29. Kembar-kembar Nakal

81 35 9
                                    

Prau tidak seramai pasar merupakan momen yang mustahil didapat kalau datang akhir pekan.

“Udah kayak Upin Ipin aja sih kita. Kemana-mana berdua,” Rinjani meracau kecil.

“Telen nuggetnya baru ngomel!”

“Itu bekas minyak goreng! Ih!”

“Emangnya kalau bukan sama abang mau sama siapa? Udah jadi jomlo juga! Amnesia? Gagal move on?”

Rinjani cemberut.

“Yah, baper deh,” ledek Awan.

Rinjani tambah cemberut dan masuk ke tenda.

Awan mendekat. Menepuk-nepuk puncak kepala Rinjani yang merajuk adalah ritual wajib. Sekalipun itu bermaksud meledek.

Terpaut usia cukup jauh tak menghalangi kedekatan mereka. Mama bahkan sering memanggil mereka kembar-kembar nakal saking nempelnya. Yang belakangan ini baru Awan ketahui, Upin Ipin juga disebut begitu. Inspirasi Mama aneh-aneh saja. Untung dia tidak botak.

Jarang sekali mereka bertentangan meski sering bertengkar. Kebanyakan miripnya daripada bedanya. Bahkan dari selera warna sendal jepit sampai nasib percintaan selalu sama.

Sekalipun ada perbedaan, justru saling melengkapi.

Kadang, ikatan kuat nyaris membuat Mama heran juga. Kalau bicara, suka barengan. Bahkan isi pikiran, sering sekali sejalan.

Seperti kemarin malam. Awan melihat Rinjani sedang packing. Tiba-tiba ia ingat Prau, gunung pertama yang mereka daki bersama. Dan ternyata, Rinjani memang mau solo hiking ke Prau.

“Kalau Abang gak ikut, aku mungkin udah kenalan sama cogan yang di tenda merah itu!”

Awan menoleh ke tenda merah tak jauh darinya. “Yang jaket biru?”

“Iyalah emang mana lagi!”

Lelaki yang duduk di matrasnya sambil memasak-entah-apa itu tampak sibuk. Awan berdeham. “Mas! Mas yang jaket biru!”

Rinjani melotot mendengar suara Abangnya.

Yang dipanggil pun menoleh. Tersenyum pada Awan yang membalasnya ramah. “Dapet salam dari adik saya. Katanya pengin kenalan sama mas cogan berjaket biru yang di tenda merㅡ”

“Abaaaang!” desis Rinjani lantas menutup mulut Awan dan menarik paksa setengah tubuhnya ke tenda.

Habislah Awan. Pulang-pulang bisa jadi Upin betulan berkat jambakan dahsyat adiknya.

•••

BREATH (RAWS Festival)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang