Seseorang mengetuk pintu rumah keluarga Gorae di minggu siang yang berangin.
Park Hilda terkejut melihat siapa yang datang, dia melihat seorang wanita berdandan glamour, dia mengenakan blouse putih berenda, Syal polka dot hitam dan overcoat warna khaki."Ibu Jung... "
"Apa kabar Bu Park."
"Aku baik-baik saja... anda mencari Na Ri? Ayo silahkan masuk dulu."Park Hilda mempersilahkan Jung Bok Sil duduk.
Wajah Jung Bok Sil tampak malu melihat keramahan Park Hilda."Aku..... mau minta maaf atas keributan beberapa bulan lalu disini."
Jung Bok Sil membungkuk dalam-dalam.
"Oh sudahlah bu Jung, semua sudah baik-baik saja sekarang."Park Hilda menghidangkan teh barley, dan duduk dihadapan Jung Bok Sil.
"Kemana semua orang?"
"Ah, Sora anakku sedang dinas di rumah sakit, Na Ri sedang pergi dengan nenek ke kebun bawang putih, mereka pergi sejak pagi."
"Ke...kebun bawang putih?"
"Iya, Na Ri membeli beberapa petak lahan disini, dia belajar menjadi petani."Jung Bok Sil tampak terkejut, "Oh, aku tidak menyangka anakku akan sangat berubah..." Jung Bok Sil setengah bergumam.
Park Hilda tertawa, "Anak itu cepat sekali belajar, dia bahkan sudah mendapat hasil dari panen sawi putih. Bulan depan dia akan memanen bawang hijau. Dia pintar mencari pembeli."
Park Hilda berhenti sejenak, tiba-tiba dia khawatir, "Apakah anda akan membawa Na Ri kembali ke Seoul?"
Jung Bok Sil menggeleng, "Tidak bu Park...aku...hanya akan mengunjunginya....melihat rumahnya....melihat kehidupannya disini."
"Oh bagus sekali! Dia sebetulnya sendirian dirumahnya di atas bukit. Dia pasti akan sangat senang!"
"Sekarang aku malah takut bertemu dengannya.....hanya saja aku seperti kehilangan tujuan setelah Na Ri jauh denganku. Na Ri memutuskan berhenti jadi artis dan itu sangat membuatku limbung. Aku tidak pernah membayangkan hidupnya akan berakhir menjadi petani."
Park Hilda mengerti akan kegundahan Jung Bok Sil, keputusan besar yang dibuat Jung Na Ri tentu akan menjadi pukulan berat untuknya.
"Aku merasa bersalah pada anakku, aku berusaha mengerti jalan pikirannya.....semenjak Na Ri kecil, aku sudah merancang masa depannya agar dia bisa menjadi artis yang paling sukses. Tapi takdir berkata lain, aku justru menghilangkan kebahagiaannya."
Wajah Jung Bok Sil tampak muram."Bu Jung, setiap orang butuh waktu untuk menerima takdir...memang, membuat atau menerima keputusan seperti ini tidak akan mudah pada awalnya....dibutuhkan keberanian untuk merubah sesuatu hal yang biasa kita lakukan, untuk menjadi lebih baik."
Jung Bok Sil mengedarkan pandangannya, hanya untuk menghindari tatapan lembut Park Hilda dan menahan air matanya untuk tidak menetes.
"Aku memang merasa perubahan yang besar pada Na Ri setelah dia disini.... aku semakin merasa bersalah padanya, aku sudah membuang dua puluh lima tahun kebahagiaannya hanya untuk menjadi seorang artis...aku....aku bahkan melakukan hal yang paling keji pada anakku. Dia terluka dan hanya mampu menuruti apa yang aku mau."
Jung Bok Sil tidak mampu menahan kesedihannya lagi,
"Aku benar-benar tersiksa dengan rasa bersalahku pada Na Ri...""Bu Jung, maafkanlah dirimu. Hanya itu satu-satunya cara untuk terus melangkah.
Saat anda tidak mampu memaafkan diri sendiri, anda akan selalu mencari kesalahan pada orang lain atau pada keadaan."Jung Bok Sil terisak, ucapan Park Hilda sangat menyentuh hatinya. Tidak heran dia memiliki anak berhati lembut seperti Gorae!
"Mungkin, dikehidupan sebelumnya Na Ri adalah seorang putri raja yang berani. Aku sendiri sangat menghargai segala upaya dan keberaniannya untuk melakukan apa yang dia inginkan. Dia gadis yang tangguh." Ujar Park Hilda.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There, When It's Blue
General FictionCOMPLETED! Yeorobun, cerita I'll be There When It's Blue ni udah selesai. Mohon maaf udah 3 minggu ga di publish dulu cerita part berikutnya, cuma pengen tau feed back dari kalian tentang cerita ini. Sangat menghargai kalian yang ga masuk golongan...