22. Bimbang

93 29 17
                                    

"Kenapa tidak mencoba?"

"Kenapa harus?"

"Karena kamu berharga, Aruni. Kamu pantas mendapatkan cinta. Kamu berhak memberi ruang untuk dirimu sendiri. Begitu juga lelaki itu. Jika dia baik dan serius, maka dia berhak mendapatkan kesempatan darimu. Perlahan saja. Kamu bisa membuka diri pelan-pelan. Itu tidak akan melukai siapapun, nak."

Ucapan psikolognya beberapa jam lalu terus berputar di kepala Arunika. Semakin ia melangkahkan kaki, pikirannya justru semakin penuh.

Butuh bertahun-tahun baginya untuk bisa merasa cukup aman menjalani hidup normal. Dan salah satu hidup normal manusia yang luput dari pikiran Arunika adalah berkomitmen dalam sebuah hubungan.

Ia terlalu takut.

Dulu ia pikir, menyukai seseorang saja sudah cukup. Tak perlu lelaki itu tahu atau membalas perasaannya.

Nyatanya, membiarkan rasa tumbuh sendiri tak pernah semenenangkan perkiraannya. Sulit baginya bernafas lega.

Tetapi membangun komitmen juga menakutkan. Kepercayaan dan kejujuran berada di tahta tertinggi. Sementara dua hal itu selalu ragu untuk Arunika lakukan.

Bagaimana bisa dia berani membuka diri dengan jujur, jika mempercayai lelaki itu saja belum mampu?

Perasaan tidak percaya dirinya hanya berkurang, bukan hilang.

Lalu bagaimana ia bisa membangun komitmen yang kokoh? Bagaimana caranya mencintai seseorang sebaik mungkin jika ia saja belum mampu mencintai dirinya sendiri dengan baik?

Langkah Arunika terhenti di persimpangan jalan yang memiliki dua jalur terpisah.

Jika ia berbelok, itu jalan menuju rumahnya. Sementara beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri, jalan lurus itu akan menuntunnya pada sebuah pertemuan beresiko.

Awan menunggunya.

Entah lelaki itu masih di sana atau tidak. Setengah jam lalu, pesan yang dikirimnya hanya berisi, "Aku masih nunggu. Kalau sudah selesai dari rumah sakit ke sini, ya?"

Arunika memejamkan mata. Perlahan, ia meraup nafas sebanyak-banyaknya.

Ini sangat menyiksa.

Jalan mana yang harus dia pilih?

Bertahan di zona aman meski harus rela melepas segala angan.

Atau melangkah keluar menuju harapan baru yang mungkin saja hanya sebatas semu.

•••

BREATH (RAWS Festival)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang