Gorae menelepon Na Ri, saat Na Ri sedang berada di rumah keluarga Gorae, ibunya pun ikut karena mereka berencana makan malam bersama.
"Na Ri... tolong tanyakan pada ibumu, bagaimana sikap ayahmu sebelum dia meninggalkan kalian."
"Kamu menemukan sesuatu?" Tanya Na Ri cemas.
Gorae menghela nafas, "Ya... aku menemukan sesuatu. Aku akan memastikan semua sebelum aku menyelidiki hal yang lain. Tolong rekam kesaksian ibumu dan kirimkan padaku."
"Baik....aku akan lakukan... Gorae, apakah ayahku bisa disembuhkan?"
Gorae berpikir sejenak, "Aku akan usahakan yang terbaik. Untuk Bipolar nya mungkin tidak, dia harus terus menjalani terapi dan meminum obat yang tepat. Tapi untuk mengembalikan ingatannya, aku akan konsultasikan dengan dokter ahlinya."
"Apakah mungkin kita bisa mengungkapkan kejadian yang sudah lama? Dan perusahaan ayah yang dicuri bisa diketahui penyebabnya?"
"Aku belum bisa menjawabnya sekarang...aku akan berusaha yang terbaik..."
"Gorae, kamu terdengar lelah...kami sedang berkumpul untuk makan malam di rumahmu."
Gorae tersenyum, "Aku baik-baik saja Na Ri. Tolong sering kunjungi ayahmu....oh ya, aku minta nomor telepon pak Kwak."
"Baik, nanti aku akan kirim nomor pak Kwak.....Dan aku akan sering mengunjungi ayah."
"Baiklah...selamat makan malam untuk kalian semua."
"Kamu jangan terlambat makan juga ya! Jangan sampai kamu sakit! Aku harap, aku bisa melakukan sesuatu untuk membantumu, Gorae.."
"Kamu bisa menolongku Na Ri..."
"Katakan."
"Jangan menangis, tetap kuat! Saat aku pulang aku hanya ingin melihat kamu tersenyum......itu saja."
Saat mengucapkan hal seperti ini, jantung Gorae bergetar.Na Ri tersenyum, ah! Ada apa dengan ucapan Gorae? Dia tidak tahu kalau aku sangat merindukannya!
"......baiklah...." Jawab Na Ri pelan.
"Janji?"
"Tapi..... aku ...." Na Ri menghentikan ucapannya. Aku rindu kamu, Gorae! Teriak Na Ri dalam hati.
"Ya?" Tanya Gorae penasaran.
"Tidak apa-apa....jaga diri kamu ya!"
Na Ri menutupi perasaannya.Gorae masih mendengar hembusan lembut nafas Na Ri. Dia memejamkan mata berusaha menahan diri untuk tidak mengatakan apapun pada Na Ri. Tapi untuk menutup telepon ini pun dia sangat tidak rela.
Seandainya saja bisa berlama-lama mengobrol dengan Na Ri."Gorae, kamu masih disana?"
"Eh i..iya aku masih disini. Aku bisa mendengarkan nafasmu Na Ri" Gorae menepuk jidatnya. Bodoh kamu Gorae! Kutuknya dalam hati.
"Apa?" Na Ri kebingungan.
"Aku akan tutup teleponnya ya...jaga dirimu Jag-eun Cheonsa."
"Kamu juga, jal saeng-gin guseju cheonsa..* ....aigo!" Na Ri menutup mulutnya, dia tidak sadar memanggil Gorae dengan malaikat penyelamat yang tampan.
Gorae tersenyum, mendadak hatinya penuh dengan bunga-bunga bermekaran.
"Aku tutup teleponnya." Balas Gorae lembut.
Gorae membanting pantatnya dikursi kerjanya yang empuk. Na Ri! Song Na Ri ....Bisik Gorae.
Gorae mengumpulkan akal sehatnya, dia segera beranjak pergi untuk menemui Direktur rumah sakit Hallym University Medical Centre Yoo Soo Yeon.
Gorae perlu berdiskusi dengan pimpinan rumah sakit ini mengenai dugaan malpraktek yang di lakukan dokter Ahn Sohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There, When It's Blue
General FictionCOMPLETED! Yeorobun, cerita I'll be There When It's Blue ni udah selesai. Mohon maaf udah 3 minggu ga di publish dulu cerita part berikutnya, cuma pengen tau feed back dari kalian tentang cerita ini. Sangat menghargai kalian yang ga masuk golongan...