"Baik, kita akan melakukan torakotomi* darurat."
Gorae memimpin tim operasinya untuk cepat mempelajari bagian paru-paru yang akan direkatkan kembali dan memompa keluar cairan yang memenuhi rongga pleura.
"Operasi torakotomi ini merupakan sebuah tindakan operasi yang tergolong cukup besar dan berbahaya. Kemungkinan henti jantung sangat mungkin terjadi. Aku harap kalian semua terus pantau semua organ vital pasien....Mari kita mulai."
Setelah dokter anesthesi memberitahukan bahwa pembiusan total sudah berhasil, Gorae mulai membuat sayatan di dada bagian depan sebelah kiri pasien.
Sayatan pada bagian depan ini akan berakibat dengan pembukaan tulang rusuk. Gorae melakukan sayatan yang tepat karena dua bagian tulang rusuk pasien sedikit retak.
Rupanya dada pasien terbentur dan terjepit sangat kuat, beruntung tulang rusuknya tidak sampai patah.Rongga dada telah dipenuhi cairan dan darah.
"Suction." * Gorae meminta Suction pump.Dengan gesit perawat memberikan selang alat itu pada Gorae, Gorae mulai menyedot cairan dan darah dari rongga dada pasien.
Kemudian dia mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah dan udara yang menekan paru-paru pasien.
Trauma berat pada rongga dada pasien dapat terlihat jelas, kolaps paru dengan darah diperkirakan 2.500 ml dari hemothotax kiri,Gorae memutuskan untuk melakukan sternotomy* dan kemudian menemukan robekan pada arteri mamaria interna kiri dan diligasi, ditemukan robek ventrikel kanan tetapi tidak ada pendarahan dari luka.
"MeTro."
Perawat memberikan lem bedah MeTro untuk menutup luka robekan di paru dan ventrikel kanan.
Gorae selesai merekatkan kembali dua robekan luka hanya dalam waktu 60 detik dan menambal retakan pada dua tulang rusuknya dengan cepat.
"Ayo kita selesaikan ini."
Gorae melirik monitor, dia harus menjahit sayatan di dada pasien dengan cepat."Dokter Kang, tekanan darah menurun, denyut nadi melemah drastis."
Teriak seorang perawat. Gorae sudah memperkirakan hal ini akan terjadi."Laporkan status." Gorae berusaha tenang, sementara tangannya dengan lincah menyelesaikan jahitan di dada pasien.
"Henti jantung, dok!"
"CPR!" Perintah Gorae.
Salah satu dokter pendamping melakukan kompresi dada pada pasien dan mulai mengitung jumlah tekanan yang diberikan.
Tidak ada tanda-tanda denyut kembali, monitor masih menunjukan pulseless posisi VT/VF
"Defibrilator*, cepat!" Perintah Gorae,
Perawat menyiapkan defibrilator, setelah mengoleskan jel, Gorae memberi perintah,"120 joule!"
Perawat menyetel pada 120 joule, "Charged!" Teriak perawat itu
"Clear!" Kata Gorae memberi tanda hentakan listrik akan dialirkan ke dada pasien untuk memberi kejut pada jantung, dan memastikan semua aman.
DUBB! Suara defibrilator ketika disentuhkan ke dada pasien. Tubuh pasien terhentak.
Sesaat Gorae melihat monitor."150 joule!" Teriak Gorae.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There, When It's Blue
General FictionCOMPLETED! Yeorobun, cerita I'll be There When It's Blue ni udah selesai. Mohon maaf udah 3 minggu ga di publish dulu cerita part berikutnya, cuma pengen tau feed back dari kalian tentang cerita ini. Sangat menghargai kalian yang ga masuk golongan...