Jam menunjukkan pukul 7 malam. Seokjin mematut dirinya di depan cermin. Menampilkan pantulan dirinya dengan pakaian resmi dan mahal. Rambutnya tertata rapi karena Seokjin memotongnya. Wajah indahnya tampak berbalut bedak tipis dan bibir gemuknya berlapis pewarna alami.
Perlahan dikeluarkannya sebuah wadah kecil dengan isi krim yang cocok untuk kulitnya. Dioleskannya krim tersebut tepat di atas tanda klaim yang Namjoon berikan padanya setebal mungkin hingga Seokjin rasa tidak ada yang akan tahu jika ia sudah diklaim.
Tangannya menggenggam erat botol parfum dengan aroma campuran susu dan kue. Kemudian menyemprotkan parfum dengan aroma serupa miliknya itu ke seluruh tubuhnya dalam jumlah banyak seolah akan menghabiskannya saat itu juga. Seokjin punya banyak uang untuk membeli ratusan parfum itu. Yang terpenting saat ini adalah aroma Namjoon tidak lagi tercium dari tubuhnya.
Masih bersama dengan kegugupannya, Seokjin melangkah keluar kamar mandi dan menuju kembali ke tempat acara makan malam antara keluarganya dengan keluarga Namjoon.
Tangan Seokjin terasa semakin dingin saat melihat ayah dan ibunya serta orang tua Namjoon ternyata sudah duduk di meja makan. Seokjin segera mengambil posisi duduk tepat di sebelah Alphanya. Kemudian Seokjin menunduk hormat kepada orang tua Namjoon.
“Seokjin lulus dengan nilai yang sangat baik” ucap ayah Namjoon membuka pembicaraan di sana.
Ayah Seokjin mengangguk setuju. “Seokjin memang sudah pintar sejak kecil”
“Selamat untuk kelulusanmu!” ucap ibu Namjoon tersenyum hangat pada Seokjin.
“Terimakasih” jawab Seokjin dengan senyuman di akhir.
Acara makan itu berlangsung sangat tenang dan kaku. Seperti acara makan orang berada pada umumnya. Seokjin memang sudah biasa menghadiri acara seperti ini. Baik itu bersama orang tuanya ataupun bersama Namjoon.
Akan tetapi, menurut Seokjin acara makan yang seperti ini sangat menyebalkan dan Seokjin rasanya ingin segera pergi.
Ruangan menjadi sangat hening. Hanya terdengar dentingan alat makan. Suasana itu membuat Seokjin merasa semakin gugup. Tiba-tiba ia merasakan ada sebuah tangan yang mengusap pahanya pelan. Namjoon. Seokjin bersyukur Namjoon paham dengan situasi mentalnya saat ini.
Begitu acara makan itu selesai. Beberapa pelayan masuk ke dalam dan membersihkan piring dan alat lain yang ada kemudian menggantinya dengan makanan kecil dan beberapa gelas minuman. Masuklah mereka ke dalam acara yang benar-benar Seokjin takuti.
Ayah Namjoon menatap putranya dan Seokjin bergantian kemudian mengangguk-angguk samar. “Kerjasama ini berjalan cukup baik, perusahaan Taehyung membaik, Seokjin lulus dengan nilai tinggi, dan perusahaan putraku juga mengalami perkembangan yang baik”
“Ya” jawab ayah Seokjin. “Dalam waktu 9 bulan, pendapatan perusahaan naik pesat dan harga saham terus naik secara pasti”
Ayah Namjoon tertawa simpul. “Joonseo, kita memang pengusaha yang hebat, bahkan kita bisa menurunkan bakat ini pada anak-anak kita”
“Orang-orang akan mengingat keluarga kita sebagai kolaborasi pengusaha dengan kenaikan pendapatan yang signifikan dalam waktu cepat”
Seokjin benci ini. Semua selalu tentang jabatan dan harta. Begitupula hubungan antara dirinya dan Namjoon. Sebatas untuk memenuhi kebutuhan material yang lebih banyak lagi. Seolah tidak ada puasnya saja. Benar-benar tamak.
“Tolong berhenti membicarakan pekerjaan” tegur ibu Namjoon. “Ini hari baik untuk Seokjin, tidak seharusnya kalian membahas ini”
Ibu Seokjin tersenyum berterimakasih pada ibu Namjoon kemudian menatap wajah anak bungsunya dengan pandangan lembut. “Bagaimana harimu? Kau jarang menghubungi kami belakangan ini”
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn The Soul [NamJin]
FantastikSeokjin is a lucky person. Money, Smart Brain, and Position. He has everything that people want. • But Namjoon has more than that. He has everything that Seokjin needs. why its you? why should you? why i can't leave you? -2015, i need u Namjin Fanfi...