20. admit

772 141 8
                                    

Besoknya, Sekar langsung meneror Kina dengan banyak pertanyaan. Padahal masih pagi. Kelas juga belum mulai, tapi Sekar minta detail sedetail-detailnya soal 'kencan' Aiden dan Kina kemarin.

"Aduoooh, pertama, itu bukan kencan, ya, Sekar. Kedua, kita di kelas yakali gue cerita disini??" balas Kina. Jujur Kina juga gemes sih pengen cerita ke Sekar.

"Ih! Sekarang aja kenapa sih... huhuh. Gue kepo banget. Mana kalian gak update apa-apa di IG."

Kina mendorong pundak Sekar, "lo gila kali ah"

"Ya makanya, gue kepo. Ceritaiiiin."

"Yaudah, tapi dimana kek gitu."

"Ke TSM yuk? Gue pengen Marugame tiba-tiba"

"Anjir, Kar... ini masih pagi!"

"Hehehe laper"


Akhirnya, pas kelas mereka udah beres, mereka langsung cabut ke TSM naik mobilnya Sekar. Mereka juga enggak ada kelas lagi habis ini. Mereka punya banyak waktu buat cerita.

Enaknya siang-siang ke Marugame, gak begitu penuh. Mana weekday pula, kan. Setelah memesan pesanan masing-masing, mereka duduk dan mulai melahap udon yang mereka pesan.

"Cepet ceritain!" Sekara excited.

"Gue mau cerita apa ya? Soalnya gitu aja sih, jalan biasa..."

"Ih apaan sih gak seru banget anjir."

Kina tertawa, "Gak ketang! Hahahaha. Eh sumpah ya gue pengen cerita ini dari kemarin..."

"Yang kelinci itu?"

"Wakaka, itu si Aiden takut sama hewan berbulu. Gemes banget sumpah. Terus ya, terus... Eh lo tau gak sih, dia tuh sebenernya gak mau masuk hukum?"

Sekar menaikkan alisnya, "Oya? Gue gak tau. Masa?? Aiden gak mau masuk hukum? Jadi masuk hukum tuh sebuah kesalahan, gitu?"

Kina mengangguk, "Iya, Kar... dia tuh cerita dia pengen masuk Arsi. Tapi ya gitu bokapnya gak kasih ijin. Lo bilang waktu itu bokapnya pengacara? Mungkin karna itu kali ya... like... meneruskan karir bokapnya..."

Sekar mengangguk-angguk, sambil mengunyah udonnya, "Hmmm, bisa jadi sih Kin. Heran gue, dikirain tuh ya jadi orang no. 1 di Hukum 2016 tuh karena dia emang niat juga kuliah disini. Eh taunya. Bener kata Anton, emang encer aja otaknya. Terus, terus?"

Lalu, Kina bercerita kepada Sekar gimana passionate nya Aiden soal dunia arsitektur. Dari ngajak makan di The Pine... sampe ke Wot Batu. Kina menceritakan semuanya, sedetail-detailnya sampe soal kenapa Aiden suka banget di Wot Batu.

Sekar senyum-senyum. Seneng. Kalo boleh jujur, Sekar tuh suka kasian sama Kina. Semenjak kuliah, yang dia pikirin tuh Cuma ambisi-ambisi dia. Gak pernah gitu kayaknya dia mikirin hal lainnya. Setidaknya, kebahagiaan dirinya sendiri. Selama 2 tahun pertemanan mereka, Sekar baru kali ini liat Kina cerita panjang lebar dengan nada excited. Soal cowok, lagi. Emang Sekar gak sadar apa ya? Sekar tuh udah sadar dari awal, kalo Kina ini sebenernya suka sama Aiden. Yang awalnya admiration karena Aiden pinter... tapi sekarang, Sekar bisa liat, Kina udah lebih dari sekedar admiration. Sekar juga notice kalo Kina sekarang suka liat hape, senyum sendiri. Ya siapa lagi yang bisa bikin Kina kaya gitu selain Aiden?

"—Kar, lo kok Cuma senyum-senyum doang sih?"

"Gue seneng aja, lo bahagia banget kayaknya sama Aiden."

Wajah Kina memerah, "A—ah, masa..."

"Lo tuh gabisa boong, Kin. Lo keliatan banget."

"Keliatan banget apanya?"

e·the·re·al #1: aiden ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang