Awan memandang mamanya yang sedang dalam mode setrikaan dengan tatapan malas. Dalam pandangan imajinernya, mama tengah mengeluarkan asap. Gelagatnya seperti hendak menelpon Pak RT agar mencoret Rinjani dari KK.
Beginilah kalau si bungsu berulah. Rusak sudah kedamaian rumah. Terutama jika ibu negara yang dibantah.
Sebagai si sulung yang tampan, mapan, dan kakak panutan, Awan cuma bisa pasrah mendengar celotehan mama yang sebenarnya berputar di itu-itu saja.
Ah, sial! Adiknya yang enak jalan-jalan, di sini malah telinganya yang kerepotan.
Tahu begini dia ikut bocah itu saja sekalian. Setidaknya walau patah hatinya tidak jadi royalti, minimal ia dapat pengalaman berarti.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH (RAWS Festival)
Short StorySiapapun kamu, apapun yang tengah kamu hadapi, aku ingin kamu membaca kisah-kisah ini. Kisah mereka yang bernasib sama denganmu, yang malangnya tak sebanding denganmu, atau yang tak ditakdirkan seberuntung kamu. Ini hanyalah potongan-potongan fase k...