"Aku ikut liat kerajaan awan, ya, Pa?"
Pria di sebelah Awan mengiyakan. Tangannya mengelus rambut putranya. "Boleh. Tapi nanti kalau sudah besar, ya."
Mendengar jawaban Papa, Awan cemberut. Kemudian matanya kembali berbinar ketika melihat adiknya bergerak di kasur. Rinjani kecil pasti suka juga naik gunung nantinya.
Bagi Awan, gunung itu impiannya. Juga janji Papa. Bagi Mama, gunung pembunuh kebahagiaan keluarganya.
Mama mencopot semua bingkai berisi foto-foto gunung yang pernah Papa daki dan ia abadikan.
Sebab kini, 18 tahun sudah nama Papa abadi di sana. Terpahat di batu prasasti yang membuat Awan menangis ketika ia menginjak puncak terakhir petualangan pahlawannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH (RAWS Festival)
Short StorySiapapun kamu, apapun yang tengah kamu hadapi, aku ingin kamu membaca kisah-kisah ini. Kisah mereka yang bernasib sama denganmu, yang malangnya tak sebanding denganmu, atau yang tak ditakdirkan seberuntung kamu. Ini hanyalah potongan-potongan fase k...