24. Demi Anak Rimba

82 34 18
                                    

"Puncak masih jauh, bang?"

Mendengar pertanyaan Akhza, Royyan selaku ketua Mapala di kampus, melirik pada Akhza dan tersenyum kelewat manis. Tipikal senyum yang sulit dipercaya.

"Dikit lagi, kok." Omong kosong.

"Dari dua jam lalu dikit lagi mulu!" gerutu Akhza yang dibalas kekehan seniornya.

"Katanya mau dapetin maafnya si anak rimba? Ya, harus kuatlah. Gak boleh ngeluh. Rinjani gak bakal suka."

Mendengar itu, Akhza menegakkan tubuh. Ia membetulkan posisi carrier di punggungnya supaya terasa lebih nyaman. Semangatnya baru kembali tersulut kalau nama Rinjani disebut-sebut.

"Bucin oh bucin!" ledek Royyan.

Akhza tak peduli. Ia rela kotor dan berjalan di tengah hutan. Sebagai satu upaya sederhana, ia perlu tahu apa yang selalu membuat gadisnya senang.

Selama ini, ia kira prinsip 'hobiku ya hobiku, hobimu ya hobimu' akan membuat mereka lebih saling memahami. Ternyata dirinya salah.

Untuk itu dia mencoba menerapkan prisip 'hobiku bisa jadi hobimu, hobimu bisa jadi hobiku'. Siapa tahu lebih cocok.

Setelah mendaki santai di hutan belantara selama dua hari dua malam, sunrise adalah hadiah terindahnya. Tidak sia-sia Akhza bangun dini hari dan harus summit dalam keadaan setengah nyawa masih tertinggal di dalam sleeping bag.

"Masyaallah, bang! Rinjani udah berapa ratus kali liat beginian?" seru Akhza takjub. Mulutnya tak henti menyerukan kekaguman. Sorot matanya membiaskan sinar matahari yang mulai menampakkan diri.

"Tau, gak? Rinjani pernah bilang katanya lo itu gak cakep. Soalnya itu muka belum pernah kena sinar matahari terbit langsung di puncak gunung."

Akhza tertawa mendengar ucapan Royyan. Senyumnya mengembang sempurna. Dadanya bergemuruh merapalkan syukur.

Seindah ini ternyata. Kantuk dan lelah terbayar lunas tak bersisa.

Pantas Rinjani lebih dari indah di mata dia. Mainannya saja tidak abal-abal. Langsung ciptaan tangan Tuhan yang keindahannya original.

"Lo jadi saksi tak bisu, ya, bang! Dengerin! Kalau kaki Rinjani sembuh, gue yang bakal ajak dia nanjak. Ke rinjani juga gue usahain!"

•••

BREATH (RAWS Festival)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang