Hidup Aiden sedikit berubah. Yang biasanya ia hanya kuliah-pulang-kuliah, kini bertambah. Ada Kina di sela-selanya. Entah sejak kapan Kina selalu ada disetiap pandanganya. Padahal, hanya ada 1 kelas bersama Kina. Ia tidak begitu mengenal gadis itu. Tapi entah kenapa, setiap ada gadis itu Aiden nggak masalah. Menyenangkan, malah.
"Ton," Aiden bersuara, memanggil Anton. Seperti biasa, mereka ada di Starbucks untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Kalau sama Anton, nggak bisa ngerjain tugas diperpustakaan. Anton orangnya berisik.
"Hm?"
"Kina itu orangnya gimana?"
Anton berhenti mengetik, "Hah?"
"Kina. Kina Amanda. Dia orangnya gimana?"
"Kok tiba-tiba?"
Aiden mendekatkan wajahnya, "Nanya aja kenapa sih, Ton."
Anton tersenyum kecil, "Hmmm... let's see. Anaknya baik, santuy, super chill. Nggak ribet, mandiri. Galak, kadang-kadang. Ambis, ya semua orang tau lah ya. Pinter, tapi masih pinteran elo. Bokapnya galak, kata Sekar. Apalagi ya? Oh ya, suka DCEU—nyambung dah sama elu. Apalagi ya... gue juga gak tau dia banget sih. Kenapa emang?"
Aiden menggeleng, "Gak papa. Cuma... gue gak pernah liat Kina sebelumnya. Cuma pernah denger namanya aja. Sekarang, gue liat dia terus, Ton."
Anton pengen ketawa aja. Kina, gila lo! Lo udah sejauh apa nih sama Aiden?!
"Jadi...?"
"Lo tau, gue gak biasa sama cewek. Gue Cuma... yah... heran aja. Kenapa Kina—"
"Mau sama lo?"
"HE? Bukan itu! Dih, emang Kina mau deketin gue? Kan enggak. Maksudnya... kenapa... ya let say, mau temenan sama gue?"
Anton melipat tangannya, "Ya bagus dong? Lo itu emang harus punya banyak koneksi di kampus. Cuma kuliah-pulang-kuliah-pulang aja. Sebenernya orang-orang tuh mau temenan sama lo, Den, Cuma mereka segan. Lo kaya pasang dinding ke orang-orang. Ya lo juga awkward sama orang."
Aiden mengakui. Tapi ia nyaman begini, gimana dong?
"Jangan dipikirin, Den. Soal Kina, lo gak usah khawatir. Dia tuh sama kayak lo. Kepintaran kalian itu emang gak bisa semua ngerti. Sekar nggak bisa diajak diskusi intelek. Gue juga. Tapi kalian bisa diskusi berbobot gitu. Anggaplah, lo mendapatkan teman yang sepemikiran. Lo sepimikiran kan sama dia?"
So far, iya.
"Gausa tegang gitu, Den! Kayak mau dinikahin aja lo hahaha!"
Anton bener. Kenapa gue se-khawatir ini, sih? Kina just a friend, right?
Why should I worry?
***
Kina menemukan Aiden lagi di perpustakaan. Spot yang sama. Seperti spot itu tercipta untuk Aiden. Tapi... ada yang berbeda. Aiden tertidur diatas buku-bukunya. Padahal ini masih jam 10, pikir Kina. Ia mendekat perlahan, lalu duduk disamping Aiden.
Aiden tampak sangat pulas. Kina jadi gak enak buat bangunin. Yang ada, Kina malah ngeliatin wajah Aiden. Ya tuhan, lucu banget tidurnya kayak bocah.
Ada kali, sekitar 15 menit Kina Cuma liatin Aiden tidur doang. Sampe akhirnya, kedua mata yang tertutup itu terbuka. Mereka sama-sama kaget.
"Kina?!"
Kina buru-buru mundur, "H—hey!"
Aiden mengucek matanya, "Yaampun. Gue ketiduran... sejak kapan lo disana, Kin?"
