Na Ri membuka mata keesokan harinya. Terakhir dia ingat saat Gorae mendudukannya di kursi mobil, selebihnya dia pingsan dan tidak ingat apa-apa.
Matanya menerawang, melihat sekeliling ruangan. Tangannya tersambung dengan selang infus.
Aku di rumah sakit! Tapi dimana Gorae?Tiba-tiba pintu kamarnya bergeser, sosok tampan berwajah ceria muncul diikuti satu orang perawat dan dua orang polisi.
Gorae terlihat masih lelah, tapi wajahnya tersenyum lembut ketika melihat Na Ri sudah bangun.
Na Ri menatap Gorae hampir tidak berkedip, lelaki ini sangat gagah dengan pakaian dokternya yang putih bersih. Tertulis nama di dadanya, Kang Gorae.
"Ah, kamu sudah bangun!"
Na Ri mengangkat tangannya ingin menggenggam tangan Gorae, tapi Gorae malah memeriksa nadinya.Ups! Wajah Na Ri sedikit memerah, dia merasa malu, tapi Gorae tidak memperhatikan. Dia kemudian memasang stetoskop yang tergantung di lehernya ke telinganya.
"Maaf yaa...coba aku periksa kamu dulu."
Suara Gorae sangat lembut, dia melirik Na Ri dan tersenyum.
Na Ri mencoba tersenyum walaupun mulut dan wajahnya terasa sakit.Aroma khas wangi Gorae yang segar kembali tercium. Na Ri merasa tenang.
Gorae menengok perawat di sampingnya, "Suster, ketorolac 30mg dan vitamin ya. Ketorolac diulang tiap 6 jam."
Perawat itu mengangguk dan mencatat apa yang di resepkan Gorae. Lalu dia pergi."Na Ri, polisi-polisi ini ingin menanyai kamu tentang kejadian semalam. Kamu sanggup?" Suara Gorae sangat lembut, Na Ri mengangguk. Tapi wajahnya terlihat ketakutan. Dia masih sangat ngeri membayangkan kejadian semalam.
"Jangan khawatir, aku di sini, kamu akan baik-baik saja." Seolah Gorae tahu apa yang dirasakan Na Ri. Gorae menarik kursi dan duduk di samping Na Ri, membuat Na Ri merasa tenang.
Selama satu jam Polisi-polisi itu menanyai Na Ri, dengan susah payah dia bercerita dari awal pertemuannya dengan Hanna sampai dia disiksa di rumahnya.
Polisi-polisi itu mengucapkan terimakasih dan Gorae berjanji akan membantu mereka jika ada keterangan yang diperlukan. Dan dia meminta pihak kepolisian agar merahasiakan kejadian yang menimpa Na Ri pada media.
Sebelum bertemu Na Ri, Gorae sempat bercerita tentang keinginan Na Ri untuk bunuh diri tiga hari lalu.
Dia tidak ingin media mengetahui kejadian ini, demi keselamatan Na Ri.Mereka berjanji akan menjaga kerahasiaan Na Ri dan melakukan investigasi secara tertutup. Setelah berpamitan, merekapun pergi.
"Gorae, bagaimana kamu menemukan ku semalam?" Tanya Na Ri. Gorae tersenyum,
"Aku menggunakan kekuatan mata superman!" Na Ri tersenyum geli.
Aiihh...Gorae kumat lagi jahilnya!"Na Ri, aku menemukan handphone kamu di daerah Namsan, aku tidak bisa membukanya. Tadinya aku ingin mengabari keluargamu."
Na Ri tercenung, dia sangat tidak ingin ibunya atau managernya tahu keadaannya.
"Aku tidak mau ketemu mereka... mereka tidak akan peduli."Gorae bingung,
"Tapi jika mereka tidak tahu keadaanmu dan kamu tidak ada, aku khawatir mereka akan menceritakannya ke media. Akan buruk buat kamu."Na Ri berpikir sejenak, "Aku sebenarnya sedang marah dengan ibuku... tapi aku akan menelepon dia."
Na Ri menghela nafas."Emmm.... bagaimana dengan Hanna?" Na Ri bertanya takut,
"Dia di dalam sel sekarang. Kamu jangan khawatir."
Na Ri mengangguk pelan."Dan luka mu?"
"Ah hanya luka kecil, aku tidak apa-apa."
Gorae tersenyum meyakinkan, padahal semalam dia harus mendapatkan 10 jahitan di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There, When It's Blue
General FictionCOMPLETED! Yeorobun, cerita I'll be There When It's Blue ni udah selesai. Mohon maaf udah 3 minggu ga di publish dulu cerita part berikutnya, cuma pengen tau feed back dari kalian tentang cerita ini. Sangat menghargai kalian yang ga masuk golongan...