04. Halu

203 55 72
                                    

“Mau ngopi, Ru?”

Aku menggeleng.

“Ngeteh?”

Aku menggeleng lagi. “Enggak, Pak. Makasih. Saya mau ambil infuse water aja.”

Kulihat Awan mengangguk, tersenyum kecil kemudian lanjut mengaduk kopi. Aku baru tahu belakangan ini. Ia selalu menawari minum pada orang yang datang ke pantry lalu membuatkannya. Padahal di sini, ia bos kami.

“Lemburnya jangan kemaleman, ya. Kerja sewajarnya aja. Kalau anggota tim saya sakit, malah gak baik nantinya.” Awan tersenyum. Tepukan lembutnya sebelum pergi semakin membuatku tak berdaya.

Dulu, awal bekerja di timnya kukira hanya aku yang diperlakukan seperti itu. Ditawari pulang bersama, diajak makan siang, pergi makan malam setelah lembur, atau sekadar dihadiahi sekotak susu di pagi hari.

Namun setelah tahu ia pacaran dengan seorang akuntan di perusahaan ini, aku baru sadar. Aku yang bodoh pernah mengira perhatian kecil dan manisnya hanya padaku. Ternyata ia melakukannya pada karyawan lain juga.

Aku memang seorang idiot dan ini bukan hal baru.

Ini salahku sejak awal karena menyukainya sendirian. Aku yang mengada-ngada dan menempatkan harapan tinggi.

Setelah itu, kudengar kabar dia tak lagi dengan Kirana. Namun bukan berarti kesempatan terbuka untukku.

Awan terlihat sangat mencintainya, tapi wanita itu malah menikah dengan orang lain. Wajar kalau Awan sulit menemukan pengganti Kirana. Wanita itu terlalu sempurna.

Sementara aku, mencapai batas terendah kesempurnaannya saja tidak. Membayangkan aku ㅡyang hanya seorang Arunika iniㅡ menggantikan posisi Kirana saja terasa aneh dan tidak masuk akal. Awan terlalu tinggi untuk kuimbangi.

Harusnya aku menyadari itu sebelumnya.

Kenapa aku jadi bodoh dan dibutakan perasaan?

Kenapa keberuntunganku buruk sekali?

Kuingat-ingat lagi setiap senyum yang dia berikan, raut wajah yang dia tunjukkan, dan setiap gestur yang dia lakukan. Kusimpan itu di ruang khusus, untuk kemudian kubuang semuanya dan kukubur dalam-dalam.

Aku tidak pernah menyukai seseorang sedalam ini. Dan ketika melakukannya, kenapa harus dengan orang yang bayangannya saja tak tergapai sama sekali.

•••

BREATH (RAWS Festival)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang