sampai rumah, jadi besok aku akan bicara dengan mereka"
Seokjin bergerak perlahan untuk menyandarkan tubuhnya pada tubuh kekar Namjoon. Ia bergumam lucu begitu merasakan Namjoon yang balas memeluk tubuhnya.
"Dengan Miso?"
Namjoon mengangguk. "Ya, dengan Yeonhee juga"
Seokjin mendongak dan menatap lekat wajah Namjoon yang tenang tanpa ekspresi. Tampan. Alphanya sangat tampan. Semoga anaknya nanti seperti Namjoon.
"Aku ingin minta izin padamu, tetapi kau harus mengizinkannya" ujar Seokjin dengan nada otoriter pada Namjoon.
Namjoon mengerutkan dahinya dan kemudian mencubit pelan pipi Seokjin yang semakin tembam karena kehamilannya.
"Tergantung, aku pasti mengizinkan kalau itu tidak membahayakanmu dan Bayi" jawab Namjoon "Jadi kau mengidam apa lagi kali ini?"
Namjoon terkekeh. Mengingat perjuangannya beberapa waktu lalu memenuhi keinginan Seokjin. Memang Omeganya tidak mengidam yang menyusahkan, hanya saja Seokjin semakin manja dan senang menempel padanya.
Kerap kali Seokjin meminta agar dipeluk atau dicium sambil malu-malu dengan alasan bayi mereka yang ingin. Terkadang meminta Namjoon menciumi langsung perutnya.
Untuk urusan makanan, hanya selera makannya yang meningkat hebat hingga berat badan Seokjin benar-benar naik. Lemak semakin menghiasi tubuh itu. Seokjin menjadi lebih pemilih pada makanan, dalam artian hanya ingin makanan yang bersih dan sehat.
Pola makan Bibi Hwang sudah memengaruhi Seokjin. Seokjin akan langsung marah dan merengek tidak jelas jika tampilan makanannya tampak aneh.
"Besok aku akan datang untuk merayakan hari jadi pernikahan ayah dan ibuku di rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn The Soul [NamJin]
FantasíaSeokjin is a lucky person. Money, Smart Brain, and Position. He has everything that people want. • But Namjoon has more than that. He has everything that Seokjin needs. why its you? why should you? why i can't leave you? -2015, i need u Namjin Fanfi...