Kina menggaruk lehernya, nervous. "Baru aja, awalnya mau bangunin... tapi gak enak."
"Padahal bangunin aja... Duh, malu banget gue. Tunggu bentar ya, gue mau cuci muka dulu."
Kina hanya mengangguk, dan melihat punggung Aiden yang menjauh. Anjir bego banget lu, Kin! Hampir aja kan ke gap lagi liatin anak orang... anjir, gue freak banget gak ya... Aiden ilfeel gak ya ama gue...
Aiden kembali dengan wajah yang lebih segar, juga rambutnya yang setengah basah.
"Udah lumayan segeran?" Kina nyengir.
Aiden mengangguk, "Lumayan."
"Kok bisa ketiduran, Den? Semalem habis apa hayo?!"
"Haha, gue tidur kayak biasa kok. Cuma ini tugasnya bikin ngantuk. Banyak text."
Aiden juga manusia.
"Yah, padahal gue mau nanya-nanya ke elo."
"Gak papa, apa yang mau ditanya?"
"Ini, ada tugas Hukum Perdata Internasional. Ada beberapa pertanyaan yang gue gak ngerti. Sisanya udah oke." Kina mengeluarkan fotokopian soal dari tasnya.
"Oh... ini. Kemarin kelas gue dapet soal ini, tapi beda dikit. Lo sama bu Rossy ya?"
Kina mengangguk, "HPI lo sama siapa emang?"
"Pak Adiguna. Dia jarang masuk. Kesel dah. Gue jadi banyak belajar sendiri."
"Gue akan senang hati ngasih materi HPI ke elo ko Den, since you help me a lot."
Aiden tersenyum, "Sounds great! Berhubung sebentar lagi UTS. Nanti pinjem catetan lo ya, haha."
"Wow! Catatan gue dipinjem oleh seorang Aiden? Unbelieveable!" canda Kina.
"Orang-orang ngeliat gue sehebat itu emang ya, Kin?"
Kina bersandar, "You have no idea. Idol. Tapi gue enggak. Gue justru kesel sama lo."
Aiden menatap Kina. What did she just said?
"Hah? Lo kesel sama gue?"
Kina mengangguk sangat yakin. "100%! Jujur, ya, Den. Gue ambis gara-gara lo juga. Haha. Gue pengen dapet title nomor 1 itu. Tapi selalu yang dapet elo. Orang-orang liatnya elo, bukan gue. So, to be honest, I hate you."
Jujur itu bikin Aiden kaget.
"Kin, I don't know how to react. Kenapa lo pengen di posisi gue?"
Kina menghela napas, "Bakal panjang ceritanya."
Aiden melirik jam tangannya, "Gue punya banyak waktu. Serius. Gue kaget. Lo serius kesel sama gue?"
Kina terkekeh, "No offense, Aiden. Gue kesel sama lo di dunia perkuliahan. Tapi as a person, you look nice."
Aiden bener-bener bingung.
"Kenapa Kin?"
"Lo serius pengen denger alasannya?"
"Iya."
"Sambil makan siang ya? Kagok, bentar lagi."
Aiden menghela napas, "Iya deh..."
***
ah elah kina modus ni wkwkwkw pengen lama-lama sama aiden ini mah :p
btw, im sorry kalo ada ketidaksesuaian mata kuliah hukum disini ya... aku cuma liat di daftar matkul fakultas hukum kampus aku. beda univ beda matkul kan ya.. dan akupun tidak tahu apakah update apa engga, hehehehehe dan aku bukan anak hukum ;-;
anyway, thank u for reading this fict this far :)
KAMU SEDANG MEMBACA
e·the·re·al #1: aiden ✔️
Fanfice·the·re·al /əˈTHirēəl/ something/someone of such pure beauty that it seems out of this world or heavenly "When he met her; it was completely ethereal" - Mimpi Kina itu jadi pengacara hebat yang bisa bantu-bantu orang kecil untuk mendapat keadilan...