Butterfly In My Stomach | Part 17

18 1 0
                                    

"Anda mengenalnya Pak Kwak?" Tanya salah satu Polisi.

Kwak Tae Rang sedikit ragu, "Aku tidak yakin, tapi Song Myung Ri yang aku kenal memiliki tanda dipunggungnya."

Kwak Tae Rang mengamati lelaki kumal itu lagi.

"Baiklah Pak Kwak, tampaknya orang ini tidak waras, kita akan cari tahu tentang dia di Kantor Polisi, tolong bantu kami."

"Baik aku akan kesana."

Polisi membawa lelaki kumal itu pergi. Kwak Tae Rang melihat anaknya menggendong Sora yang lemas,

"Bagaimana keadaannya?"

"Aku akan membawanya ke rumah sakit."

"Baiklah..pakai mobilku!"
Kwak Tae Rang menoleh pada Na Ri yang sedang menarik motor yang terguling ke dalam semak di bantu oleh Pak Sun.

"Nona Jung syukurlah kamu selamat, tadi aku sedang berada di rumah Pak Sun dengan anakku dan mendengar cucunya Bu Min dalam kesulitan. Kakaknya tadi menelepon pak Sun."

Na Ri teringat Gorae, aiih! Telponnya masih tersambung, tadi dia masukan handphone Sora ke dalam kantong jaketnya.

"Ah, anda mengenal Gorae..."
"Tentu saja aku mengenalnya, aku mengenal seluruh keluarganya, terutama Sora...tsk...anak itu dari kecil memang bengal! Berbeda dengan kakaknya yang rajin dan baik hati!"

Gorae masih mendengar dari seberang telepon, mau tidak mau dia nyengir geli, dia ingat betapa seringnya Sora menjahili Pak Kwak yang dulu sempat menjadi tetangga sebelah rumahnya selama satu tahun sebelum dia membangun rumah di atas bukit. Dan, dia baru tahu Na Ri sekarang pemilik rumah itu.

Na Ri mengambil handphone Sora,
"Kamu masih disana?"

"Ya Na Ri... syukurlah kalian selamat."

Gorae bisa bernafas lega sekarang.

"Na Ri, terimakasih sudah sangat berani menolong adikku."

"Tidak usah bilang begitu Gorae, aku tutup dulu ya, aku harus ke kantor polisi dan rumah sakit."

"Baik, jaga diri kamu."

Kwak Tae Rang yang membawa motor matic Sora, Na Ri membonceng dibelakangnya.

"Pak Kwak, maafkan aku sudah merepotkan anda."

"Ah sudahlah, aku penasaran dengan lelaki gembel itu, sepertinya aku mengenalnya."

*

Kwak Tae Rang dan Na Ri mendapati lelaki kumal itu sedang duduk dengan tangan di borgol.

Seorang Polisi menyambut mereka, karena desa Deoukhaengbokdeurim adalah desa kecil, jadi hampir setiap orang mengenal satu sama lain.

"Pak Kwak, bisakah anda memastikan orang ini?"

"Baiklah, kita harus melihat punggungnya, Song Myung Ri yang ku kenal memiliki tahi lalat sebesar bola ping pong di punggung sebelah kiri."

Dua orang Polisi melucuti pakaian lelaki kumal itu, Kwak Tae Rang hampir berteriak saking terkejutnya melihat tahi lalat sebesar bola ping pong di punggung sebelah kiri.

"Tidak salah lagi! Ini sahabatku Song Myung Ri! Ya ampun...apa yang terjadi dengannya?"

Kwak Tae Rang berlutut di depan Song Myung Ri, lelaki kumal itu tampak gelisah, sambil terus-terusan menyebut kata-kata "A annakk ku" berulang-ulang.

"Myung Ri! Myung Ri! Kamu ingat aku? Aku Tae Rang sahabatmu! Apa yang terjadi dengan mu?!"
Kwak Tae Rang mengguncang tubuh Song Myung Ri.

Lelaki kumal itu hanya menatap Kwak Tae Rang dengan tatapan kosong.

I'll Be There, When It's BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang